Hujan sudah reda dan Cira sudah sampai di depan pintu rumahnya. Ia turun dari motor Janu dan memberikan helmnya pada Janu.
"Makasih ya Nu."
"Iya sama-sama. Besok ke kampus bareng aku ya Ra."
"Nggak usah Nu, ngerepotin. Gue bisa kok naik bis."
"Aku nggak minta persetujuan Ra, berarti jawabannya harus iya."Cira hanya terdiam. Ia heran mengapa Janu begitu baik dengannya.
"Kenapasi Nu? kok lu baik banget sama gue?"
"Bukan gitu Ra. Kan sepeda kamu ditinggal di kampus karena aku, jadi aku mau tanggung jawab aja."
"Lu ngomong pake aku kamu jadi ngerasa aneh gue Nu."
"Haha nggak papa, kalo ada yang ngira kita pacaran malah bagus."
"Tauk ah Nu." Cira masuk rumahnya ditemani rasa kesal.Cira melihat dari jendela kamarnya Janu mulai mengendarai motornya menjauhi rumahnya.
Aku belum siap Nu, jika nanti aku sudah merasa nyaman dengan adanya kamu.
***
Pagi-pagi sekali Janu sudah ada di depan rumah Cira. Ia membawakan bubur untuk Cira, Bi Wati, dan dirinya. Janu memang sengaja datang lebih pagi dari jadwal kuliahnya.
Bi Wati membukakan pintu untuk Janu.
"Selamat pagi Bi. Ciranya belum bangun pasti ya?"
"Wah iya Mas Janu. Mau saya bangunkan Non Ciranya?"
"Nggak usah Bi, biar saya tunggu aja. Mungkin memang dia kecapekan. Bi Wati temani saya ya?"
"Waduh saya nggak enak."
"Nggak papa Bi. Ini saya belikan bubur kita makan sama-sama ya."Bi Wati dan Janu makan bubur yang dibawa Janu bersama. Janu menanyakan semua hal tentang Cira kepada Bi Wati. Lalu tiba topik dimana Bi Wati menceritakan kehidupan Cira sebelum pindah ke rumah yang terpisah dengan Papanya.
"Jadi Mas, Non Cira dulu tinggal serumah dengan Mama dan Papanya. Tapi semenjak Mamanya meninggal dan Papanya nikah lagi, Non Cira memutuskan untuk tinggal sendiri. Semenjak itu Non Cira berubah banget, dulu Non Cira itu periang banget."
"Oh ya? kalo boleh tau Mamanya Cira meninggal karena apa Bi?"
"Gangguan jiwa Mas. Dari dulu Mama dan Papa Non Cira udah sering cek-cok, semenjak Papa Non Cira ketauan punya perempuan lain jadi kejiwaan Mamanya keganggu. Karena gangguan jiwa itu Mamanya sering melakukan percobaan bunuh diri, jadi beliau meninggal karena itu."
"..." Janu hanya terdiam, karena ia memproses semua kata-kata yang dilontarkan oleh Bi Wati sekaligus kaget dengan kenyataan yang selalu disembunyikan rapat-rapat oleh Cira."Dulu sih Non Cira pernah sempat bangkit Mas, tapi sekarang kayaknya balik lagi seperti awal."
"Kenapa gitu Bi?"
"Mungkin pada saat itu Non Cira punya teman untuk mendengarkan semua ceritanya. Mas Satrio namanya. Mas Rio tinggal di sebelah rumah lama Non Cira mangkanya bisa temenan sejak kecil. Ketika Mas Rio harus kuliah di luar negeri Cira jadi balik lagi seperti dulu saat pertama kali dia ditinggal oleh Mamanya."
"Terus mereka masih berkomunikasi Bi?"
"Awalnya saja Mas Rio suka telepon ke rumah terus ngobrol sama Non Cira, tapi makin ke sini sudah nggak pernah lagi Mas."Setelah Bi Wati mengatakan hal itu, terdengar suara pintu dari lantai atas. Janu dan Bi Wati langsung terdiam dan tidak membicarakan mengenai Cira lagi. Cira yang masih memakai baju tidur dan dibubuhi pemanis dengan rambutnya yang masih acak-acakan, turun ke lantai dasar rumahnya untuk mengambil air putih.
"Loh kok ada Janu?"
"Kan aku udah bilang, kita berangkat ke kampus bareng Ra."
"Ya tapi ini masih jam berapa Nu. Masih lama kali."
"Sengaja. Nih makan buburnya."
"Gue nggak minta."
"Aku juga cuman sekalian bawain, tadinya cuman mau bawain buat Bi Wati."
"Yaudah iya gue makan."
"Gitu dong kan abang makin sayang."
"Jijik!"Cira mengambil air putihnya di dapur dan kembali lagi ke meja makan untuk memakan buburnya. Saat Cira sedang makan, Janu hanya memandanginya dengan kepala bertopang pada tangan kanannya.
"Lu nggak makan?"
"Udah tadi bareng sama Bi Wati."
"Terus kenapa lu sekarang ngeliatin gue gitu banget?"
"Soalnya kamu cantik, bahkan baru bangun tidur aja udah cantik."
"Apaan dah lu Nu. Nggak usah ngegombal."
"Fakta Ra, bukan gombalan."Cira hanya diam saja. Karena jawaban yang paling benar memang hanya diam. Lalu tiba-tiba Janu bertanya kepada Cira mengenai topik yang ia bicarakan dengan Bi Wati. Namun, Janu tidak bertanya langsung ke hal yang ia bingungkan. Janu sengaja untuk pura-pura tidak tahu mengenai rahasia yang Cira simpan rapat-rapat.
"Ra. Kok kamu nggak tinggal bareng orang tua kamu? Mereka kemana?"
"Dinas." Jawab Cira dengan bohong. Ia menjawab dengan tidak melihat mata Janu.Maaf Nu aku harus bohong.
"Ooh. Yaudah cepet diabisin Ra makannya." Janu sangat mengerti bahwa Cira belum siap untuk membuka pintu untuk mempersilakan orang baru masuk ke dalam kehidupannya.
Apa aku belum bisa menjadi teman dekat untuk berbagi rahasiamu Ra?
KAMU SEDANG MEMBACA
SUN AND MOON
Romansa[PENDING] Matahari dan Bulan memang benda langit yang tidak akan pernah bisa bersatu. Lalu jika Matahari dan Bulan saling jatuh cinta, apakah semesta akan berkorban untuk mempersatukan mereka? Atau Bulan dapat tergantikan dengan benda langit yang la...