Dominic, pria berdarah dingin yang pernah menghadang seribu pasukan pemberontak sendirian itu sedang berjalan menuju istana Ophelia setelah sekian lama mendekam di bawah air.Sesampainya di ruangan sang raja, Dominic mendudukkan dirinya di sofa merah yang ada di sudut ruangan.
"Setelah hampir lima tahun, ada apa kau memanggilku?" Theodore– sang raja menoleh ke Dominic lalu menyuruh seluruh pelayan keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana Genevieve?" tanyanya sambil tersenyum, Dominic bergeming cukup lama sebelum akhirnya menjawab "Sama saja"
"Apa kau tidak merasakan sesuatu?" tanya sang raja lagi, Dominic menggeleng cepat lalu berdiri.
"Tiga belas hari lagi, monster itu akan bangkit. Ku peringatkan agar tak ada yang mengusik prosesnya, camkan itu" ucapnya lalu berjalan keluar ruangan, setelah apa yang dia lalui laki-laki itu butuh istirahat dan beberapa makanan.
Theodore menatap sendu lukisan wajah Genevieve yang terpampang jelas di salah satu sisi ruangan "Maafkan aku nak" desisnya.
👑👑👑
Quon berjalan tergesa-gesa menuju ruangan sang ratu sambil membawa beberapa gulung perkamen untuk ditandangani.
Begitu sampai di depan pintu, gadis berambut emas itu menetralkan nafasnya terlebih dahulu lalu mengetuk pintu besar di hadapannya.
"Permisi yang mulia" ucapnya begitu mendapat sahutan dari dalam.
"Masuklah"sahut Sierra dari dalam.
"Yang mulia, aku membawakan beberapa perkamen dari para menteri untuk ditandangani" Quon meletakkan gulungan-gulungan di tangannya ke meja kerja Sierra.
"Kenapa kau selalu berlari Quon? Bukankah sudah ku bilang kau harus hati-hati" Quon tersentak kaget lalu mengumbar senyum.
"Aku takut mengganggu waktu istirahat yang mulia jika terlambat" sahut perempuan cantik itu.
"Kau kerasa kepala sekali, tapi harus tetap hati-hati. Jangan sampai terluka" Quon mengangguk mengerti, lalu merapikan meja tamu yang ada di seberang ruangan.
Saat tengah serius merapikan meja, sebuah lukisan mengganggu atensinya.
"Boleh aku bertanya yang mulia?" cicit Quon, Sierra mendongak "Silahkan" jawabnya singkat.
"Bukankah ini lukisan calon raja yang hilang?" Sierra tertegun saat Quon mengangkat lukisan yang dipegangnya.
Sejurus kemudian perempuan itu mengangguk sambil tersenyum samar "Dia manis bukan?" Quon mengangguk antusias.
"Andai aku tau dimana dia saat ini" gumam Sierra tak sadar, tapi terdengar oleh Quon.
Constantine– . Laki-laki manis yang selalu terasingkan di wilayah asalnya, hanya karna iris matanya yang berbeda dari kebanyakan manusia. Orang-orang menatapnya sebelah mata, hingga kadang-kadang laki-laki menangis dipelukan sang ibu.
Seharusnya anak laki-laki itu sudah naik tahta saat ini, tapi malang nasibnya. Saat baru saja menjadi pangeran Krestamore melalui ikatan pernikahan dengan Sierra, 30 jam berikutnya laki-laki malang itu menghilang tanpa jejak bak ditelan bumi. Seluruh prajurit dikerahkan Sierra untuk mencari calon rajanya yang hilang, hingga kepenjuru Reaghan sampai kehutan terlarang tapi Constantine tak pernah ditemukan. Bahkan jejaknya sekalipun.
Sierra yang saat itu masih berumur 17 tahun harus berkabung karna kehilangan sang suami yang baru saja bersamanya selama 30 jam, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengubur Constantine dalam-dalam di hati kecil Sierra.
Tanpa ada yang tau bahwa laki-laki itu sedang menikmati hidupnya saat ini, di tempat yang tak akan pernah bisa Sierra duga.