Chapter #26

35.9K 1.4K 202
                                    

Aku membeku, satu tamparan mendarat mulus di pipiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku membeku, satu tamparan mendarat mulus di pipiku. Mendukkan kepala sambil menahan isakan yang terus menberontak dari kedua mataku. Memilih diam itu lebih baik, karena nyatanya memang aku yang bersalah di sini.

"Kamu punya otak 'kan, Radzana?!"

Suara lantang Ella menembus dinding telinga. Mulutku bergerak untuk menggigit bibirku yang bergetar. "Kenapa kamu diam? Seketika bisu atau bagaimana?!"

Tarikan kasar Ella berhasil mengangkat wajahku. "Dengar Radza, anak itu darah dagingmu. Lalu untuk apa kamu dan Shaka sibuk mencari uang serta memiliki segalanya, tapi kenyataannya semua itu tidak berguna! Karena sesuatu yang harusnya kalian nafkahi malah mengemper di jalan seperti ini!"

Aku membuang muka, ketika sebelah tangan Ella menarik wajahku agar memperhatikan gadis yang sedang menjajakan korannya. "Dia anak kamu Radza, darah dagingmu, untuk kali ini turunkan gengsimu!"

"Kamu ingat dulu kamu pernah menangis di pelukanku, menumpahkan seluruh ketakutanmu karena khawatir tidak bisa memiliki anak. Tapi sekarang lihat, semua itu tidak terjadi, gadis cantik itu adalah darah dagingmu!" Kedua tangan Ella terangkat untuk mengguncang bahuku. "Bagaimana jika om Raihan dan tante Yasmin tau tentang hal ini, apa yang akan mereka lakukan?!" Segera mendongak untuk menatap wajah Ella yang sama buruknya denganku.

"Aku akan ke sana, menemui anak itu." Dengan cepat kutarik kasar tangan Ella. "Jangan egois, Radzana!"

Aku menggeleng, setetes air mata merembes dan terjatuh begitu saja. "Egois bukan berarti jahat, El."

"Otak kamu ke mana, Radza?! Bertahun-tahun hidup bersama Shaka memang membuatmu kehilangan akal, kamu tau bahwa aku belum pernah merasa sekecewa ini pada siapa pun!" Ella berteriak, tanganya terulur untuk membenarkan hijabnya yang berantakan.

Kuusap kasar wajahku frustasi. "Ini masalahku dan Shaka, El, aku minta maaf."

"Aku tidak peduli denganmu, apalagi lelaki brengsek seperti Shaka. Asal kamu tau, bahwa hanya gadis itu yang aku pedulikan sekarang!" Ella berkata penuh penekanan, sambil menunjuk tubuh kecil putriku yang berada di sebrang.

Aku menunduk, memilin pelan baju yang kukenakan. "Ella sebenarnya ---"

"Aku baru sadar kalau kamu adalah manusia jahat, benar-benar jahat, Radz." Ella segera memotong pembicaraanku. "Jika kamu memang tidak menginginkan gadis itu, biarlah aku yang akan mengambil tanggung jawabnya!" lanjutnya tajam, ketika perempuan itu akan kembali kutarik pergelangan tangannya.

"Biarkan aku dan Shaka menyelesaikan masalah ini, jangan ikut campur, El. Aku mohon." Perempuan itu hanya tertawa samar, sambil menarik kasar pergelangan tangannya yang aku genggam.

***

Mataku terbuka ketika sebuah kecupan panjang bersinggah di bibirku, tetap terdiam sambil menarik cepat selimut tebal untuk menutupi tubuh sexy-ku.

SELFISH (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang