Percayalah, Min Yoongi tidak akan mau bahkan untuk berpikir ingin menjadi perusak hubungan orang lain kecuali itu Seungwan. Dan percayalah, Yoongi juga tidak ingin menjadi lelaki bajingan yang berusaha merebut calon tunangan orang lain kecuali Seungwan memang tidak bahagia; meskipun Seungwan bahagia pun, ia mungkin masih menyimpan harap tanpa melakukan usaha, biar Tuhan yang menentukan.
Yoongi bukan berimajinasi ketika ia melihat ada yang aneh dari mata Son Seungwan saat itu. Iya, memang Seungwan belum pernah bercerita tentang tunangannya barang sedikit pun pada Yoongi. Tapi gestur gadis itu seolah menjelaskan semuanya. Mana ada kekasih yang malah murung setelah mendapat telepon dari pacarnya? Apalagi dari yang ia dengar, pacarnya sedang berada jauh darinya.
Aneh.
"Jadi gimana, Kak? Kak Irene kayaknya bakal ke sini minggu depan. Kak Irene beneran bakal dimasukkin ke rumah produksinya Kakak 'kan?"
"Hm. Lagian kita juga belum benar-benar jadi 'Rumah Produksi', Seungwan. Masih proses."
Seungwan yang mendengar kalimat rendah diri Yoongi mengerucutkan bibir tanpa sadar, "Ya 'kan kata-kata itu doa, Kak. Harusnya di aminin."
Melihat tingkah lucu Son Seungwan membuat Min Yoongi tertawa kecil, "Iya Amin." begitu katanya sebelum meneguk sodanya. Mereka lagi-lagi sedang berada di kesekertariatan ukm musik sekarang, sudah jadi tempat favorit Seungwan untuk berkunjung sejak beberapa waktu lalu.
"Terus kita kira-kira kapan cari tempat buat Kak Irene? Kak Irene pasti butuh tempat tinggal, yang murah tapi aman dan nyaman."
"Kita?" ulang Yoongi.
Seungwan mengangguk semangat. "Iya."
"Kan ada pacar kamu."
Dahi Seungwan mengerut kaget, rasanya ini pertama kali Yoongi menyinggung 'pacar'-nya ketika mereka hanya berdua. "Kak Yoongi inggak bisa?"
"Ya bukannya nggak bisa, tapi 'kan kamu punya pacar buat dimintain tolong."
"Aku nggak bisa pergi sama pacarku, Kak. Dia nggak tahu tentang aku dan panti. Cuma kakak yang tahu selain orang tuaku."
"Kenapa nggak di kasih tahu?"
Seungwan menghembuskan napas pendek, "Bisa kita nggak ngomongin tentang pacar aku, Kak? Kalau emang kak Yoongi nggak bisa, ya udah nggak apa-apa. Aku bisa pergi sama Seulgi."
Suasana hati Seungwan mendadak buruk. Membahas Park Chanyeol bukanlah sesuatu yang bisa membuat ia tenang, malah sebaliknya. Ia tidak ingin membahas lelaki itu kalau bisa di setiap kesempatan. Apalagi saat ia bersama Min Yoongi seperti ini, perasaan tenang yang tadi tercipta tiba-tiba keruh dan mencekik leher Seungwan.
"Emang kenapa kalau aku bahas pacar kamu?"
"Please, Kak..." Seungwan menatap Yoongi penuh permohonan. Biasanya Yoongi paling peka terhadap apa yang Seungwan rasakan, tidak perlu gadis itu berucap pun Yoongi biasanya langsung tahu layaknya keajaiban. Namun entah kenapa hari ini Yoongi seolah mendesak untuk membuat Seungwan sengsara.
"Bukannya bahas pacar biasanya menyenangkan, ya? Kalau aku inget-inget kamu nggak pernah bahas pacar kamu sama aku, Seungwan." ucap Yoongi tenang.
Seungwan membuang napas kasar, lalu mengambil tasnya, hendak beranjak dari tempat duduk sebelum Yoongi mengambil pergelangan tangannya lembut. Menarik Seungwan untuk kembali duduk di atas kursinya. "Kamu bilang kamu bisa percaya sama aku, Seungwan."
Si gadis Son mencoba menenangkan diri. Akhirnya ia duduk lagi di tempatnya, membuat gestur tertutup dan bicara: "Aku anggap Chanyeol sebagai Kakak, nggak lebih."
Oh...
"Terus? Rencana pertunangannya?"
"Itu kemauan orang tuaku, dan Kak Chanyeol... Kak yoongi tahu sendiri 'kan, aku dibesarkan di keluarga Son sejak kecil. Mereka sudah merawatku dengan baik dan membiayai finansialku tanpa ada kekurangan, aku tidak bisa membalas mereka Kak. Aku punya apa? satu-satunya hal yang bisa aku buat balas budi adalah kebahagiaan mereka."
Yoongi tertawa pendek, "Dengan ngorbanin kebahagiaan kamu sendiri? Itu bijak?"
"Mungkin seiring berjalannya waktu aku bisa buka hati buat kak Chanyeol? Siapa yang tahu 'kan?"
"Kamu udah berapa lama pacaran sama dia?"
"Aku dekat sama dia baru 6-8 bulan lalu, dan dia baik."
"Baik dan?"
"Maksudnya?"
"Baik itu impresi yang umum, Seungwan."
Seungwan kebingungan, dan setelah itu Yoongi tiba-tiba menyadari sesuatu. "Kamu kapan terakhir kali suka sama cowok?" ekspresi berpikir keras yang ditampilkan Seungwan membuat Yoongi terperangah, "Kamu nggak pernah suka sama seseorang?"
"Pernah kok! Dulu, sama Kak Minho."
"Pangeran berkuda putih?"
Wajah Seungwan seketika memanas, ia mengulum bibir menahan ribuan protes yang ingin ia layangkan karena Yoongi menyebut panggilan cringey itu lagi. "Pokoknya Kak Chanyeol baik dan sejauh ini aku lihat dia setia sama aku, Kak."
Yoongi manggut-manggut. "Jadi mau sampai kapan kamu berusaha suka sama dia? nanti setelah bertahun-tahun dan kalian menikah, terus kamu masih belum bisa buka hati sama dia, lalu menyadari kalau ternyata kamu memang sesusah itu buka hati sama dia, rencana kamu apa?"
Bola mata Seungwan bergerak tak tentu, tampak ia sedang berpikir keras. "Bersabar?" celetuk Seungwan, membuat senyuman separo Yoongi keluar tak percaya dengan jawaban gadis itu.
"Seungwan,"
"Ya?"
"Tuhan menyuruh kita menikahi orang yang cinta kita cintai menurut kamu karena apa, hm? Karena Tuhan ingin kita bahagia. Jadi kenapa kamu malah nggak mau untuk bahagia, Seungwan?"
Mendengar itu bulu roma Seungwan merinding seketika. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian mengeluarkannya panjang. Iya, Min Yoongi benar. Tapi meski Seungwan membenarkan perkataan itu, masih ada pertanyaan dalam hati kecilnya seperti: "Kita nggak tahu Kak, apa aku bakal sengsara sama Kak Chanyeol. Dan untuk bahagia dalam hal cinta... untuk sekarang juga aku nggak tahu bisa bahagia sama siapa."
Oh.
Meski Yoongi mendengar ada nada ragu ketika Seungwan mengucap kalimat terakhir itu, tapi satu hal yang bisa ia ketahui dari pernyataan Seungwan. Min Yoongi terjebak dalam lingkaran pertemanan dan cinta bertepuk sebelah tangan. Namun satu hal lagi yang ia tahu, hati Seungwan masih kosong.
Hati Seungwan masih kosong...
Yoongi mengulang kalimat itu dalam hati.
"Aku kira kamu bahagia selama ini sama aku." Yoongi tertawa pendek, "Selama kita kenal... menurut kamu aku gimana?"
Sepertinya Yoongi sudah gila.
"Maksudnya Kak?"
Kedipan mata Seungwan yang bergerak perlahan semakin memicu Yoongi untuk semakin berbuat gila.
"Apa menurut kamu... aku masih belum sanggup buat bahagiain kamu?"
Kemudian Seungwan terdiam, hanya terpaku pada sepasang mata tajam Yoongi dengan jantung berdegup kencang tak karuan. Tanpa sadar tangannya menyentuh dada, dalam hati ia berpikir keras akan apa yang terjadi dengan reaksi tubuhnya saat ini. Mengapa ia merasa ada ribuan kupu-kupu yang naik dari perut hingga dada dan menyeruak ke pipi hingga menimbulkan efek panas? Dan mengapa detakan jantungnya berbunyi tidak normal hingga membuat tubuhnya lemas tanpa ada sebab yang jelas?
Seungwan tidak tahu jawabannya, pun tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini.
TBC
hello! long time no see ya disini ehe.
btw aku ada project nih sama Fio, sudah di posting senin lalu di akun ini hehe. coba cek yaa judulnya INTERSECTION :) jangan lupa bubuhkan kritik dan saran agar kami bisa memperbaiki tulisan :) terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
D O L L
Fanfiction: a model of a human (figure) , often one of a -baby- or girl, used as a people's toy.