"Kalau nggak bisa bilang. biar aku ngga nunggu."
.
.
.“Chanyeol ingin pertunangan kalian diundur dulu.”
Son Seungwan syok bukan main senyampang kepalanya menoleh ke arah sang ibu yang tengah memakan makanannya dengan gestur enggan. Jantung Seungwan berdegup dengan kencang, ketakutan menyergap sementara pita suaranya berdecit lirih: “Kenapa?”
Dentingan keras dari sumpit dan piring membuat suasana makan malam itu semakin mencekam. Seungwan menoleh ke arah ayahnya, mempelajari ekspresi beliau yang kentara sedang menahan emosi. Sementara ibunya menatap dirinya kesal, “Itulah yang ingin ibu tanyakan Seungwan... apa yang membuat Chanyeol tiba-tiba berubah pikiran dengan alasan ‘mungkin ini terlalu cepat’?”
“Itu...”
“Apa kamu ingin ayah kembali mengirimkan belasan mata-mata lagi untuk memantaumu, Seungwan? akhir-akhir ini kamu sudah berani pulang tanpa Chanyeol, dan itu sangat mengkhawatirkan.”
“Tidak!” Seungwan membalas cepat. Tidak, ia sudah muak dengan mata-mata yang selalu berada di sekitarnya seperti cctv berjalan. “Maksudku, aku dan Chanyeol... kami sepertinya kemarin bertengkar.”
“Bertengkar kenapa?” ibu menatap Seungwan menyelidik.
“Kemarin Chanyeol hampir menciumku,”
“Lalu?”
“Dan aku menghindarinya. Aku... tidak bisa. Ayah dan ibu pasti mengerti ‘kan kalau aku sebenarnya tidak memiliki perasaan seperti itu pada Chanyeol. Dia seperti Kakak bagiku, aku ingin memberi perasaan lebih tapi tetap saja tidak bisa.”
Ibu Son tertawa pendek. “Astaga, Seungwan... hanya karena itu? Seungwan... kamu pintar dan cantik. Seharusnya kamu bisa berperilaku lebih cerdas, bukan? Chanyeol adalah anak dari Paman Park. Kamu harus ingat itu. Dan kamu juga pastinya mengerti ‘kan betapa besarnya impact yang didapatkan perusahaan ayahmu jika pernikahan kalian terjadi? Kami tidak pernah meminta bantuanmu dalam hal apapun, tidak bisakah kamu membantu kami untuk kali ini saja?”
Ibu dengan kalimat-kalimat manisnya. Iya, manis yang menusuk.
“Tapi ibu... ayah, bisakah aku—“
“Sepertinya kamu sudah lupa dengan perjanjian kita ya, Seungwan.” itu suara ayah.
Dan dengan itu Seungwan menelan protesnya mentah-mentah, menunduk dan menatap piringnya tak berselera. “Baik, aku salah. Seharusnya aku tidak menghindar waktu itu. maafkan aku karena sudah membuat Chanyeol oppa mengundurkan tanggal pertunangan...”
Ayah dan Ibu Son tersenyum manis. Ibu mengelus punggung tangan Seungwan di atas meja sambil bicara: “Kamu memang anak yang penurut, Seungwan. Ibu jadi semakin menyayangimu.”
Seungwan tersenyum patah. Setahunya, satu-satunya orang yang ia anggap ibu dan benar-benar menyayanginya adalah Bunda Eve. Seungwan kembali menyuapkan sedikit makanan ke dalam mulutnya, sembari dalam hati berbicara: aku rindu panti.
***
"Katanya mereka putus, karena orang ketiga.”
“Jangan ngawur, nggak mungkin lah couple goal kayak mereka tiba-tiba putus karena orang ketiga. Lagian juga, lu tahu sendiri Kak Chanyeol itu selalu ngasih tembok sama cewek-cewek yang ngedeketin dia.”
“Kalau nggak pisah, kenapa pertunangannya batal?”
“Hah?! sumpah lu?! Batal?!”
![](https://img.wattpad.com/cover/144751211-288-k350203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D O L L
Fanfiction: a model of a human (figure) , often one of a -baby- or girl, used as a people's toy.