8. Pergi Jauh

536 122 24
                                    

Myg


Kita perlu bicara.

Singat, padat dan jelas. Tipikal seorang Min Yoongi. Hah, tunggu! Kenapa Seungwan rasa-rasanya sudah kenal Yoongi luar-dalam kalau bicara begitu? Kepala Seungwan menggeleng cepat, ia keratkan genggaman bolpoinnya dan dengan cekatan ia tulis apa yang ada di slide presentasi sang dosen. Mencoba mengalihkan perhatian otaknya, meskipun gagal.

Iya, gagal. karena sekarang pikiran Seungwan malah terbang kembali pada tadi malam di mana ia berada satu mobil dengan Park Chanyeol, bercengkrama sedikit; meskipun lebihnya digunakan Seungwan mengorek informasi tentang Min Yoongi. Dan dari obrolan itu ia mengetahui bahwa ternyata Yoongi adalah putra dari pemegang saham terbesar dari Hanhwa group, perusahaan hasil dari kerjasama para pengusaha kaya yang memiliki sub-perusahaan di berbagai bidang. Oke, ini saatnya kalian berkata ‘wow’, sebab tadi malam Seungwan juga sekaget itu dan... agak merasa seperti habis dikhianati.

Bukan apa. Tapi, selama ini Seungwan merasa begitu bodoh karena ketika Yoongi sudah mengetahui tentang dirinya sebanyak itu, sementara Seungwan tak tahu-menahu apapun tentang Yoongi. Bukankah itu tidak adil?

“Psst!” Seulgi menyenggol siku Seungwan, lalu menggeser secarik kertas hingga berada tepat di atas buku si gadis Son. Seungwan menoleh pada Seulgi sebentar kemudian membaca isi kertas itu; ‘Kak Chanyeol nggak marah?’

Seungwan menghela napas. Kebiasaan di Kang untuk mengulang kembali kegiatan masa lalu dimana zaman tidak ada ponsel pintar ketika ada dosen menerangkan, surat-menyurat.

Enggak. Kenapa emang?

Gue ngeri tahu! Kemarin Kak Chanyeol kayak nahan sesuatu ekspresinya.

Hah?

Lo ngga nyadar? Kalau kayak ada tense gitu diantara Kak Chanyeol sama Kak Yoongi?

Dahi Seungwan mengernyit, ia menoleh ke arah Seulgi bingung. “Tense apa sih?” bisiknya nyaris seperti tak bicara. Tapi yang diajak bicara tak menoleh sedikit pun sebab bapak dosen yang kalau bicara suara kecil namun pendengarannya sangat tajam itu sudah menaruh atensi pada mereka berdua.

Akhirnya Seungwan pun tak membalas pesan Seulgi lagi, ia taruh bolpoinnya di atas meja. Mencatat pun sudah tak ada keinginan. Sialan, ia jadi kepikiran Min Yoongi sekarang.

***

“Lu ngga usah pura-pura ngga peka deh, Seungwan.”

“Apa sih, Seul? Aku tuh beneran ngga ngerti maksud kamu. Soalnya Kak Chanyeol pas nganter aku pulang juga biasa aja, malah cerita-cerita tentang Kak Yoongi.”

Kini giliran Seulgi yang mengernyit sambil menggantungkan tasnya di atas bahu. “Aneh.”

“Apanya yang aneh?”

“Kalau bukan Kak Chanyeol sama Kak Yoongi, berarti yang bikin suasana tadi malem mendadak dingin siapa ya?”

“Dingin gimana maksud kamu?”

“Oke, engga... maksud gue, pertanyaan gue ganti.” Seulgi mumbling, Seungwan makin bingung. “Kak Yoongi marah ya?”

“Hah?”

“Iya, gue inget banget kalian kayak langsung canggung mendadak. Terus suasananya jadi dingin, soalnya habis lo sama Kak Chanyeol pulang, dia langsung masuk ke flat. Gue ditinggal berdua sama Jimin.”

D O L L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang