Suatu ketika saat SMA kelas 10
Gue bercita-cita pengen sekali jadi manusia yang multitasking super handal. Seperti Mami. Mami gue adalah gambaran perempuan multitasking yang gue lihat sehari-hari. Sepanjang hidup gue, Mami selalu mengerjakan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu yang sama. Hebat kan?
Maksud gue dalam hal multi tasking, Mami bisa melakukan semuanya sekaligus, at least 2 jobs in once.
Contohnya itu... Apa ya? Ooooh gini gini...
Mami itu bisa nonton drama sambil makan, atau... bahkan sambil masak. Entah itu sambil bawa tablet, laptop atau ponselnya. Mami juga bisa jemuran sambil mengobrol dengan tetangga sebelah yang juga sedang melakukan hal sama. Dan itu dilakukan mereka di balkon atas.
Gak hanya itu kemampuan multitasking Mami, sambil main games kesayangannya di laptop, Mami bisa menghubungi Papi untuk mengingatkan tagihan kartu kreditnya, atau membayar aneka tagihan bulanan melalui ponselnya.
Yang paling buat gue kagum itu ketika Mami dengan mata terpejam tidur di sofa depan TV, tapi bisa tetap ngomel ketika gue dan adik-adik gue 'berantem' atau berdebat. Gak hanya itu, masih dengan mata terpejam, Mami masih bisa memberi serangkaian perintah mulai dari cuci piring, angkat jemuran, setrikaan, memberi makan kucing kami dan sebagainya.
Great right?
Mungkin karena multitasking, Mami juga suka mencoba segala macam hal baru. Ia suka ikut-ikutan tren seperti ibu-ibu lain. Pernah satu kali ia aktif di grup pencinta lingkungan, yang mengolah sampah menjadi sesuatu yang stylist.
You know what happens next? Rumah kami berubah menjadi markas tempat sampah. Mendadak semua kaleng bekas kornet, kotak susu, bungkus sachet kopi, mie dan sebagainya menumpuk di sudut rumah. Makin lama makin membukit. Awalnya memang sempat jadi berbagai barang menarik seperti tas, dompet, bunga bahkan keranjang. Imut, cantik dan keren.
Lain waktu, Mami getol bikin aneka boneka lucu-lucu yang bikin Dedek bontot gue kesenangan karena mendadak punya mainan limited edition yang ga bakal ketemu di toko souvenir manapun.
Masalahnya. Mami itu bosenan. Penyakit yang juga diturunkan Mami ke gue. Jadi kalo penyakit bosenan itu kambuh, ya Mamipun berhenti. Nah bisa bayangkan kan seberapa banyak sampah yang belum sempet terjamah oleh tangan kreatif Mami? Untungnya Papi sudah hafal, Papi punya solusi terbaik. Ia memilih menjaga hubungan baik dengan para pemulung yang lewat. Siapapun pemulung yang beruntung datang ketika penyakin bosen Mami kambuh, bisa dipastikan ia akan panen besar.
Biasanya setelah itu, dengan sangat bangga Papi akan memamerkan piring kecil imut-imut yang modelnya amit-amit pada kami sekeluarga. Inilah penyebab gue paham kenapa Papi ditakdirkan menjadi suami Mami, mereka cocok banget satu sama lain.
Makanya gue juga mengikuti gaya Mami dalam soal multitasking.
Ngaku aja, gue sering cek notif saat jam belajar di sekolah. Bahkan ketika seluruh kelas sedang belajar, gue suka berbalik dan memasang muka paling jelek ke arah teman-teman. Seketika mereka tertawa. Belajar sambil menghibur juga termasuk multitask kan?
Kira-kira apa yang bisa lo lakukan sebagai seorang multitasker?
Banyak loh ternyata setelah gue alami sendiri. Tidur sambil main games, menulis blog sambil mencurahkan keluhan, pulang sekolah sambil periksa akun calon suami (EXO-L, you know what I mean right?) jajan sambil berusaha membujuk si babang penjual agar mau menambah entah itu saosnya, atau cabenya atau malah jajanannya. Oooh satu lagi... make internet sambil ngobrol setengah menjilat ke teman yang punya kuota tak terbatas. Maklumlah, gue juga sering jadi fakir kuota.
Ketika gue tanya ke teman-teman gue, mereka memberi ide multitask yang bikin gue ngerasa... sekolahan gue bukan sekolah anak normal.
"Ulangan sambil nyontek!"
"Main hape sambil eek!"
Euww!
Dan yang lain menyambar, "Ngupil sambil makan!"
Iiiiih....
Begitulah, tetap aja gak ada yang bener kalau ditanya.
Dear Diary,
Multi tasking itu guaaaampang banget. Siapapun bisa, termasuk lo dan gue. Jangan kecil hati karena lo belum menemukan sesuatu yang bisa dikerjakan sekaligus, karena kadang itu datang tanpa disangka.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sloppy Girl's Diary
Novela JuvenilHai, nama gue Nina. Siswa SMA di Jakarta. Namanya remaja, gue menghadapi aneka situasi yang penuh gejolak. Seperti roller coaster. Kadang di atas, kadang di bawah. Dehay, gue udah keliatan bijak belom? Gue mulai suka menulis sejak SMP. Bagian dari...