🌸BAB 9🌸

23 13 5
                                    

"Rac, itu cowok yang tiba-tiba masuk ke kelas dan diusir sama itu guru kok wajahnya familiar banget ya. Kayaknya gue pernah lihat deh," ujar Sofia sambil menikmati makanannya di kantin.

"Ya ellah Sof, gini ya gue beritahu lo pada. Itu cowok namanya Alif Arsenio Aldof dia itu pentolan sekolah ini. Dimana-mana nggak ada anak yang nggak kenal sama dia," jelas Salsa kepada Sofia.

"Ganteng ya, jadi mau gue bawa pulang. Terus gue awetin deh," ujar Julia dengan membayangkan bagaimana bahagianya dia jika pria itu selalu di sisinya.

"Lah, lo mimpi jangan ketinggian tulalit. Mana ada itu si Alif mau sama lo yang tulaitnya minta apun. Kadang gue aja bingung kenapa lo selalu ngekor sama gue," ujar Sofia tak habis pikir dengan Julia yang selalu mengikutinya.

"Eh, lo ngomongnya. Gue ngekorin lo ke sini, ya, karena gue nggak ada teman di sekolah lama. Kan teman gue cuman kalian berdua," jawab Julia sambil cengengesan.

"Dan lo juga Rac, kenapa sih perginya nggak bilang-bilang. Enak aja lo ninggalin kami berdua di sekolah lama," lanjut Julia dan meminum jus yang berada di hadapannya.

"Sorry deh, aku aja pindahnya juga mendadak," balas Racha dengan senyuman tak enak.

"It's oke. Nanti kalau lo ada apa-apa bicara aja ke kita-kita. Gimana benar nggak Sof, Sal?"

"Iya benar, kalau ada yang gangguin lo bilang ke kita-kita. Biar ntar gue sama teman-teman lo ini yang ambil alih. Ya meskipun gue baru jadi teman lo sih, tapi lo kan juga yang udah nyelamatin gue dari kesendirian," jelas Salsa dengan senyum jahilnya.

"Iya, eh udah mau masuk yuk ke kelas," ajak Racha kepada ketiga temannya itu.

Sedangkan di lain tempat, Alif,Brigit, Kenan dan Jelio tengah terkapar karna kelelahan di sebuah ruangan diamana tempat ia biasa bermain musik.

"Gila, capek gue. Besok-besok nggak usah jalanin hukuman napa. Tumben-tumben amat lo mau jalanin hukuman gini Lif?" ujar Kenan dengan posisi tidur menelentang di keramik ruangan tersebut.

"Lah, siapa suruh lo pada ikut sama gue. Kan gue yang di hukum," ucap Alif sambil melangkahkan kakinya menuju sebuah alat musik.

"Git, Ken. Lihat," bisik Jelio yang melihat Alif menuju salah satu alat musik yang selama ini Alif hindari.

"Hm, biarin aja. Lagi kangen tu anak sama nyokap," balas Brigit acuh.

"Lif, gue mau ke kantin lapar. Lo pada ikut kagak?" tanya Brigit kepada Alif dan memberi kode kepada kedua teman nya untuk mengikutinya.

"Lanjut aja, gue capek. Gue titip  makanan aja," jawab Alif.

"Sip. Gue sama yang lain keluar ya Bunglon kutub. Hati-hati lo, ntar tu tust-tust not piano lo pencet. Mewek lagi lo habis itu, malu gue lihat lo mewek kayak cewek," ejek Jelio dan langsung lari keluar meninggalkan tempat tersebut. Dan di ikuti oleh yang lainnya.

"Anjir lo, siapa juga yang mewek curut!" teriak Alif dari dalam.

Ntah apa yang membuat diri Alif saat itu ingin sekali menyetuh tust-tust piano tersebut. Ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, ntah apa itu bahkan ia tak tau. Saat ia melihat alat musik piano itu untuk pertama kali nya ia merasa bahwa alat musik tersebut adalah alat musik keramat baginya. Tapi, ia juga merasa rindu dengan alat musik itu.

Ya, dulu Mamanya selalu bermain alat musik itu dengan sangat indah. Bahkan dengan mendengar alat musik itu ia merasa damai, tapi bukan itu yang ia rasakan. Ada nada yang hilang dari hidupnya. Ada melody indah yang serasa buram dalam ingatannya, ia merindu tapi tak tau ntah kepada siapa sosok yang ia rindu.

Ia coba untuk menekan setiap tust-tust not piano tersebut dan mengalunlah sebuah melody indah dari setiap tust-tust yang ia pencet.

Setelah nada terakhir berakhir suara tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut, seorang gadis yang sedari tadi memerhatikan Alif dari luar tercengang dengan permainan sederhana Alif.

Comfortable (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang