Eirene ingin sekali ke Ophelia dan menampar sang raja saat ini juga. Apa yang dia ketahui selama ini ternyata palsu, kenyataannya, Theodore adalah orang yang paling tak punya hati.
Sejak kembali dari danau Tallis, Cullen menceritakan semua rahasia sang raja yang dia ketahui hingga alasan kenapa dia pura-pura lumpuh untuk menipu sang raja yang mencoba menjual jiwanya.
Theodore mengikat kontrak dengan seorang dewa underworld saat pertama kali menginjakkan kakinya di Reaghan, dalam rangka untuk mencapai semua yang dia inginkan. Harta dan tahta. Theodore dan sang istri dengan senang hati merawat Constantine kecil, anak dari hasil perkawinan sang dewa dengan wanita biasa, anak yang tak pernah dia inginkan dan berhasil dia singkirkan dengan adanya Theodore. Tapi ternyata tidak cukup sampai di sana, sang dewa menginginkan lebih. Dia ingin seorang anak bangsawan, itulah alasan mengapa Genevieve selalu tertidur panjang. Theodore tidak bisa menolak atau jiwa sang putri akan diambil selamanya. Maka dari itu, Theodore dan Dominic menciptakan sebuah 'batu jiwa' yang mereka tempatkan di hati sang putri. Batu itu melindungi segenap perasaan sang putri, jiwanya, cintanya.
"Awalnya, raja menawarkan diri ku sebagai putra untuk sang dewa. Oleh karna itu Dominic melumpuhkan kaki ku karna sang dewa tidak mau anak yang cacat. Dan Dominic pikir, raja Theodore akan berhenti. Tapi ternyata kami salah besar, Dominic mencoba bergabagai cara mengembalikan jiwa Genevieve saat tidur panjangnya yang pertama kali tapi tidak pernah berhasil. Maka dari itu hingga saat ini, Dominic tidak pernah meninggalkan sang putri, bahkan saat dia tertidur."
Eirene tidak habis pikir, ini sudah diluar kendalinya. Walaupun dia seorang dewi, tapi sang dewa dunia bawah bukanlah tandingan untuknya. Bahkan Dominic tidak bisa menghadapinya.
Di lain tempat, Val dan sang putri tengah bermain di ruangan pakaian pribadi Genevieve.
"Ahh kau lucu sekali, aku seperti memiliki seorang adik" gumam Genevieve saat memakaikan pita putih ke rambut platinum Val, sang ratu Ravaryn tersenyum malu "Terimakasih tuan putri" jawabnya.
Genevieve dengan cepat menghentikan kegiatannya dan melipat tangan "Sudah ku katakan untuk tidak memanggilku seperti itu, panggil aku Aluna saja, atau Liesel. Sesukamu, apa saja kecuali yang tadi" celotehnya.
Bukan tanpa alasan Val dating ke Ophelia, seharusnya saat ini dia sudah selesai mengukur badan sang putri dan pangeran Jovann untuk dibuatkan gaun malam. Tapi, yah, apalah yang dapat diharapkan dari perempuan muda yang berakal layaknya anak 15 tahun? Val hanya pasrah ditarik kesana kemari oleh Genevieve.
"Kau, berhenti anak kecil" ujar Jovann dari pintu kamar, Genevieve merengut sebal. Calon suaminya itu semakin lama semakin tidak seru, semakin mirip Dodo kelakuannya. Dia tidak suka.
Jovann berjalan mendekat ke arah para ratu, melirik ke arah Val yang menampilkan wajah memelas.
"Yang mulia, bukankah anda kesini untuk mengukurku dan sang putri?" tanya Jovann memastikan.
Val melirik ke arah Genevieve yang membuang muka menatap jendela lalu beralih ke Jovann "Ya seharusnya" jawab Val singkat.
"Kau dengar anak nakal? Ayo" Jovann mengamit tangan Genevieve dan dibawanya sang putri ke sofa "Silahkan mulai yang mulia" ujar Jovann sopan, Val mengangguk mengerti.
"Aku akan kembali sebentar lagi, aku harap kau akan jadi gadis yang baik hari ini" ucap Jovann, mengusak pelan rambut sang putri lalu berbalik meninggalkan ruangan.
Genevieve berdiri bersiap diukur "Bukankah dia sangat sangat menyebalkan? Huhh, apakah aku batalkan saja pernikahannya?" tanya Genevieve membuat Val membelalak lalu kemudia terkekeh "Itu tidak lucu yang mulia"