Arunya - Gimana Rasanya, Diabaikan Oleh Yang Biasa Terabaikan?

13.2K 1.8K 80
                                    

Jadi, ada yg bingung yah sama alurnya?

Mungkin kita terbiasa dgn alur maju kalik yah... Jadi, gue jelasin dikit:

Arunya di sini tokoh pertama yg gue ceritakan kisahnya. Kan, Lajangnya ada lima yah. Vio, Arunya, Pika, Kristal sama Audy.

Pembagian pov di sini jadi penunjuk waktu. Jadi jgn kedistraksi.
Pov 3, di mana gue gambarkan para lajang yg berkumpul di JoPe. Itu kejadian yg sedang berlangsung. Dan, pov 1 untuk cerita tiap-tiap tokohnya. Arunya tuh jadi yg pembuka nih.
Jadi klo kalian baca pas nemu POV 3, artinya, gue tarik kembali kalian ke JoPe. Gitu, Maxbiagi 😂😂

***


Tujuh limabelas.

Bunyi motor Gaga menggilas hamparan kerikil di pekarangan menuju unit kontrakanku. Nggak lama kemudian pintu diketuk.

Kali ini, aku enggak akan membukanya di ketukan kelima. Apalagi, tawarkan dia segelas teh manis dan berkeping biskuit. Katakan "adios, sayonara, bye" karena ritual itu harus aku copot di pagi pertama setelah putus---meskipun tanpa 'ya' dari Gaga.

Putus yah putus. Selesai. Rumusnya begitu saja. Mana ada putus masih dikasih makan biskuit? Enak sekali hidupnya! Ini kontrakan, bukan dapur umum bikinan Dinas Sosial.

"Nya? Kamu masih mandi? Aku tunggu di sini aja, ya."

Tebal muka. Menolak ditolak. Usaha yang bagus, Ga.

Padahal, dia hafal kebiasaanku. Mandi sebelum shalat subuh. Siap sebelum dia tiba. Empat tahun bareng, belum pernah kubuat dia menunggu karena alasan feminim. Seperti dandan, pilih baju, dan lainnya. Dengar-dengar, itu salah satu alasan hebat menjadikanku sebagain pacar: praktis dan hemat waktu.

"Arunya!" Masih kudiami. "Buka dong, Nya."

Bug.

Gaga menumbuk pintu. Nggak dapat sahutan, dia kembali menggebuki pintu berkali-kali. "Astaga, Nya. Gagang pintunya nyaris rusak. Gimana nih?"

Ciri khas Gaga. Mengancam dengan candaan. Seperti pembunuh yang sedang menodong pisau di punggung tapi lontarkan lawakan di waktu bersamaan.

Silakan saja, Ga. Gebukin saja pintu yang enggak bersalah. Kuharap, Haji Hamid pemilik kontrakan ini melihat ulahnya dari CCTV. Dan minta ganti rugi 20 kali lipat.

"Kamu enggak asik hari ini, Nyaaaa!"

Panggilan terakhir. Lalu, kudengar langkah kaki menjauh. Deruman motor menyalak kemudian sayup-sayup seiring rodanya menggelinding keluar pekarangan kontrakan. Garandra cabut.

Bagus. Gaga yang kukenal memang bukan laki-laki ngotot. Sekali ditolak, menyerah.

Selesai mengikat rambut, sentuhan akhir dandan, aku pesan ojek online.

Putus dari Gaga berarti mengikhlaskan berapa persen gajiku ke ojek online, supir taksi, angkot, dan berbagai macam transportasi umum lainnya. Sebab, nggak cuma pemilik hati yang aku pecat, tapi juga supir pribadi resmi di-dump.

Nggak apa-apa, Nya! Lupakan Gaga dengan skuter matic-nya. Besok, mungkin ada pangeran dengan babi putih yang datang menjemput.

JodohpediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang