11. Pernyataan

442 117 13
                                    


MIN YOONGI


"Enak banget! Duh, Bunda... aku kangen banget sama masakannya Bunda." 

"Itu juga berkat bantuan Yoongi loh, Wendy. Selain tampan ternyata juga pintar masak." 

Gue hanya tersenyum kecil, merasa pujian Bunda berlebihan. Kemudian mata gue melirik pada Son Seungwan yang kini sudah sibuk melahap makanannya. Sepertinya dia sudah melupakan kegelisahannya tentang sang ibu yang terhormat. Masih membekas di benak gue, sepuluh menit lalu wajah pusat pasi-nya saat menarik lengan baju gue sambil berbisik: "Kak, aku kayaknya nggak bisa nginap. Ibu aku gimana?!"

Begitu tampak guratan gelisah pada ekspresi wajahnya jadi yang tadinya mau gue candain, malah nggak tega, dan berakhir menjelaskan bahwa tadi gue sudah menghubungi Seulgi buat pura-pura minta ijin ke ibu Seungwan kalau Seungwan nginap di rumahnya.

Setelah gue jelasin, dia langsung menghela napas lega lalu haha-hehe di depan Bunda. Dasar! pengen gue ketawain rasanya.

Di tengah acara makan, tiba-tiba gue melihat dia mengernyit. "Tunggu! aku baru sadar, ini kita nggak makan sama anak-anak?" 

"Oh iya, anak-anak pasti sudah makan bersama di kamar masing-masing. Traktiran Jajjangmyeon dan Tangsuyuk dari Yoongi, hehe. Pacar kamu tahu aja kalau anak-anak di sini sudah lama banget nggak makan itu."

Kedua mata Seungwan melotot ke arah gue. Ah, si Bunda ngapain diomongin juga sih? dan lagi, pacar? se-pacarable itu ya gue?



SON SEUNGWAN


Menu kepiting yang sungguh tak biasa jika dijadikan santap makan puluhan anak di panti mulanya sudah membuatku merasa aneh. Tadi kutanyakan pada Bunda, tapi Bunda bilang ini semua karena kedatanganku setelah tujuh tahun. Maka dari itu, Bunda ingin memasak sesuatu yang spesial. 

Sebetulnya aku sangat merasa tidak enak. Ini kepiting! pasti mahal sekali!

Hah, aku jadi ingat dulu selalu berkumpul di aula rumah bersama untuk menyantap makanan Bunda. Biasanya di aula bakal penuh dan kami yang besar-besar sibuk untuk menata... eh, tunggu! kenapa hari ini yang makan malam cuma aku, bunda, Kak Irene, dan Kak Yoongi? untuk Yewon dan Jira memang tadi Bunda bilang mereka ada jadwal kencan buta ke Gwanghwan-do. Tapi anak-anak?

"Tunggu! aku baru sadar, ini kita nggak makan sama anak-anak?" Aku menatap bunda, menunggu jawaban.    

"Oh iya, anak-anak pasti sudah makan bersama di kamar masing-masing. Traktiran Jajjangmyeon dan Tangsuyuk dari Yoongi, hehe. Pacar kamu tahu aja kalau anak-anak di sini sudah lama banget nggak makan itu." jawaban bunda benar-benar mengejutkan, spontan aku menoleh ke arah Kak Yoongi yang masih tenang dengan makanannya. 

"Kamu, Kak?" jawabannya sudah pasti. Tapi entah kenapa aku malah bertanya lagi.

Dia menoleh ke arahku sebentar, lalu mengangguk cuek sambil menggumam 'Hm-mm.' dengan santai. 

Aku hela napas panjang. Kak Yoongi bukanlah lelaki yang memiliki perekonomian begitu baik, ia harus menghidupi diri sendiri di Seoul. Dan juga, perbuatannya kembali menambah rasa tidak enakku. Insiden jembatan Yanghwa, menemaniku ke panti setelah tujuh tahun, menggendongku sampai rumah bersama, menyiapkan makanan dengan ibu, membantuku ijin untuk menginap di sini dan sekarang membelikan anak – anak makanan? Oh Tuhan, berapa banyak sudah hutangku padanya?  

D O L L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang