"Yo, kamu pernah nggak sih ngerasa kehilangan?"
"Pernah lah Ra."
"Kayak gimana?"
"Kehilangan... uang."
"Serius aku Yo."
"Haha iya. Pernah Ra."Iyo memang sengaja menjawab dengan canda, karena ia tahu arah pembicaraan itu dari pertanyaan yang Cira lontarkan. Iyo menyadari bahwa memang sulit untuk mendapatkan kepercayaan Cira, karena Cira merupakan tipikal perempuan yang menyimpan semua kelemahannya. Namun membiarkan Cira selalu berada dalam bayang-bayang kesedihannya juga bukan hal yang diinginkan oleh Iyo.
"Gimana caranya Yo?"
"Cara apa Ra?"
"Cara survive di kondisi kayak gitu?"
"Bukan perihal bertahan atau tidak bertahan Ra."
"Lalu?"
"Tapi perihal ikhlas dan mengikhlaskan."
"Harus ikhlas?"
"Bukan hanya ikhlas tapi harus mengikhlaskan juga. Karena kadang ikhlas itu hanya mulut yang berbicara tapi hati tidak melaksanakan."
"Kalau belum bisa mengikhlaskan gimana?"
"Berarti yang kamu sesali cuman raga yang sudah tidak terlihat."
"Aku masih nggak ngerti."
"Kamu akan ngerti Ra nanti."Iyo memang selalu ada untuk Cira di setiap masalah-masalah yang perempuan itu hadapi. Hal itu yang membuat Cira sukai akan kehadiran Iyo dalam hidupnya. Dan entah mengapa rasa itu semkain lama semakin membesar.
Iyo menyadari bahwa Cira menyimpan rasa yang lebih kepadanya. Namun Iyo sengaja tidak memberikan harapan kepada Cira. Iyo ingin Cira tidak berharap dengan dirinya, dirinya yang belum tentu menjadi jawaban akan kepastian.
"Ra udah jangan sedih untuk hari ini."
"Kenapa Yo?"
"Karena kalo kamu sedih hari ini, toko buku di planet ini akan tutup."
"Kok gitu?"
"Karena buku-buku itu tau sahabatnya sedang bersedih."
"Hari ini mereka nggak akan tutup. Jadi kamu temenin aku ke toko buku kan hari ini?"
"Lagi?"
"Iya lagi, ke kedai kopi juga."
"Iya tuan putri."Selain menyukai kopi, Cira juga suka membaca buku. Apa lagi buku-buku yang cukup lawas seperti karya Pram, Nh. Dini dan karya-karya penulis yang lain. Bagi Cira buku adalah salah satu meditasi bagi dirinya. Saat bersama buku, ia seakan lupa akan dunia nyata.
Sedangkan kopi baginya adalah teman serasi untuk menemaninya membaca atau menulis. Walaupun tanpa kopi, menulis dan membacanya sudah terasa sempurna jika ia lakukan di kamarnya, namun keberadaan kopi menyempurnakan imajinasi yang menari-nari dalam bayangannya.
Kedai kopi yang berada persis di sebelah toko buku yang sering ia datangi merupakan tempat favorit Cira selain kamarnya. Iyo sangat paham buku merupakan teman baik untuk Cira. Tak heran jika selalu ada satu buku bacaan dan buku jurnalnya yang ada di tas yang digunakan Cira untuk berpergian.
Cira mencari-cari buku yang ingin ia adopsi, Iyo menungguinya di kedai kopi kesukaan mataharinya itu. Iyo sudah hapal bahwa kopi yang disukai oleh Cira adalah frappuccino. Ia memesankan frappuccino kesukaan Cira dan minuman lain untuk dirinya. Lalu ia duduk di meja pojok dekat jendela.
Sambil menunggu Cira datang, Iyo menuliskan sesuatu pada tisu yang ia ambil tadi. Iyo memang senang menulis apapun yang ada di pikirannya. Namun sayangnya Iyo tidak suka membawa buku seperti Cira. Menurutnya menulis tidak harus selalu di kertas.
Matahariku.
Kehilangan merupakan pelajaran.
Jangan disesali.
Harusnya kamu mengerti.
Setiap kehilangan yang kamu dapati.
Itu mempunyai makna tersendiri.Jangan takuti.
Hadapi.
Matahari tidak pernah mengeluh untuk menyinari planet Bumi.Besok nanti.
Bersinarlah seperti sebelum hari ini.
Sebelum kamu mengerti apa rasanya bersedih.
Karena.
Akan selalu ada satu orang yang menanti-nanti sinarmu di pagi hari.Itu adalah aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUN AND MOON
Romantika[PENDING] Matahari dan Bulan memang benda langit yang tidak akan pernah bisa bersatu. Lalu jika Matahari dan Bulan saling jatuh cinta, apakah semesta akan berkorban untuk mempersatukan mereka? Atau Bulan dapat tergantikan dengan benda langit yang la...