Arunya - Sudah Ratusan Kali. Dan Rasanya Masih Sama: Sakit

9.5K 1.8K 221
                                    

Celaka! Guyonku tadi diartikan secara harafiah.

Double celaka-nya, Karla Nasution berulang tahun. Dan, semua yang terjadi tadi dianggap satu kejadian kecil menuju surprise besar sore harinya.

Lala yang diberi kejutan, aku yang kaget. Di dalam sana, sudah ada para sepupu. Tante Neti, mamanya Gaga, pegang ponsel sambil video call. Kulihat di layar, orangtua Lala memakai atribut ulang tahun sambil bernyanyi. Serempak  ruangan ini diisi theme song ulang tahun.

Sang dalang kejutan ini--Gaga--masuk ke ruangan sambil membawa tart. Senyumnya lebar. Aku berdoa semoga satu lilin kehirup dan masuk ke dalam lubang hidungnya itu.

Akhir dari hura-hura ini, aku ditubruk kencang oleh Lala. Lalu dihadiahi ciuman di pipi. "Kamu bikin aku jantungan. hehe. Makasih surprise-nya. Sukses bikin aku badmood. Love you!"

Ya Tuhan. Dengan polosnya dia simpulkan bahwa aku dan Gaga sedang berkongki-kongki berikan kejutan.

Ini lawak. Aku sudah capek-capek bikin alasan, lalu dianggap guyon.

Kubatalkan rencana mengangkut barang-barang di kubikel. Ini hari spesial Lala, apa salahnya aku menunda nafsu untuk segera cabut dari sini dan tenggelam sejenak dalam euforia ulang tahun.

Pada akhirnya, aku berpindah ke pojok ruangan. Setelah drama penolakan foto bareng. Aku sedang tidak berada dalam mood yang bagus untuk rekahkan bibir. Semua gegap-gempita sore ini hanya sampai di kupingku. Tapi sulit menerobos hatiku.

"Nyanyong." Tiba-tiba Gaga datang. Olesi butter cream di hidungku. Dia tertawa, menunggu reaksi. Sayang sekali nggak kurespons.

"Nya...." Kali ini tanganku disentuh. "Kangen deh. Hampir sebulan didiemin. Nggak enak banget."

Jemari Gaga mencari jemariku. Kuputus usaha itu lewat aksi melipat tangan di dada. Pura-pura khusyuk menonton Tante Neti dan Lala saling mengotori wajah satu sama lain.

Gaga langsung mendekatkan wajahnya tepat di depan biji mataku. Dua jari tangan kiri, menarik ke bawah kelopak mata dan jari tengah kanan dorong ke atas hidungnya. Wajah babi andalan, senjata untuk mendapat perhatian dariku.

Biasanya ini supermanjur bikin aku ngakak. Sekarang, aku memandangnya tanpa selera humor. "Kamu pikir lucu?" Tajam dan dingin.

Roman Gaga jadi muram. Perubahan yang jujur membuat perutku bergejolak. Sumpah mati. Jadi jahat itu nggak enak. Lantas kenapa banyak orang jahat di dunia ini? Aku perlu tahu, apa nikmatnya menjahati orang lain? Secara sadar?

"Nya, aku nggak tau ada apa dengan kita. Tapi, kalau itu bikin kamu kesel, jalan yuk! Quality time. janji, aku bikin keselmu ilang." 

Quality time! Haha. Gaga memang se-wkwk itu.

Basi! Sungguh basi!

Percuma hari ini senang, besok sedih lagi. Sama kayak cuci motor di musim hujan. Bersih sejam, lalu kotor lagi kena becek. Capek.

"Udah ya---"

"GAGAAA, NYANYAAA, NANTI MALAM KITA NONTON PENSI YUK. ADA BIRU TAMAELA, NICE FRIDAY, SAMA SENJA."



***

Dulu, aku nggak pernah membenci musik begitu spesifik. Semua jenis lagu kudengar. Apa pun genre-nya. Dari Metal sampai keroncong. Dari Melayu sampai India.

Tapi, karena Lala dan Gaga, kuputuskan memusuhi musik Indie.

Malam ini, aku begitu dekat dengan musuhku. Di sini, di Aula sebuah kampus. Terjebak bersama orang-orang yang bernyanyi penuh khidmat.

"Jangan menangiiiiiiiiis. Sayangku
Sesalmu hancurkan arah mimpii.
Bangkitlah tetap berdiri teguhkan langkahmu jangan berhenti"

Gaga, sambil bernyanyi, merangkul pundakku. Tetapi gesturnya begitu melindungi Lala dari orang-orang sekeliling. Aku nggak tahu, siapa yang tampil dan lagu apa yang mereka nyanyikan. Orang-orang terus berteriak "Nice Friday" Sementara aku, seperti penonton ilegal.

Sepertinya lagu menuju akhir. Suasana makin berisik. Gaga maju ke depan. Rangkulan yang sebelumnya jadi milikku, kini berpindah di bahu Lala. Mereka berangkulan. Menyanyi, "Jangan pernah menyerah. Walau semua berat. Jangan pernah menyerah walau semua berat. Jangan pernah menyerah walau semua berat. Jangan kau lari lagi. Lari lagi"

Di titik ini. Aku kembali merasa asing. Seperti dihadapkan pada cermin besar. Berkaca, dan bertanya aku ini siapa?

Kenapa bisa aku di sini? Tapi nggak pernah menjadi bagian dari mereka?

Nice Friday? Makanan apa itu? Itu bukan kesukaanku! Aku nggak suka musik Indie! Nggak suka saat mereka mulai menyindirku ketika aku kedapatan mendengar lagu melayu.

Mereka bilang aku pasaran. Dan mengklaim diri mereka berbeda dengan orang lain karena selera musik mereka nggak biasa.

Mereka adalah mereka. Yang mungkin nggak akan pernah bisa menerima aku.

Kubuang jus yang diberikan Gaga. Lalu, cabut. Terobos orang-orang. Ini bukan duniaku! Aku nggak bisa terus-terusan begini. Aku ingin berhenti menjadi "penyusup" di dunia mereka. Aku ingin keluar! Aku muak!

"Nyanya!"

Kucepatkan langkah. Berharap Gaga nggak mampu mengejarku.

"Nyanya!"

Tanganku ditangkap Gaga. Sekali sentak, aku berhasil menepis cekalan itu.

"Nyany---"

"Udah ya, Ga. UDAH!!" jeritku, meledak.

Dia terheran-heran. "Mau ke mana? Toilet-nya bukan di sini--"

"Aku benci tempat ini!!" potongku, berteriak. "Aku nggak suka lagu Indie! Nggak suka saat kalian berusaha terlihat berbeda dengan orang lain! Aku nggak suka diposisikan seperti orang asing di sini! Dan aku benci karena terus-terusan memaksakan diri untuk ada dalam dunia kalian! Sementara kalian, nggak pernah berusaha untuk tahu apa yang ada dalam duniaku!"

Bahu Gaga merosot. "Nyany--"

"Dan stop manggil aku seperti cara Lala memanggilku Nyanya, Nyanya, Tolol!!" Kulawan ancaman menangis. "Namaku Arunya! With a big A. Bukan Nyanya!  Bukan Nyanya seperti kesukaan---" Suaraku macet di kerongkongan. "L-Lala...."

Aku bergegas pergi. Jangan sampai menangis di depan Gaga. Laki-laki itu terus membuntutiku.

"Oke, oke, Nya---Arunya." Sekali lagi tanganku dicekal. Kali ini lebih kuat. "Tetap di sini. Jangan ke mana-mana! Lala sendirian di dalam. Aku jemput dia. Kita pulang. Oke?"

Setelah bilang begitu, Gaga bergegas pergi. Kupadangi punggungnya yang menjauh. Entah sudah berapa puluh--bahkan ratusan kali aku ditinggalkan seperti ini demi Lala. Kenapa rasanya masih sama?

Sakit.












JodohpediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang