🌸BAB 10🌸

18 8 0
                                    

"Gila, tadi seru banget. Jadi pengen bolos terus gue bawaan nya. Tuh lihat penghasilan kita manggung di Cafe hari ini banyak cuy!" ujar Jelio dengan mata yang berbinar-binar karena mendapatkan uang banyak saat manggung tadi, biasanya mereka tak pernah mendapatkan uang sebanyak itu. Bahkan rasanya tak sia-sia ia hari ini bolos sekolah.

"Yeee, lo mah curut. Masalah uang lo gitu, kayak itu mata lo mau keluar," jawab kenan sambil memperbaiki letak gitar yang ia sandang.

"Gue laper, gimana hari ini kita belanja buat masak. Dan lo Git, lo yang masak hari ini." Dengan seenak jidatnya Jelio malah menyuruh Brigit untuk masak.

"Nggak! Males gue masak. Lo beli makanan cepat saji aja," tegas Brigit kepada Jelio.

"Yaaahh, nggak asik lo Git. Rasanya udah bertahun-tahun gue nggak makan masakan lo. Ya nggak Ken, Lif?"

"Bener, lagian kan cuman lo yang bisa masak di antara kita. Udah cocok jadi istri orang lo. Eh maap salah gue, maksudnya jadi suami yang baik," ucap Kenan membenarkan ucapan jelio.

"Yo i. Benar tu kata Jelio sama Kenan. Masa sih lo nggak mau masak buat kita-kita. Ni ya lo itu ibaratnya emak kita-kita ni dan kita-kita ini anak lo, pas anak lo mintak makan masa lo diamin aja. Nggak kasihan lo sama anak lo? Tuh lihat kita pada imut-imut, kasihan kalau ntar kurus nggak di kasih makan sama emak." Alif pun menaik-naikan satu alis nya pertanda bahwa ia begitu sudah lama tidak makan masakan sahabatnya itu dan tak lupa memberikan senyuman jahilnya.

"Tuhaaannnn!!! Lama-lama gue beneran gila, lo mu makan?" tanya Brigit

Dan anggukan pun mereka tunjukan pertanda mereka mau.

"Lo mau makan masakan gue?"

"Iya," ujar mereka bersamaan.

"Oke, gue beli sianida dulu. Dan baru gue mau masak buat kalian," ujar Brigit dan langsung pergi dari hadapan ketiga sahabatnya itu. Yang mana ketiga nya masih tercengang di depan Cafe tempat mereka manggung tadi.

"Git! Gila lo, mau bunuh kita-kita. Tega banget sih lo! Gitt!" teriak Alif dan hanya di balas lambaian tangan oleh Brigit.

Setelah beberapa perdebatan yang terjadi dan negosiasi barulah Brigit mau untuk memasak, saat itu juga mereka langsung membeli bahan-bahan masak dan setelah merasa cukup mereka memilih memasak di rumah Alif.

"Nggak sabar gu..." Ucapan Alif pun saat itu langsung berhenti ketika melihat sosok seorang wanita yang selama ini membuatnya muak, dan saat itu tengah duduk di ruang tamu.

Dan tak hanya itu ketiga temannya Alif pun juga menghentikan langkahnya.

"Alif," ujar wanita tersebut dengan lembut.

"Ck! Gue masuk kamar dulu. Lo pada ikut apa nggak!" bentak Alif kepada ketiga sahabatnya itu yang mana mereka tak mengikuti langkah kaki Alif.

"Permisi tante," ujar mereka bersamaan kepada wanita tersebut.

Mood Alif saat itu juga langsung berubah buruk, tak ada semangat seperti tadi lagi. Saat sampai di kamar Alif pun memilih mengambil stik PS nya.

"Lif, lo tega banget sama nyokap tiri lo. Orang nyokap baru balik itu di salimin di tanya kabarnya, eh lo malah nggak ada sopan nya." Begitu lah isi ceramah dari Kenan yang merasa tak peduli dengan tatapan tajam dari Alif.

Ia tau, bahkan paham dengan keheningan sesaat yang terjadi di Ruang Tamu tadi. Oleh karena itu ia memilih untuk berkata seperti itu  agar sahabatnya itu tidak merasa kesal lagi.

"Tapi gue pikir-pikir tante Kiana cantik juga ya." lanjut Kenan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tau apa lo! Banyak bacot. Tu, buruan gue mau lo menang lawan gue, awas aja ntar kalau lo kalah tu adik bawah lo gue potong." Kesal itu lah yang di rasakan Alif, rasanya ia ingin memakan Kenan saat itu juga.

Comfortable (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang