🌸BAB 11🌸

19 5 6
                                    

"Bagaimana dengan Alif, Don? Apa dia baik-baik saja?" tanya Kiana dengan begitu cemas kepada Dokter yang bernama Doni tersebut dan dia merupakan adik dari Kiana.

"Kita bicara di ruangan aku aja kak," ajak Doni kepada Kiana.

"Kakak duduk dulu," ujar Doni.

"Keadaan Alif untuk saat ini tidak begitu parah kak, hanya saja dia mulai merasa tertekan untuk sesaat. Jika ia merasa terus tertekan kemungkinan besar penyakit lamanya akan kambuh kembali kak. Kakak lihat tangannya, dia menyakiti dirinya sendiri karna tak bisa meluapkan emosinya," jelas Doni kepada Kiana.

"Jangan paksa dia untuk mengingat masa lalu nya, dan jangan juga membahas orang-orang di masa lalunya dulu kak. Untuk dia menerima itu akan membuat dirinya tak bisa mengendalikan emosional nya, bahkan ia sendiri akan merasa sulit untuk membedakan saat itu dia ada di masa sekarangkah atau di masa lalu kah. Apa kakak membahas orang terdekatnya?"

Beberapa saat Doni menjelaskan bagaimana keadaan Alif tadi membuat diri Kiana merasa bersalah karena telah megungkit masa lalu Alif. "Iya, aku yang salah Don, seharusnya aku tak membahas almarhum mamanya," ucap Kiana dengan tangis yang mulai terdengar.

"Apa Alif tak bisa sembuh Don? Kakak tak kuasa melihat anak seperti Alif harus mengalami hal seberat itu Don," lanjut Kiana, berharap pertanyaan darinya itu mendapat jawaban yang positif.

"Aku juga tak yakin kak, tapi kita cuman bisa berdoa kepada tuhan agar Alif bisa di sembuhkan. Dimana suamimu kak?"

"Dia sedang di luar kota, Don," jawab Kiana singkat.

"Lihat kak, bahkan ayahnya pun masih menggilai pekerjaan di saat anaknya dalam keadaan tidak sehat." Senyuman sinis pun terbit di wajah Doni, bagaiman bisa seorang ayah tak memperdulikan anaknya.

"Sudahlah, aku ada di sini. Aku ada untuk Alif, dan kamu juga seorang paman sekarang Don. Aku harap kamu bisa mencari solusi untuk penyembuhan penyakit Alif. Kakak ingin melihat Alif dulu," ujar Kiana kepada Doni dan memberikan harapan yang besar agar adiknya itu bisa mendapatkan sebuah solusi untuk kesembuhan anaknya itu.

Saat sampai di ruangan Alif di rawat, Kiana melihat Brigit di sana yang tengah duduk di samping ranjang Alif.

"Tante, bagaimana keadaan Alif?" tanya Brigit dengan rasa cemas.

"Dia tak apa Git, hanya saja sedikit kelelahan. Lebih baik kamu balik pulang dulu biar tante di sini yang jaga Alif," ucap Kiana dengan lembut kepada Brigit.

"Nggak tan, biar aku aja yang jagain Alif. Tante lebih baik balik pulang dan istirahat dulu. Alif di sini sama aku aman ko tan," ujar Brigit kepada Kiana dengan lembut.

"Tante di sini aja Git, nggak papa. Tante nggak capek kok, kasihan nanti kalau Alif bangun dia minta apa-apa," ujar Kiana kepada Brigit dan mendekati Alif.

"Tan, aku tau tante capek. Lagian di sini banyak yang jagain Alif juga. Kalau tante sakit siapa juga yang bakalan jagain Alif nantinya." Brigit tak menyangka ternyata wanita yang berada di hadapannya ini memiliki hati yang begitu luar biasa.

"Udah lah Git. Gimana tante bisa tenang Git, Alif saat ini tak sadarkan diri dan lihat dia malah terbaring lemah di ruangan yang begitu ia benci ini. Ruangan yang penuh dengan bau obat-obatan ini. Lihat dia, begitu rapuh. Tante tak bisa meninggalkan dirinya sendirian, hanya tante mamanya," jelas Kiana kepada Brigit.

"Tan, semua akan baik-baik aja. Tante lihat  dia anak yang kuat. Brigit yakin, tante juga sosok mama yang bisa membuat hati Alif yang terlalu beku itu mencair," ujar Brigit.

"Dan sekarang tante balik pulang dulu. Besok tante kesini lagi, tante istirahat. Soal Alif, Brigit tetap di sini." Dengan susah payah Brigit meyakinkan Kiana, akhirnya wanita itu mau untuk kembali ke rumah dahulu.

Comfortable (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang