07.

367 89 1
                                    

Dominic membawa Lie–Genevieve ke menara kastil, lebih tepatnya ruangan yang menjadi tempat merenung si pria dingin ini.

Sesampainya di menara Dominic memeriksa Genevieve dengan sekasama, ada luka ringan di beberapa bagian tapi sudah mengering. Dibawanya gadis berambut merah itu kepelukannya.
Genevieve tersenyum senang, jarang sekali Dominic memperlihatkan kekhawatirannya secara langsung.

"Kau tak apa?"tanya Dominic setelah melepas pelukannya, Genevieve mengangguk.

"Kenapa kau bisa terluka?_ Genevieve memilih bungkam, Dominic menghela nafasnya kasar.

"Baiklah, aku tak memaksa. Ingin tidur? Makan? Atau langsung bertemu ayah mu?" Genevieve menyerngit tak mengerti Ayah? tanyanya sambil memiringkan kepala menatap Dominic.

Ah, aku lupa. Dia hanya mengingat ku dan Constantine saja setiap kali terbangun.

Dominic membawa Genevieve ke  tempat duduk di ujung ranjang, mendudukkan perempuan itu di sana.

"Dengar, banyak sekali hal yang harus kau tau dan pelajari. Kau punya ayah seorang kakak laki-laki, ibu mu sudah tiada dan kau adalah seorang putri mahkota" Genevieve menyerngit lagi, kepalanya pening mendengar penuturan Dominic.

"Dimana koko?" tanya Genevieve, Dominic tersentak.

"Dia menghilang sesaat setelah pernikahannya dengan Sierra, ratu baru Krestamore" langit yang baru saja mulai cerah kembali murung seiring dengan berubahnya air muka Genevieve, air matanya mengalir melewati pipi sampai akhirnya diusap oleh Dominic.

"Maafkan aku Liesel, aku tak bisa meninggalkan mu untuk mencari Constantine. Seluruh Reaghan sudah mencarinya ke semua penjuru negeri tapi tidak ditemukan sedikit pun tanda-tanda kehadiran Constantine"

Bahu kurus Genevieve mulai bergetar tak beraturan, di luar sana langit mulai menggila menurunkan beberapa petir seakan memberi peringata untuk Reaghan.

"Ku mohon tenanglah, kita akan mencari Constantine setelah ini. Aku berjanji" ucap Dominic yang sudah dikuasi ketakukan akan sesuatu yang sudah lama dia pendam sendirian.

Tapi terlambat, Genevieve terisak dengan air mata semakin lebat keluar dari kedua kelopak matanya. Air laut yang sedari tadi tenang kini mencoba merangkak naik, menghempaskan tubuhnya ke tebing-tebing tinggi lalu kembali lagi kelautan. Angin bertiup kencang seakan ikut bersedih, mendorong gelombang laut untuk mencapai ke permukaan. Hujan mulai turun dengan lebatnya ditemani beberapa petir yang masih setia menghujam Reaghan.

Dominic tau benar kalau tebing dan kastilnya tak akan selamat dari gejolak batin Genevieve, di gendongnya Genevieve untuk keluar dari kastil tua itu.

"Keluar dari sini sekarang juga, temui aku di Ophelia" titah Dominic saat berpapasan dengan keempat ratu, lalu menghilang begitu saja bak di bawa angin.





"Kau lihat baju pria itu berdarah?" tanya Sierra ke Winka sambil berlari tergesa-gesa keluar dari kastil.

"Sepertinya dia terluka" jawab Winka sedikit khawatir. Eirene menggeleng tidak setuju.

"Itu bukan darah, Dominic tidak pernah terluka" ucap ratu Ellesmere yang mampu membuat Winka berhenti berlari, hingga yang lain ikut berhenti  "Lalu?_ tanya Val.

"Itu air mata Genevieve" Sierra menutup mulutnya tak percaya, Winka terkejut bukan main. Hanya Valkyrie yang terlihat santai.

"Kau tidak terkejut?" tanya Winka ke Val, Ratu Ravaryn menggeleng singkat "Milikku juga begitu, tapi berbeda warna" jawabnya, Winka kembali terkejut.

Walaupun dia seorang penyihir, tapi Winka tak pernah menyentuh dark magic sedikitpun.

Suara gaduh di belakang membuat ke empatnya berbalik, ujung tebing yang menjadi tempat kastil Dominic berpijak runtuh perlahan, ditelan habis oleh gelombang ganas selat Arkyn.

"Ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu" ucap Eirene getir, semoga yang dia takutkan tak terjadi lagi.
















Saya kembali, setelah bisa jadwal. Xixi

Mungkin ga bisa sering up, karna sudah mulai nyusul proposal.

Enjoy💙

[1] Fantastic FourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang