Aku sering disebut pheromone sprayer. Perempuan yang hanya butuh lima detik untuk menyita perhatian lawan jenis. Juga, cukup menggigit bibir bawah untuk membuat sesuatu di balik gesper cowok-cowok mengencang.Dari segi fisik, aku punya-setidaknya--9 dari 10 poin yang dicari Kaum Adam dari perempuan. Itu kata Peter, teman makan siangku. Seorang ekspatriat tampan, yang seminggu lalu mengirimi Long Island ke table-ku. Beserta sebuah catatan kecil bertuliskan 'Tu es belle'. Sebagai balasan atas pujian, kuangkat gelas berkaki itu, bersulang dengannya lewat udara. Dia hijrah ke mejaku lalu kami berakhir di apartemennya hari ini. Sebagai pasangan.
Semudah itu.
"Satu yang tidak kamu miliki," tambahnya. Setelah bersihkan sudut bibir dari cipakan saus Arrabbiata. "Rambut panjang."
Rambut panjang. LOL! Kupikir hal semacam ini nggak dicari pria asing.
"Rambut panjang nggak cocok dengan perempuan tropis sepertiku." Bangkit membawa piring bekas aglio e olio. Di belakang, Peter serukan larangan mencuci piring.
Terima kasih. Aku memang nggak berniat marendam kuku arkilikku dengan cairan pencuci piring.
"Aku harus pulang."
Peter tinggalkan meja makan. Hampiri aku. "Kenapa buru-buru? Ini Minggu." Dia melirik pintu kamar. Blitch mata abu-abu itu membias fantasinya. Bisa kubaca, adegan pertarungan panas di sana. "Kita bahkan belum senang-senang. Aku punya verrine. Mau kuambilkan?"
Gelengan. Dia belum kapok bernego, "Sampanye?"
Sampanye dan verrine adalah tipu muslihat. Berani bertaruh, kalau kuiyakan ajakannya, dua hal itu nggak akan pernah menyentuh kerongkonganku. Sebab alat cecap Peter yang mirip vacum cleaner itu, sudah lebih dulu merampasnya dari bibirku.
"Ody... Apa pastaku tidak enak?" Dia pikir servis makan siangnya kurang berkesan.
"Sangat enak. Aku kenyang."
"Lalu? Kenapa pulang?"
Kuberikan pelukan sayang dan sebuah kecupan ringan di bibirnya, lalu berbisik, "Karena ini mulai membosankan. Sebaiknya kita putus."
Lelaki itu memiringkan kepala. Menatapku dengan sisipan arti, 'Oh, yang benar saja"
Ini sudah seminggu. Lewat dua hari jatah waktu yang kuberikan untuk satu teman kencan. Dan si tampan sialan ini mendapatkan ekstra time. Pertama, selain wajah yang nggak bosan dipandang, juga, kemampuannya membuat kakiku nggak menginjak tanah saat ciuman, lelaki Prancis ini nggak pelit. Selalu bilang, 'Biarkan aku menentang emansipasimu dengan membayar semua biaya kencan kita."
Oh, manis sekali. Rekeningku nggak pernah diajak diet saat pacaran dengannya. Malah makin obesitas.
"Kuberitahu, Pet..." Seiring kalimatku digantung, aku melangkah ke pintu. "Aku tidak pacaran dengan orang yang sama selama seminggu."
Mukanya memerah. "Jadi, kenapa kamu iyakan ajak berkencan? Apa kamu memanfaatkanku?"
"Oh," Aku tertawa anggun. "Itu hanya terjadi di fiksi. Tapi, kalau kamu menganggap begitu, selamat! Kamu baru saja mengindonesiakan isi kepalamu, Bèbè."
"Dasar Jalang!" makinya.
"Merci, mon amour." Kutundukkan kepala sopan.
Peter tanggalkan Bahasa Indonesia-nya. Mulai mengamuk dengan bahasa Perancis. Aku nggak paham, tapi, kalau kurangkum semuanya dalam Bahasa, kurang lebih artinya "BABIK KAU!"
Ya. Mengamuk saja bersama babi-babimu itu. Tunggu sampai Namboru Panjaitan datang membawa sayur kol lalu kalian minum sampanye bersama.
Aldric Peter. Pacar ke-8 di bulan Februari. selesai.✔️
***
Salah pub tadi. Anjir. Jadi kebalik2.
Btw, iya, Jodohpedia memang cerita yang sengaja dibikin ringan, seringan cara mantan kalian bilang putus.
Jadi, kalau nggak menemukan sesuatu yg wow, ya krn memang nggak dibikin wow. Walopun karya aku yg lain juga gak wow wow amat.
Jangan cari-cari 'rasa' Space atau Impromptu atau Decision di sini.
Krn yang ada di sini hanya rasa cinta yang dalam untuk kalian semua🙄
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohpedia
Romanzi rosa / ChickLitJodopedia adalah rumah bercerita sekaligus kedai para lajang. Dari petang, hingga matahari melintang, banyak lajang-lajang yang berkumpul di sana. Bertukar cerita malang, mencari peluang, atau sekadar nikmati masa bujang. Ada Lajang Sayang, Lajang M...