"Dan, yah... itu alasan aku melajang," tutup Arunya dengan cengiran lebar.
Viola geleng kepala. Rambut-rambut halus tangannya langsung berdiri. Merinding. Fenomena yang sama juga terjadi di seputaran meja. Para lajang sedikit meringis, hanya ibu dosen yang terlihat datar.
Beberapa saat, Viola menilai Arunya-Arunya ini.
Cantik. Seksi tapi nggak slutty. Wajar kalau setingkat aktor FTV bisa tertarik padanya. Jenis perempuan yang mampu mengelola perasaan dengan baik. Nggak pura-pura kuat. Juga nggak rapuh-rapuh amat. Dia tahu caranya bertahan, dan tahu kapan harus undur diri dari hubungan racun.
Dibilang budak cinta juga nggak cocok, semua perempuan sering memberi waktu untuk diri sendiri, dalam rangka melihat pasangan berubah. Cara itu memang rawan dihadiahi plakat bodoh di jidat.
Bagi Viola, yang dilakukan Arunya tepat. Dia keren dengan caranya.
"Kamu nggak ada keinginan seperti... menjambak rambut Lala sampai otaknya keluar lewat pori-pori kepala?" Pertanyaan dari Audy, si Lajang yang mengaku nggak pernah pacaran lebih lama dari masa menstuasinya.
Arunya terkekeh dalam usaha menyeruput kopi. "Sering kok. Tapi, nggak ada tenaga buat eksekusi."
"Mungkin karena sumber tenagamu, sebagian besar berasal dari duit dia," sela Si Tomboy, Pika. "Kamu kan cari makan di kantor Lala."
"Bisa jadi."
Mereka semua---kecuali ibu dosen---terbahak.
Violla sampai mengatup bibir kuat-kuat agar tidak terbahak lebih kencang. "Eh, Pika. Nanti dipanah Arunya, loh. Mantan kesayangan empat tahun aja dia panah, gimana kamu?"
"Ah, ya. Lupa. Sori. Kamu nggak bawa busur panah, kan?"
Terbahak lagi. Mereka dijeda pramusaji yang datang membawa pesanan milik Bu Dosen dan Pika. Sementara Violla, infokan pada Hadra bahwa Espresso Patah Hati-nya belum diantar. Laki-laki itu bicara tanpa suara 'Sebentar'.
Tiba-tiba, Bu dosen lontarkan pertanyaan, "Sudah berapa lama tidak ketemu Gaga?"
"Empat atau lima bulan yah?" Sambil mengingat-ingat, telunjuk Arunya menggaruk ujung hidung. "Pokoknya segitu deh."
"Nggak ada perasaan kangen?"
"Kangen pasti. Gimana pun, aku dan Gaga punya banyak cerita selama empat tahun. Kalau lagi main ke tempat memorial, suka keinget. Tapi, yah, gitu aja."
Audy menimpali, "Lalu? Sejauh mana progres hubungan dengan Fritz?"
Arunya bilang, Fritz jenis laki-laki yang pernyataan cintanya baru akan hadir setelah bertahun-tahun pedekate. Sementara Arunya bukan tipe yang mendesak. Kalau jadian yah sukur. Nggak jadian pun bukan masalah.
"Kalau Aktor FTV?" Violla menyelidik.
"Diulur-ulur sampai yang bersangkutan datengin kontrakan. Penasaran.".
"Bagus!" seru Audy. "Gue suka. Perempuan memang harus gitu. Bikin penasaran. Pas hampir menyerah, tarik lagi sampai jadian. Lima hari kemudian, putusin!"
Semua mata tertuju padanya. Seperti tertarik dengan isi pikirannya yang spontan sekaligus kontroversial.
Giliran Arunya yang menuntut, "Coba sekarang cerita, kenapa kamu bisa lajang?"
"Ah, iya. Kok nggak pacaran lebih lama dari masa menstruasimu?" tambah Vio, sama penasarannya.
Yang ditanya memainkan telunjuk ke bibir gelas. "Kalian yakin mau dengar?"
Semua kepala di meja itu kompak mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohpedia
ChickLitJodopedia adalah rumah bercerita sekaligus kedai para lajang. Dari petang, hingga matahari melintang, banyak lajang-lajang yang berkumpul di sana. Bertukar cerita malang, mencari peluang, atau sekadar nikmati masa bujang. Ada Lajang Sayang, Lajang M...