"Wah gila sih, sejak kapan lo bisa lupa lirik, Bang?!"
.
.
."Hari ini kita pulang telat.”
Rasa penasaran Seungwan pada pernyataan misterius Park Chanyeol selepas mereka makan malam tadi, terjawab sudah. Kerlap-kerlip lampu, hiruk pikuk pemuda-pemudi serta lantunan musik salah satu band seolah menyapa itik yang tersesat di kandang bangau, ya, itik itu Son Seungwan.
“Kita nonton konser musik?”
Pertanyaan polos Seungwan membuat Chanyeol terkekeh gemas sebelum merangkul bahu gadis itu untuk menuntunnya masuk kedalam areal auditorium. “Bukan, tapi nonton teater. Iyalah, Seungwan. Ini konser musik.”
Seungwan tertawa garing, membiarkan tubuhnya ditarik Chanyeol pada deretan kursi di belakang. Bola mata Seungwan tak pelak menyusuri setiap sudut auditorium yang dipenuhi oleh pemandangan-pemandangan asing. Ya kalian tahu lah, seperti berpuluh pasangan yang sibuk memamerkan kemesraan mereka di depan umum (pun di depan layar ponsel yang mereka bawa dengan bantuan tongkat selfie), kumpulan mahasiswa yang merokok (dan ia berani bersumpah kalau ia melihat beberapa perempuan yang ikut menghisap nikotin di sana), dan jangan lupakan pakaian mereka yang cukup tidak pantas menurut Seungwan untuk dipakai di areal kampus. Hal itu sangat asing di mata konservatif seorang Son Seungwan.
“Kak Chanyeol... kayaknya Ibu bakal nggak suka aku ada di sin—“
“Aku sudah minta izin, kita boleh pulang semalam apapun. Asal sama aku, semuanya beres, Seungwan.”
Gagal kesempatanmu untuk melarikan diri, Son Seungwan. Lagipula ada angin apa sih seorang mahasiswa taat seperti Park Chanyeol membawanya ke tempat seperti ini?
“Ada saatnya kita mencoba untuk jadi anak muda yang normal, Seungwan. Aku dan kamu, kita sama-sama terisolasi dari dunia kita sendiri. Makanya, aku bawa kamu ke sini biar kita bisa seenggaknya menikmati masa muda normal kita untuk sejenak.”
Senyuman Seungwan terulas separuh, kalau dipikir-pikir ucapan Chanyeol benar juga. selama ini kehidupan Seungwan hanya seputar kampus, rumah dan acara-acara resmi yang digelar orang tuanya. Ia tidak pernah mengerti apa arti pesta yang sebenarnya. Yang ia tahu, pesta adalah ketika ia harus berdandan secantik putri dan menebar senyuman ramah pada siapapun disertai etika bak keluarga kerajaan.
Ia tidak memiliki kesempatan untuk mencicipi masa muda. Selama di kampus ia hanya mempunyai satu teman dekat dan ia jarang main keluar dengan temannya itu untuk bersenang-senang karena Seungwan gerah sendiri selalu diikuti oleh mata-mata ibunya. Hah. iya, ibunya punya mata-mata yang siap 24 jam mengawasi setiap pergerakan Son Seungwan. Bisa dibayangkan bagaimana sesaknya kehidupan si gadis Son itu.
“Lagipula kamu suka banget sama musik ‘kan? Dan kamu nggak bisa ngelampiasin itu di rumah karena orang tuamu nggak suka musik. Jadi aku sengaja pilih konser ini karena temanya EDM, aku tahu itu genre kesukaan kamu.”
Seungwan menoleh pada Chanyeol, senyum canggungnya terpatri. “Haha iya, aku suka EDM. Makasih ya, Kak.”
Tapi bohong, aku sebenernya lebih suka rnb dan hiphop.
Chanyeol mengusak rambut Seungwan penuh sayang. “Apapun itu, kalau untuk ngebahagiain kamu, aku lakuin.”
Hmm... Seungwan benci terperangkap dalam situasi canggung mencekik seperti ini.
“Seungwan!!! Gila gila lo kok bisa ada di sini?!”
Seungwan menoleh ke asal suara, terasa lega luar biasa ketika ada seseorang yang akhirnya memecah kecanggungan dan seketika ia beranjak dari tempat duduknya. “Seulgi!”
KAMU SEDANG MEMBACA
D O L L
Fiksi Penggemar: a model of a human (figure) , often one of a -baby- or girl, used as a people's toy.