"Kalau aku ngerasa kayak gitu, kamu mau apa, hm?"
.
.
.SEUNGWAN
Satu hal yang langsung terpikirkan olehku adalah, ponsel! Iya, aku harus memastikan benda itu tidak berada di tangan Park Chanyeol. Aku bergerak panik, menegakkan badan dengan kesadaranku yang sudah kembali begitu cepat. Kemudian merogoh kesekeliling ranjang hingga akhirnya menemukan ponselku di bawah bantal. Hela napasku keluar lega, akhirnya kini aku bisa menatap Park Chanyeol dengan mantap.
"Kak Chanyeol kenapa tiba-tiba ada dis—"
"Kamu nggak balas pesanku, Seungwan."
"Ah..." aku cepat-cepat mengecek ponsel, sekalian menghapus riwayat obrolanku dengan Min Yoongi. "Maaf. Tadi aku ketiduran, Kak."
Chanyeol membuang napas pendek, mengambil alih ponsel di tanganku kemudian mengutak-atik benda pipihku entah sebagaimana rupa. "Tapi tadi kamu online, aku tahu."
"Mm, mungkin karena aku ketidurannya pas belum nge-close..."
"Nggak mungkin. Ponsel kamu ada di bawah bantal, itu artinya kamu sudah ngunci ponsel kamu sebelum tidur."
Aku bungkam. Chanyeol memang selalu pintar membuatku mati kutu, berbulan-bulan mengenalnya membuat aku tahu betapa pintar otaknya itu; dan betapa bodohnya aku untuk berkata bohong. Bersamaan denganku yang sedang meratapi keadaan, Chanyeol mengembalikan ponselku. Mungkin tidak menemukan apa yang sejak tadi ia cari.
"Harusnya kamu nggak bikin aku nunggu balesan dari kamu, Seungwan. Aku kuatir."
"Maaf."
"Berhenti mengatakan maaf, Seungwan. Tapi berjanjilah padaku untuk tidak melakukannya lagi, itu tadi peringatan. Bukan nasihat."
Aku bisa dengar nada yang sarat akan emosi di sana. Perlahan aku menatapnya, dahiku mengernyit bingung. "Ada apa dengan Kak Chanyeol hari ini?" dan aku juga tidak tahu mengapa pertanyaan itu yang keluar dari mulutku.
"Kamu tanya aku kenapa hari ini, Seungwan?!" mukanya memerah, aku tidak pernah lihat Chanyeol semarah ini padaku. Jantungku mulai berdegup ketakutan, apalagi ketika ia berani menaiki ranjang dan mendekat padaku yang hanya bisa merapatkan diri pada dinding kasur.
"Kak... aku pikir ini tidak benar. Aku hanya ketiduran dan tidak bisa membalas pesanmu sekali, kamu harusnya nggak perlu semarah ini."
"Tapi ini pertama kali kamu nggak balas pesanku dan juga pertama kali kamu nutup telepon aku sepihak, Seungwan. Gimana aku bisa tenang, huh?!"
Chanyeol yang kukenal selalu tenang, ia tidak pernah semenakutkan ini. Sungguh, aku tidak tahu harus melarikan diri kemana sekarang. aku benar-benar terjebak di atas ranjangku sendiri.
"Aku nggak tahu ternyata kak Chanyeol punya sifat posesif kayak gini."
"Gimana aku nggak berubah jadi posesif setelah kamu hilang dan malah ditemukan di jembatan Yanghwa, Seungwan?!" tukasnya, semakin menekan tubuhnya mendekat padaku. Bentakannya benar-benar menusuk telinga serta hatiku. Tuhan... aku ingin pergi dari sini.
Menangkap sinyal ketakutan dari ekspresi wajahku, Chanyeol akhirnya menghela napas panjang dan beranjak dari tubuhku. Duduk di sampingku dan ikut bersandar di dinding kasur. "Bagaimana jika aku ngerasa belum bisa percaya kamu sepenuhnya?"
Degupan jantungku makin kencang. Aku merasa sangat berdosa karena sudah membohongi perasaanku sendiri di depan Chanyeol. Dan ketika ia menatapku, aku tidak bisa menahan ekspresi tegangku. "Bagaimana jika aku ngerasa kamu yang sekarang... itu bukan kamu yang sebenernya?
KAMU SEDANG MEMBACA
D O L L
أدب الهواة: a model of a human (figure) , often one of a -baby- or girl, used as a people's toy.