Part 14

47.7K 2.4K 32
                                    

Kakak adalah sosok yang memiliki beban lebih dari siapapun. Melindungi adik, membahagiakan orang tua, dua hal yang terlihat mudah. Namun, nyatanya adalah hal tersulit yang harus ia lakukan.

***

Ruang tunggu bandara sore ini tampak ramai. Banyak dari mereka yang menanti kedatangan sanak saudara ataupun teman. Termasuk sebuah keluarga yang kini sedang duduk di ruang tunggu.

"Kakak!!!" seru Lena sambil berlari menuju Rizal. Lena segera memeluknya erat.

"Ih adik kakak, baru ditinggal seminggu udah kangen aja" ledek Rizal.

"Makanya Kakak tinggal disini aja!" seru Lena.

"Haha, kakak belum lulus kuliah sayang. Ini aja kakak balik ke Indo cuma buat rapat aja" sahut Rizal.

"Ihh!!! Berarti sebentar dong!" seru Lena.

"Iya, cuma 2 hari aja" sahut Rizal.

"Ahh! Sebel sama kakak" seru Lena kesal sambil menghentak hentak kakinya.

"Kakak kamu kan di luar negeri buat belajar sayang... Bentar lagi juga mau lulus. Kamu tunggu aja yaa" ucap Andini lembut.

Seorang gadis yang duduk didalam sebuah kafe di bandara itu terus menatap kejadian tadi dalam diam. Matanya terus menatap kearah keluarga bahagia itu. Ahh... Bahagia ya?

Bahkan beberapa wartawan merekam mereka. Yahhh...siapa juga yang tak kenal dengan keluarga Mahardika?

Bahkan beberapa pengunjung juga menatap mereka. Tertawa ketika melihat tingkah lucu Lena.

Dan disini, Letta menatap semua itu dalam diamnya. Hatinya terasa hancur tentu saja. Matanya juga sudah mulai berkaca kaca. Apalah daya, ia hanya seorang gadis berusia 17 tahun.

"Abang...." gumamnya lirih.

Letta segera mengalihkan pandangan ketika setetes air mata jatuh kepipinya. Ia segera menghapus jejak air mata itu.

Grepp

Tiba tiba ada sepasang tangan yang memeluknya dari belakang.

"I'am here" ucap sosok itu.

"Kita pulang?" tanyanya lagi.

"Ayo!" serunya lagi seraya menarik tangan Letta segera pergi.

Seharian ini Letta lebih banyak diam. Hal itu tentu saja ikut mempengaruhi mood Varo. Ia tidak suka Lettanya seperti ini.

"Kita pergi yuk!" seru Varo berusaha menghibur Letta.

"Males" sahut Letta.

"Ayookk dongg!!! Kamu kan ga pernah nemenin aku pergi" bujuk Varo.

"Ck, yaudah aku siap siap dulu" sahut Letta.

"Yes!! Ayo pergi!" seru Varo.

Letta keluar kamar dengan menggunakan celana jeans hitam dan kaos panjang kebesaran berwarna abu abu. Wahh sepertinya warna pakaiannya sama seperti situasi hatinya. Gelap. Namun, untungnya ia mengenakan topi berwarna putih.

Saat perjalananpun Letta tetap diam. Ia seakan tidak peduli Varo akan membawanya kemana.

Lalu mobil itu berhenti disebuah pasar malam. Sepertinya sedang ada karnival hari ini.

"Ayok!" seru Varo semangat. Ia menggandeng tangan Letta masuk.

Mereka berkeliling, ketika melihat arum manis. Varo berhenti dan membeli itu. Ia ingat kalau Letta menyukai apapun yang manis.

"Aaaaa" seru Varo menguapi Letta arum manis tadi.

Letta memakannya. Ia juga sedang berusaha mengusir masalah masalah yang kini terus berputar dikepalanya.

"Aku pingin boneka itu!" seru Letta tiba tiba. Ia menunjuk boneka beruang besar berwarna biru muda. Ahh, membayangkan tidur sambil memeluk boneka itu pasti menyenangkan.

Varo menarik Letta menuju tempat boneka itu.

"Bang, biar bisa dapet boneka itu bolanya harus masuk berapa kali?" Tanya Varo.

"Sepuluh kali" sahut abang abang penjual.

Varo meniup bola yang sudah diletakkan di papan. Bola bola itu harus masuk ke dalam gelas gelas yang ada di depannya.

"Yeyy!!! Satu lagi Var! Semangat!" seru Letta sambil memukul mukul punggung Varo. Varo hanya meringis pelan, tidak berani protes. Nanti bisa bisa mood Letta kembali buruk.

Fiuhhh!!

Bola itu masuk.

"Yeeeyy!!!" seru Varo dan Letta bersamaan.

Setelah mendapatkan bonekanya. Varo menjadi iri kepada boneka itu. Pasalnya, Letta memilih memeluk dan mendusel boneka itu.

"Naik bianglala yuk!" seru Varo. Tanpa menunggu jawaban Letta. Varo langsung menarik tangan Letta menuju antrian bianglala.

Didalam bianglala itu hanya terdapat Letta dan Varo. Padahal seharusnya bisa diisi 4 orang. Namun, tadi Varo langsung memberi bayaran yang harusnya 25 ribu perorang. Ia memberi 100ribu hanya untuknya dan Letta.

Bianglala berhenti berputar ketika Varo dan Letta berada dipertengahan samping kiri bianglala.

Varo menatap lekat kearah Letta begitu juga Letta.

"Seharusnya aku nunggu waktu kita udah sampai atas. Tapi, aku benar benar tidak bisa menahannya" ucap Varo dengan suara serak.

Letta memperlihatkan wajah bingungnya. Lalu, setelahnya ia tersentak kaget.

Varo menciumnya!

Mata Letta yang awalnya melotot terkejut, perlahan berubah menjadi ketakutan. Ia memukul mukul dada Varo. Berharap Varo berhenti. Varo langsung menangkap tangan Letta.
Menggenggamnya erat dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan Varo terletak di belakang tengkuk Letta. Menahannya agar Letta tidak menjauh.

Akhirnya Letta lelah memberontak. Ia mulai memejamkan matanya, membiarkan Varo memerawani bibirnya.

Mata Letta perlahan membuka. Namun, bukan Varo yang ia lihat. Melainkan sosok yang berada di dalam sangkar seberang mereka.

Sosok itu menatapnya tajam, Letta bisa melihat samar tangan sosok itu terkepal erat. Bukan cuma dia, namun ada 3 orang lain yang berada dalam satu sangkar sedang menatapnya lekat.

"Hei hei, kamu liat apa?" tanya Varo menepuk pipi Letta pelan.

"Merekaa...." gumam Letta pelan. Ia langsung menunduk. Tangannya bergetar ketakutan. Sejak kapan mereka melihatnya! Serunya panik.

Varo menatap belakangnya, dan ia mendapati 4 anggota keluarga Mahardika sedang berada dalam satu sangkar yang berada di depan mereka.

Varo menepuk jidatnya pelan. "Aduh! Bego!" rutuknya.

"Udah udah... Gapapa, jangan terlalu dipikirin" ucap Varo berusaha tenang. Ia memeluk Letta dan mengelus kepala gadis itu pelan.

Padahal didalam hatinya. Ia sedang merutuki kecerobohannya.
Aduh!! Varo bego!! Ntar kalo lo ditolak jadi calon mantu gimana! Belom sah udah berani nyosor!! Ni bibir juga kenapa main nyosor sih! Ga liat situasi dulu! Nanti kalo Letta dipindah dari apartmentmya gimana! Tadi Bang Rizal tatapannya udah tajem banget lagi!!! Batin Varo kesal.
***

Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang