Satrio Chandra namanya. Bulan yang selalu menjadi milik Cira. Bulan satu-satunya. Sekaligus kesatria yang selalu melindunginya. Bulan yang sering Cira panggil Iyo ini merupakan tetangganya yang berujung menjadi sahabat dekat sejak Cira kecil. Mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama. SD, SMP, SMA. Tapi tidak pernah ada di kelas yang sama. Karena Iyo lebih tua setahun dari Cira.
Iyo adalah bulan bagi Cira. Cira adalah matahari bagi Iyo.
"Iyo. Kamu jadi bulan aku ya?"
"Kenapa?"
"Chandra itu berarti bulan Yo. Dan sekarang kamu adalah bulan untuk menerangi satu manusia di planet bumi."
"Siapa Ra?"
"Aku.""Kalo gitu kamu adalah matahariku Ra."
"Kok matahari?"
"Cira itu artinya matahari, yang selalu bawa kegembiraan buat alien-alien di planet ini. Jadi, mulai sekarang kamu nggak boleh keliatan sedih. Harus kuat."
"Tunggu tunggu. Kenapa buat alien?"
"Karena yang benar-benar manusia itu hanya kita Ra. Mereka semua hanya sibuk dengan kesibukan mereka, mereka tidak benar-benar mengerti soal bumi."
"Kok gitu?"
"Karena yang benar-benar mengerti bumi hanyalah orang-orang langit, karena melihat dari kejauhan. Sedangkan manusia, hanya bisa melihat dari dekat tidak mengerti bumi secara keseluruhan."Penobatan bulan dan matahari sudah mereka sahkan saat mereka duduk di bangku SMP. Bahkan penobatan itu masih berlangsung hingga sekarang, saat mereka menggunakan seragam putih abu-abu.
Iyo memang selalu membawa Cira berpetualang dalam imajinasinya, bahkan banyak hal-hal yang tidak terduga terjadi karena imajinasinya yang liar itu.
Contohnya ketika mereka membuat perjanjian untuk saling membuat surat.
"Ra, karena kita matahari dan bulan. Mereka jarang sekali untuk bertemu."
"Yahh jadi nggak bisa ngobrol dong?"
"Iya. Tapi mereka bisa surat-suratan. Tapi surat-suratannya nggak bisa pake bahasa manusia."
"Terus pake bahasa apaa? Bahasa alien?"
"Bahasa puisi. Karena manusia cuman bisa pake bahasa berita."
"Emang kenapa kalo pake bahasa berita?"
"Karena untuk matahari yang secantik kamu, kurang tepat diajak bicara dengan bahasa berita."Cira tersenyum lebar mendengar Iyo berbicara seperti itu.
"Yaudah kita surat-suratan juga, pake bahasa puisi. Dikasi setiap kita berangkat sekolah bareng ya?"
"Besok tunggu surat dari aku."Cira menunggu-nunggu tidak sabar dengan isi surat yang akan diberikan oleh bulannya itu. Penantiannya itu terasa begitu cepat. Pagi hari Iyo sudah di depan rumah Cira, duduk di atas sepeda motor kesayangannya. Saat melihat Cira keluar dari rumahnya, Iyo mengeluarkan surat yang sudah ia janjikan. Sebelum memberikan surat tersebut, Iyo memberikan helm kepada Cira untuk dipakainya.
Cira memakai helm yang diberikan Iyo, namun strap helmnya tidak dikaitkan. Iyo gemas sekali dengan kebiasaan Cira yang selalu tidak mengaitkan strap helmnya.
"Ra, yang bener dong pake helmnya." Kata Iyo sambil mengakitkan strap helm Cira. Cira hanya tersenyum ketika melihat Iyo gemas dengan kebiasaannya. Setelah Iyo yakin dengan helm Cira terpasang dengan benar, ia memberikan suratnya."Nih, surat dari bulan."
Cira mengambil surat yang diberikan Iyo. Lalu Cira ingin membukanya, namun ditahan oleh Iyo.
"Eh nanti aja dibacanya, pas di sekolah atau di rumah ajaa."
"Yaah, udah penasaran Iyo."
"Nanti aja Raaa biar fokus bacanya."
"Yaudah iyaiya." Kata Cira sambil naik ke boncengan Iyo.
"Aku tunggu ya Ra surat dari kamu."
"Bawel, udah cepet jalan."Kehadiran Iyo dalam hidup Cira membuat hari-harinya lupa akan masalah keluarganya yang tidak berjalan dengan lancar. Kehadiran Iyo dalam hidup Cira membuat suatu perasaan tumbuh dengan mekarnya di hati Cira. Perasaan itu adalah cinta. Cira tidak mengetahui kapan perasaan itu tumbuh, namun selama Iyo di sampingnya, Cira merasa tidak ada yang perlu ditakuti lagi. Entah karena mereka selalu bersama atau hanya bulannya itu yang bisa memahami Cira dengan benar.
Sesampainya di depan gerbang sekolah Cira, ia turun dan memberikan helmnya kepada Iyo.
"Makasih ya Iyo."
"Sama-sama Ra. Belajar yang bener."
"Ih emang aku anak kecil apa? mesti dibilangin kayak gitu. Udah ah aku masuk aja, daripada di sini aku jadi kayak anak kecil."
Cira langsung berjalan meninggalkan Iyo.Setelah Cira sudah berada di kelasnya. Ia langsung duduk di kursi yang biasanya selalu ia duduki dan langsung membuka surat yang sudah membuatnya penasaran dari hari kemarin. Ia membuka amplop biru yang membungkus kertas yang berisi surat Iyo. Lalu Cira mengeluarkan kertas di dalamnya. Membaca dalam hati isi dari surat itu.
Untuk matahari.
Hari ini kamu seperti kemarin.
Terik dan akan selalu seperti itu nanti.
Jika ternyata prediksiku salah.
Bulan siap menggantikan pagi.Tidak apa jika harus selalu malam di bumi.
Tidak apa jika bumi menjadi gelap.
Tidak apa juga bila bintang lelah untuk tetap terjaga.
Jika semuanya terbayar dengan sinarmu esok hari.Lagi-lagi Cira tersenyum dengan semua hal yang dilakukan oleh bulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUN AND MOON
Romansa[PENDING] Matahari dan Bulan memang benda langit yang tidak akan pernah bisa bersatu. Lalu jika Matahari dan Bulan saling jatuh cinta, apakah semesta akan berkorban untuk mempersatukan mereka? Atau Bulan dapat tergantikan dengan benda langit yang la...