🌸BAB 4🌸

43 32 9
                                    

Flashback on

Satu tahun silam, seorang gadis yang sudah remaja itu hanya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa sedikitpun, ia mencoba mengintip setiap kejadian-kejadian yang terjadi di hadapannya itu. Isakan tangis yang ia coba tahan tetap lolos dari mulut nya.

Ia melihat sang Bunda berteriak-teriak kepada sang Ayah. Ia takut, bahkan benda-benda yang semula utuh sekarang tak berbentuk sedikitpun.

"Kau! Pria Brengsek!!!. Berani-berani nya kau menghianati pernikahan ini!" teriak Aina dengan tangis yang tak tertahan lagi.

"Berapa kali kamu selalu mengatakan maaf, dan aku malah mempercayaimu!. Harus nya sedari awal aku tidak memberi mu maaf Brengsek!." kebencian memenuhi diri Aina. Ya dia merasa telah di khianati oleh suami nya sendiri.

"Maaf Aina, Aku tak bisa untuk menjelaskan apa-apa lagi. Dan aku juga akan menceraikan kamu." ujar Reno lirih melihat istrinya seperti itu. Iya tau bahwa semua yang terjadi adalah kesalahan nya, tapi apa daya ia tak bisa untuk berkata lagi.

Racha yang semula hanya mendengarkan pertengkaran kedua orangtua nya seketika terkejut bahwa Ayah nya akan menceraikan sang Bunda. Ia tak paham apa yang terjadi, kenapa Ayahnya memutuskan untuk menceraikan sang Bunda. Bahkan sebelum ini hubungan mereka baik-baik saja.

Sebuah kejutan apa yang ia dapatkan di saat ia memilih pulang dari pada menetap di Rumah sang Nenek, bahkan di sana pun Tante nya Leona selalu menyudutkan diri nya, dan saat ia kembali ke rumah ia mendapatkan sebuah bom yang akan menghancurkan keluarga kecil nya.

Isakan tangis yang keluar dari mulut Aina membuat hati Racha perih. Untuk pertama kali nya ia melihat sang Bunda menangis seperti itu. Segera ia keluar dari persembunyian, sebab ia tak tahan lagi. Walaupun diri nya masih merasa ketakutan ia tetap mencoba mendekati kedua Orangtua nya.

"Ayah, Bunda, kalian kenapa bertengkar?" tanya Racha ketakutan sambil menatap kedua orangtua nya.

"A--apa Ayah benar akan pergi tinggalin Ara dan Bunda?." lanjut Racha tanpa peduli dengan suara yang ia keluarkan bergetar.

Tatapan sendu terlihat dari Reno, ia tak tau harus berkata seperti apa kepada putri kecilnya itu. Ia sadar bahwa yang terjadi tadi tidak luput dari pandangan Gadis kecilnya itu.

"Ara, Ayah tidak ninggalin Bunda. Ayah cuman pergi untuk menenangkan diri Ayah." ujar Reno mencoba menjelaskan, ya meskipun itu sebuah kebohongan ia harus tetap mengatakan agar putri kecilnya tak takut.

"Ayah sungguh tidak pergi lama?,Ayah akan balik lagi kan?. Kasihan Bunda nangis-nagis gitu Ayah," ucap Racha dengan polos nya. Ia bahkan belum terlalu mengerti apa yang terjadi.

Sedangkan Aina tak menjawab dan mendengarkan perbincangan kedua orang yang ada di hadapannya itu. Tatapan benci bahkan kecewa pun masih terpanjar dari mata hitam pekatnya itu.

"Iya sayang. Jaga Bunda ya, selama Ayah tak ada di samping kalian." usapan lembut mendarat di pipi tembem Racha.

"Berjanji satu hal dengan Ayah Ara, bahwa Ara tidak akan mudah mempercayai siapa pun, pahami keadaan dan lihatlah sekeliling kamu. Bahkan terkadang yang kamu anggap baik bukanlah  seseorang yang baik dan begitu sebaliknya." lanjut Reno, meskipun ia yakin bahwa putrinya itu tidak terlalu memahami perkataan nya.

Anggukan kecil pun ia perlihatkan, itu menandakan ia faham meskipun tidah sepunuhnya.

Setelah itu Reno langsung memeluk gadis kecil nya itu, dan pergi meninggalkan Rumah tersebut. Sebelum ia benar-benar keluar panggilan kecil pun kembali terdengar.

Comfortable (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang