Chapter #25

33.9K 1.4K 235
                                    

Aku mengerjab pelan, mencoba menyesuaikan cahaya yang  menerobos masuk melalui jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengerjab pelan, mencoba menyesuaikan cahaya yang  menerobos masuk melalui jendela. Bibirku mengerucut kesal, dengan cepat kutarik selimut sampai kepala untuk menghalangi sinar matahari agar tidak menyentuh tubuh telanjangku.

"Aku ada penerbangan untuk seminggu ke depan, kamu jaga diri jangan keluyuran!" ucap seseorang tetap tidak kupedulikan, semakin kupejamkan mataku dan kupeluk ranjang kuat.

"Bangun Radza, aku mau berangkat nih." Ditariknya selimutku dengan kasar, hal yang membuat emosiku tersentil. Menarik balik selimut tebal itu dan terjadilah tarik-menarik yang membuat pagiku begitu buruk.

"Peduli setan, Shaka! Berangkat saja sana biasanya juga tidak pamit." teriakku garang masih sambil memejamkan mata.

"Buatkan sarapan," ujarnya tanpa dosa, aku mengerutkan dahi, ada apa dengan lelaki sialan ini?

"Radza cepat! Aku harus mampir ke pengadilan untuk mencabut berkas perceraian kita, bukan?" Tubuh kekar itu ikut masuk ke dalam selimut, tangan nakalnya mulai memainkan aset kembarku.

Aku segera bangkit, memukul kuat tangan laknatnya. "Dasar gila!"

*

Tidak banyak yang bisa kulakukan, hanya membuat nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya. Hal paling simple yang biasa aku lakukan jika iblis satu ini sedang kumat meminta makan seperti sekarang. Bibirku terangkat melihat Shaka makan dengan lahap, netranya beberapa kali melirik arloji, seperti sedang diburu waktu.

Shaka memang menyebalkan, egois dan keras kepala. Tapi sejauh pandanganku dia mandiri dalam segala hal, bahkan untuk jadwal penerbangan lelaki ini selalu berkemas dan menyiapkan segala kebutuhan serba sendiri, tidak pernah sekali pun menyuruhku, mungkin hanya sarapan seperti ini saja bahkan itu pun dibilang sangat jarang jika tidak mendesak.

"Seganteng itu aku pagi ini, sampe kamu tidak berkedip." Sebuah suara membuyarkan lamunanku, lelaki itu mengangkat sebelah alisnya lalu menyisir rambut klimisnya dengan jemari.

Aku terbirit ke kamar mandi, perutku tiba-tiba merasa mual melihat tingkah aneh Shaka. Dan hanya cairan bening yang keluar dari kerongkonganku. Memijat perlahan pelipisku, entah kenapa rasa pusing itu ikut melanda seperti ingin menambah penderitaanku saja!

"Tumben lebay, gitu aja mual." Seperti setan, lelaki itu sudah berdiri menjulang di belakangku. Aku terdiam sejenak, ingin mendebat tapi tubuhku tidak mendukung, lemas sekali rasanya.

"Minggir, badanku tidak enak." Berusaha menyingkirkan tubuh tegap itu dari depanku tapi nyatanya tidak bisa. "Aku pusing, Shaka!"

"Kamu pucat banget, kenapa?" Nada suaranya kali ini membuatku terkekeh, menenangkan sekali pengucapan iblis satu ini jika aku dalam kondisi buruk, pengecualian saat melahirkan.

"Apa yang sakit?" Usapan lembut  di punggung membuatku terpejam. Sialan, lelaki ini mantap sekali jika sudah begini, membuat jiwaku selalu menetram.

SELFISH (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang