10. Bercakap

446 116 10
                                    



"Kali ini kita beneran impas, Kak."

Yoongi diam, menatap Seungwan yang sedang sesekali menyelupkan ujung kakinya ke dalam air segar sungai dari samping. Yoongi tidak habis pikir dengan gadis ini, sudah tahu sekarang mau memasuki musim dingin tapi masih gatal saja memasukkan kaki ke dalam air itu. Kalau Yoongi sih, tidak mau ambil resiko. Sejak tadi ia menekuk kaki ke atas, bersandar pada bebatuan di belakangnya, menikmati semilir angin tepi sungai dan juga siluet Son Seungwan.

"Rahasia kakak tentang si putra konglomerat, juga tentang drama percintaan kakak... semua aku bayar dengan rahasia ini." Seungwan menoleh ke arah Min Yoongi, tersenyum kecil. Membuat Yoongi kaget karena menyadari manisnya senyuman itu, tapi ia memilih diam. "Wendy, bayi 3 bulan yang ditemukan kedinginan di halaman panti. tanpa surat titipan, dan hanya dibungkus kain tipis. Itulah aku."

Seungwan masih menatap Yoongi, menunggu reaksi yang diberikan lelaki itu. Kemudian senyumnya kembali merekah lebih lebar dari sebelumnya, "Menyedihkan ya? meskipun begitu, masa-masa aku tinggal di sini adalah masa paling bahagia dalam hidupku."

"Kenapa?" akhirnya Yoongi buka suara.

"Apanya?"

"Kenapa kamu ngasih tahu aku tentang ini?"

Seungwan berkedip dua kali, "Kakak kelihatannya bisa dipercaya."

"Kelihatannya?" nadanya naik satu oktaf, sebelah alisnya terangkat. Begitu ekspresif sampai membuat Seungwan harus mengulum tawa gemas.

"Sejauh ini kelihatannya kakak bisa diandelin."

"Cuma kelihatannya? nggak pasti banget."

Seungwan mendengus. "Oke, oke, bukan kelihatannya... The loyal Min, terbisa dijadiin sandaran, gentleman, maco! Sudah puas?"

Yoongi terbahak. Seungwan memutar bola mata, tapi diam-diam lega setengah mati mendapati Yoongi yang tampak biasa saja dengan rahasianya ini. "Semua orang yang tahu keluargaku, nggak ada yang tahu tentang ini, Kak. Jadi lagi-lagi aku minta kakak jaga rahasia, bisa?"

"Sure." Yoongi tersenyum kecil. "Um, cewek-cewek tadi temen kamu?"

"Iya, dulu aku deket banget sama mereka. Ya, tapi nggak sedeket kayak aku, kak Irene, Joy sama Rose sih. Aku, Kak Irene, Joy sama Irene dititipin di sini hampir bebarengan, dan waktu itu Bunda lagi suka banget sama film-film barat. Makanya nama kami jadi kayak gitu, hahaha."

"Namanya bagus."

Seungwan terkekeh, "Bilang gitu ke Bunda, pasti dia seneng banget deh."

Yoongi membalasnya dengan tersenyum. "Buat yang tadi, kamu tahu 'kan mereka nggak tahu apa-apa makanya bisa bilang begitu?"

"Hm-mm. Manusia 'kan suka salah paham kalau komunikasinya nggak baik. Tinggal tunggu aja mereka adem, nanti aku ceritain semuanya sama mereka."

MIN YOONGI

Son Seungwan itu luar biasa. Gue bisa bilang gitu karena lihat saja, di situasi seperti ini dia bisa sesantai ini. Bayangkan saja, selapang apa dadanya itu sampai ia bisa sabar. Setebal apa topengnya sampai ia bisa dengan baik menyembunyikan rahasia sebesar ini. Sekuat apa tamengnya menimbun segala tekanan sosial yang harus ia hadapi selama bertahun-tahun?

Gue nggak habis pikir.

Seungwan berbeda dengan gua. Min Yoongi, iya si putra konglomerat yang tepatnya membelot dari keluarganya sendiri dan meminta dicoret dari kartu keluarga sejak 5 tahun lalu. Tapi gagal. Gua putra satu-satunya dalam keluarga Min, ibu sudah meninggal 7 tahun lalu dan 5 tahun lalu ayah sudah berani membawa gadis-gadis belia ke rumah untuk dikencani. Gue mutusin untuk pergi, tapi ayah nggak pernah menyerah buat bikin gue kembali. Alasannya, karena gue cowok, yang pantas mewarisi perusahaannya itu.

D O L L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang