13. Nyaman

545 108 22
                                    



Bukan salah Seungwan kalau ia memang besar dengan kepribadian yang suka berpikir. Ah ralat, bukan suka, Seungwan sebetulnya tidak suka jika sedang berada dalam tahap overthink seperti ini. ­Namun itu bukan pula salah Min Yoongi yang sudah membeberkan segala rahasia lelaki itu padanya saat di bus. Seungwan yang meminta Yoongi untuk jujur, jadi ialah yang harus terima resikonya sendiri.

Iya, ternyata mendengarkan cerita Min Yoongi begitu beresiko.

Mulanya Seungwan tidak tahu, ternyata ia bisa juga memiliki 'teman'. Maksudnya, 'teman' yang betul-betul teman untuk mencurahkan keluh kesah, berpikir bersama, dan mengobrol santai tanpa beban. Sebelumnya ia tidak pernah sekhawatir ini pada temannya. Apalagi yang ia tahu, Yoongi sudah tampak baik-baik saja ketika bercerita kemarin. Namun entah mengapa, Seungwan merasa ada yang belum selesai dari lelaki itu.

Dan entah mengapa pula, Seungwan merasa keputusan Yoongi untuk meninggalkan rumah adalah keputusan yang kurang tepat.

Sejak kepulangan mereka dari panti kemarin, mereka jadi sering berkirim pesan. Bukan untuk berkirim kabar (oke tapi iya, mereka juga berkirim kabar), lebih tepatnya berbincang. Seungwan bercerita tentang harinya, Yoongi menanggapi dengan reaktif. Obrolan mereka meluber kemana-mana, dan tak ada yang bosan dari keduanya.

Nyaman. Cukup lama Seungwan tak merasakan hal itu pada orang lain, selain keluarga pantinya.

Seperti hari ini pula, ia menghabiskan waktu di kantor ukm musik. Duduk di ruang kesekertariat musik bersama Seulgi, Jimin dan Min Yoongi. Seulgi masih merengek berharap jawab pada kejadian aneh kemarin, Yoongi menanggapi dengan ala kadarnya (terkesan cuek), sementara Jimin hanya menjadi penonton.

"Kalian harus jujur ya, gue nggak mau tahu. Kemarin gue bingung sumpah, gue disuruh ijinin Seungwan ke ibunya. Dan terlebih yang nyuruh gue seorang Min Yoongi, malem-malem. Kalian nginep dimana hah?!"

"Wah, parah. Bang, jangan bilang lu sekarang udah cari kesenangan sama cewek in a bad way?"

"Eh, lu pikir Seungwan cewek apa, hah?! nggak mungkin lah dia gitu sama Kak Yoongi! Tapi nggak tahu ya, kalau Kak Yoongi yang mengaruhin Seungwan aneh-aneh."

"Jangan sembarangan lu kalau ngomong. Gue tahu Bang Yoongi kayak gimana!"

Seungwan bingung harus menjelaskan apa dan bagaimana. Ia tidak mau berbohong lagi, takut berdosa. Malah menambah beban. Tapi... hah, okelah! Mungkin harus jujur.

"O-oke, teman-teman! Aku mau jujur!"

Yoongi menatap Seungwan memperingati, sementara Seulgi dan Jimin langsung pasang telinga.

"Kemarin aku Gyeongsang-nam, Sama Kak Yoongi. Terus kemaleman, jadi harus nginep. Tapi tenang kok, kita tidurnya nggak sekamar. Kalian percaya 'kan?"

"Percaya sih." Jawab Seulgi, agak lega.

"Tapi kenapa jauh-jauh ke sana sama Bang Yoongi?"

"Emang kagak boleh? Gue yang ajak dia jalan jauh." Itu Yoongi. Akhirnya buka suara meskipun lumayan nyolot.

Mata sipit Seulgi memincing, "Kak... lu jangan aneh-aneh ya. Seungwan udah punya calon tunangan."

"Masih calon 'kan?"

Kedua mata Seungwan melotot, menoleh ke arah Yoongi yang masih mempertahankan ekspresi datarnya. Diam-diam ia meneguk ludah berat, bingung harus berbuat apa. Oh astaga, kenapa juga Seungwan harus deg-degan cuma gara-gara pertanyaan iseng Yoongi? Bodoh!

D O L L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang