Pagi ini Jovann disambut dengan surat perintah untuk pulang dari Thoreau, membuat moodnya buruk seharian.
"Jojo, ada apa?" tanya Genevieve saat melihat Jovann tengah melamun di koridor menuju taman.
Pangeran kedua itu menoleh, Genevieve bersimpati melihat raut wajah Jovann. Lalu berusaha memanjat untuk duduk di pembatas jalan dan menghadap ke arah Jovann.
"Aku bertanya Jovann, ada apa?" tanya Genevieve lagi, gemas karna tak kunjung mendapat jawaban.
Tak tahan dengan jarak antara mereka, Jovann mendaratkan kepalanya di bahu Genevieve. Genevieve suka saat Jovann bermanja ria padanya seperti saat ini. Dengan lembut dia mengusap rambut Jovann.
"Kakakku, dia mau aku pulang" ucap Jovann akhirnya buka suara.
Jovann mengulurkan kedua tangannya memeluk pinggang Genevieve, semoga saja Dominic tidak melihat.
"Tapi aku masih ingin disini, tidak mau pulang" rengeknya bak anak kecil dipelukan ibu.
Genevieve menarik kedua pundak Jovann, menatap lekat wajah tegas pria dihadapannya.
"Kau yakin tidak mau pulang?" tanya Genevieve memastikan, Jovann mengangguk mantap. Genevieve tersenyum simpul.
"Aku masih ingin bersamamu—"
Ucapan Jovann terpotong saat sepasang tangan menjauhkannya dari Genevieve.
"TOLONG BERI JARAK DIANTARA KALIAN!" peringatan tegas dari Dominic, Genevieve terkekeh geli. Jovann terlihat tak senang.
"Oh ayolah tuan tampan, Aluna bukan aset pribadi mu"
Dominic memutar bola matanya "Memang bukan, dia aset seluruh daratan ini. Dan kau sebaiknya tidak dekat-dekat dengan dia. Hush!"
Genevieve tertawa kian besar, tapi harus terhenti saat Jovann tiba-tiba menariknya dan membawa sang putri pergi menjauh dari anjing penjaga botak yang galak.
"Bagaimanapun, dia milikku"
Pernikahan Eirene dan Cullen berjalan meriah, seluruh rakyat bersukacita. Istana terbuka untuk umum, malam itu seluruh lapisan masyarakat berbaur. Pemandangan yang selalu disukai Eirene.
Cullen mengulum senyum melihat binar mata sang istri, tangannya sejak tadi menggenggam tangan kecil Eirene yang sama sekali tidak protes.
"Rene, setelah ini aku ingin ke danau Tallis, mau mengantar ku?"
"Tentu, apapun untuk rajaku" jawab Eirene sambil mencubit gemas pipi Cullen yang gempal.
Cullen bahagia, dia tak pernah merasa dicintai sebanyak ini. Bahkan seluruh rakyat memuja paras tampangnya yang tampan.
"Kakak cantik, selamat ya" ucap Genevieve sambil memeluk Eirene dan Cullen bergantian.
"Kamu datang bersama mereka?" tanya Eirene melihat Dominic dan Jovann yang berdiri tegap di sini kanan dan kiri Genevieve. Putri mahkota mengangguk cepat lalu mengapit kedua lengan pria disampingnya.
Dominic memberi selamat kepada Eirene sementara Jovann memberi selamat kepada Cullen.
"Kalau begitu, kami permisi dulu. Aku lapar, semoga kakak suka hadiah ku" ucap Genevieve diakhiri kedipan centil, membuat perasaan Eirene tak tenang.
Begitu semua tamu pulang dan istana ditutup, Eirene dan Cullen langsung bergegas ke danau Tallis melalui terowongan yang ada di samping istana agar langsung sampai ke dermaga.
"Persis, ini yang aku lihat di mimpiku" gumam Cullen kagum melihat keindahan danau dari dekat.
"Rene, bantu aku duduk di bawah ya" pinta Cullen, Eirene dengan sigap menopang tubuh Cullen dan mendudukkan suaminya di tepi dermaga dengan kaki menjuntai ke dalam danau.
Eirene tertawa kecil melihat Cullen yang seperti anak kecil, mengayunkan kakinya menciptakan gemericik air.
Tunggu.
"Kamu, bisa gerakkan kaki mu" ucap Eirene bingung.
"Ah, aku ketahuan"
Eirene ingin berteriak marah tapi Cullen sudah lebih dulu menariknya masuk ke dalam air.
Terlalu banyak konspirasi di book ini yang saling berhubungan, tapi aku suka :3