Jika jurang Asa ada di depan mata, maka jangan biarkan dirimu jatuh kedalamnya. Kamu bukanlah orang yang pantas untuk berputus asa.
***"Kenapa kearah sini? Ini bukan arah rumah gue" ucap Letta.
Yap, mereka sudah keluar dari rumah sakit. Rizal pun sudah kembali ke USA.
Varo tetap diam tanpa menjawab.
"Varo! Lo jangan main main ya!" seru Letta."Kenapa kita berhenti di depan apartment!"
"Kenapa kita parkir di basement ini!"
"Varo! Jawab!" seru Letta, kali ini ia menggeplak bahu Varo.
Varo meringis pelan."Ikut aja kenapa sih?" sahut Varo.
"Nggak! Sebelum lo kasih jawaban!" seru Letta.
"Kamu tinggal di apartment aku mulai sekarang" sahut Varo.
"Apa!? Kenapa!?" seru Letta.
"Abang kamu juga udah setuju" sahut Varo.
"Iya! Tapi kenapa!" seru Letta.
Varo mendengus, ia bingung bagaimana cara menjelaskannya."Kita turun, ke apartment dulu. Habis itu aku jelasin" sahut Varo. Ia juga harus merangkai kata kata, agar tidak menyakiti hati Letta.
"Gue diusir kan?" sahut Letta.
Varo menatap mata Letta. Mata itu, menatap datar ke depan. Tak ada ekspresi apapun.
"Iya" sahut Varo sangat pelan. Seperti gumamman. Namun Letta dapat mendengarnya.
"Gue bakal cari apartment lain. Gua ga mau ngerepotin lo" sahut Letta.
"Dengar ya, kamu nggak ngerepotin sama sekali. Justru aku seneng kalo kamu tinggal sama aku. Dan juga, abang kamu nitipin kamu ke aku. Jadi mau ga mau, kamu tinggal di apartmentku" sahut Varo. Ia pun segera keluar dari mobil, sebelum mendapat balasan dari Letta.
Letta mendengus kasar, ia segera keluar dan menatap tajam Varo.
Mereka pun berjalan berdampingan menuju lift."Berhenti manggil gue-lo. Pake Aku-kamu aja" ucap Varo tiba tiba saat mereka ada di dalam lift.
"Siapa lo, ngatur ngatur gue?" sahut Letta.
"Kamu lupa? Kita udah jadian!" sahut Varo.
"Emang lupa" gumam Letta, namun masih terdengar ditelinga Varo.
"Apa! Beneran lupa!" seru Varo tak terima. Ia pun segera berjalan mendahului Letta.
"Gitu aja marah" dengus Letta. Namun, hal itu malah membuat Varo semakin kesal dengan gadis itu.
Varo segera masuk ke dalam apartmentnya. Ia langsung menuju dapur. Varo membuka kulkas dan mengambil gelas. Ia segera minum sebanyak mungkin. Ia juga tak tahu. Entah kenapa hatinya merasa panas ketika melihat Letta tak peduli dengan hubungan mereka.
Varo segera berjalan menuju sofa. Disana ada Letta yang sedang duduk. Bahkan televisi pun sudah menyala.
Varo duduk disamping Letta.Keadaan hening hingga setengah jam lebih lamanya. Rupanya Varo benar benar marah pada Letta. Apalagi, ketika Letta terlihat tak ada usaha untuk membujuknya. Varo benar benar tak tahu harus bagaimana. Ia sangat kesal.
"Lo marah?" tanya Letta dengan mata masih menghadap televisi.
Varo tak menjawab ia tetap diam. Ia sekarang menyandarkan punggungnya ke sofa, dengan mata terpejam.
"Varo... Lo beneran marah?" sahut Letta lagi.
"Var..." kali ini Letta menggoyangkan tangan Varo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears from a Strong Girl (TELAH TERBIT)
Fiksi Remaja#1 Remaja #1 MasaSMA #1 Teenfiction Tentang dia yang dibedakan Tentang dia yang tidak pernah mendapat keadilan Tentang dia yang selalu disalahkan Tentang dia yang tidak pernah dianggap Tentang dia yang selalu disakiti Tentang dia yang ditakuti Tent...