Bulan bersinar terang malam ini, menerangi segenap Reaghan, memantulkan cahaya di permukaan danau Tallis– rumah para duyung.Eirene sedang menikmati pemandangan dari paviliunnya, ditemani secangkir teh dan beberapa kudapan bersama adiknya– Eugenne Berretta Sven yang tengah bersandar pada pembatas, menikmati pemandangan malam danau Tallis.
"Aku penasaran" ucap Eugenne tiba-tiba, Eirene mendongak "Apa yang membuatmu penasaran?" Eugenne balik badan, menatap sang kakak penuh arti.
"Laki-laki seperti apa yang akan menikahi kakakku kelak" jawabnya sambil terkekeh pelan, lalu ikut duduk di samping sang kakak. Eirene tersenyum penuh arti "Aku tak butuh siapa-siapa, ada kau di sisiku"
Eugenne menggeleng "Ya memang, tapi kerajaan kita butuh seorang penerus tahta, yang mulia" Eugenne benar, tapi Eirene tak pernah sedikitpun berniat untuk melepas status lajangnya.
"Kau kan sudah bertunangan, nanti anakmu akan ku angkat menjadi raja" celetuk Eirene ringan, Eugenne tersedak tehnya.
"Tidak lucu kak" ucap Eugenne sambil menyeka mulutnya dengan sapu tangan "Memang, tapi aku tak butuh laki-laki di hidupku. Aku menjadi seorang ratu, hanya untuk menjagamu dan ibu kita. Kau yang paling tau itu" Eirene berceloteh panjang lebar, Eugenne merasa bersalah. Kakaknya menjadi ratu diumur yang teramat muda dan menanggung banyak beban, apalagi saat itu Reaghan dilanda wabah penyakit.
Eirene berdehem, lalu berdiri diikuti "Sudah malam, sebaiknya kau istirahat. Aku duluan" sang ratu berlalu diikuti beberapa pengawal.
👑👑👑
"Yang mulia, tamu anda sudah menunggu di halaman" Winka berdiri, dia tak sabar untuk bertemu Sierra tapi juga sedih untuk meninggalkan hewan peliharaannya, Nero– si kraken tersebar di Reaghan.
Winka bergegas berlari pelan menuju halaman istana "Sierraaaaa!" teriaknya begitu pintu besar berlapis emas itu terbuka.
Sierra menoleh sambil tersenyum, perempuan itu berdiri. Winka berhambur berlari, lalu memeluk sahabatnya erat.
"Sudah lama kali kita tidak berjumpa, aku senang kau berkunjung" padahal dua minggu yang lalu mereka bertemu di Ellesmere
"Banyak sekali perompak yang mengantarkan nyawa di laut Khisfire, seharusnya kau lepaskan Nero di sana" Winka tergelak pelan.
"Itu terlalu kejam, mereka bisa terkoyak dalam sekali terjang. Lagipula, Nero tak terlalu suka daging manusia pendosa" jelasnya, Nero hanya mau makan anggur premium yang ditanam sendiri oleh Winka. Kraken satu itu agak pemilih.
"Jadi, kapan kita ke Reaghan?" Sierra menghentikan kegiatan makannya, lalu memasang wajah serius "Dua minggu dari sekarang, hari ke tujuh bulan di bulan depan"
"Apa kau pernah bertemu dengannya?" Sierra menggeleng "Hanya Eirene yang pernah melihatnya diantara kita berempat, kabarnya dia tak pernah keluar dari kastil begitu terbangun" Winka mengangguk-anggukkan kepala.
"Menurutmu, bagaimana bisa seorang anak manusia tidak memiliki jantung? Malah ada moonstone yang menggantikan? Aku akui bahwa aku cukup gila untuk memelihara seekor kraken, tapi aku tak cukup gila untuk membayangkan bagaimana caranya moonstone itu ada di dalam tubuh Genevieve" celoteh Winka panjang lebar, Sierra mengangguk setuju.
"Menurut guruku, ketika Genevieve lahir rambutnya berwarna putih dan dia tidak menangis seperti bayi kebanyakan. Dia sering sakit-sakitan hingga menginjak umur dua tahun, sampai akhirnya dia tertidur untuk waktu yang panjang di umur lima tahun. Pada awalnya sang raja mengira putrinya sudah tiada, tapi lima tahun berikutnya Genevieve ditemukan tergeletak di dalam sebuah peti yang ditemukan mengapung di danau Tallis. Dengan keadaan persis sama saat dia tertidur" jelas Sierra panjang lebar, Winka nampak berpikir.
"Langit menggila kapan mereka mau, kita hanya bisa berdoa" sambung Sierra lagi.
"Tapi, aku penasaran. Aku ingin sekali bertemu Genevieve" seru Winka bersungguh-sungguh. Dia ingin tau, seperti apa rupa seorang putri Reaghan yang selalu tertidur itu.
"Kau harus bersabar, dua minggu lagi kita akan membangkitkan gadis malang itu"