Into You - 3

34.2K 2K 62
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak, terutama komen biar aku semakin semangat update.

Enjoy and happy reading💙

***

Tyler tersenyum menatap Chelsea yang juga sedang menatapnya dengan wajah merona malu. Gadis itu terdiam sejenak, memikirkan tawarannya sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Coba buka baju kamu dan berbaring di tempat tidur." Tyler menarik napasnya, mencoba mendinginkan kepalanya dan mengembalikan akal sehatnya.

Ini salah! Demi Tuhan Chelsea baru berumur delapan tahun. Tidak seharusnya ia melakukan ini pada gadisnya itu. Tapi begitu melihat tubuh mungil Chelsea yang polos, akal sehat Tyler kembali meluap. Sial, sekarang ia benar-benar resmi menjadi pedofil.

"Apa masih terasa sakit?" Ia mendekati Chelsea yang sudah berbaring di atas tempat tidurnya.

"Tidak, kak. Nyerinya hanya sesekali muncul."

Tyler menganggukan kepalanya mengerti. Ia mulai meraba tubuh Chelsea di bagian yang terasa sakit, kemudian melakukan gerakan memutar. Ia memeriksa dengan serius layaknya seorang dokter sesungguhnya.

Setelah memastikan tidak ada hal mencurigakan, Tyler memandang adik tirinya sesaat. Gadis itu sedang memejamkan mata dengan kening berkerut. Ia juga menggigit bibir bawah kecilnya, entah karena gugup atau apa.

Hal tersebut membuat Tyler tiba-tiba berpikiran mesum. Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran itu dari kepalanya. Tubuhnya bergetar ketika melihat tubuh polos adiknya dengan semakin jelas.

Entah mendapat dorongan darimana, Tyler mulai memberanikan diri untuk menyentuh dan berbuat lebih jauh. Pikirannya kalap namun saat mendengar suara desahan Chelsea yang semakin jelas membuat dirinya tersadar.

Pria itu menghentikkan aktivitasnya dengan napas terengah. Ia sudah melukai gadis kesayangannya ini secara tidak langsung. Ia menatap mata polos Chelsea yang juga sedang menatapnya dengan sayu. "Jadi Chelsea baik-baik saja kan, kak?"

Tyler tersenyum lembut sambil mengusap kepala gadis kesayangannya itu, gadis pertama yang bisa membuat dunianya jungkir balik. "Kamu baik-baik saja. Pakailah kembali bajumu, princess."

Pria itu akan bangkit dari atas tubuh Chelsea namun ditahan oleh gadis itu. "Kak, kenapa hanya dada kiriku yang diperiksa dengan mulut? Bagaimana jika dada sebelah kananku juga bermasalah?"

Sontak perkataan polos dari Chelsea membuat Tyler menggeram. Ia menatap mata polos bening itu dengan rasa bersalah. "Kamu baik-baik saja, princess. Tidak akan ada yang bermasalah dari tubuhmu. Sekarang kembalilah ke kamar."

***

Tyler menatap kosong dinding di hadapannya. Apa yang sudah ia lakukan pada gadis sekecil Chelsea? Walau gadis itu tidak tau dan belum mengerti, tapi tetap saja rasa bersalah menyelimuti diri Tyler.

Jalan satu-satunya agar ia tidak melakukan hal buruk lagi pada Chelsea adalah ... pergi dari rumah ini. Ya, adik Chelsea yang bernama Andrew sudah hampir berusia satu tahun. Itu berarti ia sudah tidak terlalu dibutuhkan untuk menjaga Chelsea.

Tapi apakah ia bisa berpisah dengan gadis kesayangannya itu? Bagaimana jika nanti gadis kecilnya itu melupakannya?

Akhirnya dengan penuh pertimbangan dan berat hati Tyler membereskan semua pakaian dan barang-barang miliknya, ia memasukkan semuanya ke dalam koper dan ransel miliknya. Butuh waktu sekitar setengah jam lebih untuk membereskan seluruh barang-barangnya. Kemudian ia meraih ponselnya, mengirim pesan pada Papanya bahwa ia akan pulang.

Semoga ini merupakan keputusan yang tepat dan tidak akan ia sesali.

***

"Chelsea gak mau! Chelsea mau terus sama Kak Tyler!" Gadis kecil itu meraung sambil memeluk tubuh Tyler dengan erat. Tidak ada yang bisa membujuknya untuk melepaskan pria itu.

"Chelsea sayang, Tyler akan sering berkunjung." Valerie menenangkan anaknya itu namun Chelsea tetap menggeleng dan semakin erat meneluk Tyler.

"Chelsea gak mau pisah sama Kak Tyler. Chelsea sayang sama Kak Tyler!"

Mendengar Chelsea yang terus-terusan menangis kencang, Andrew yang dalam pelukan Willy pun ikut menangis dengan kencang hingga membuat suasana rumah sangat gaduh.

Willy berusaha menenangkan Andrew namun jagoan kecilnya itu tetap menangis. Valerie pun mengambil alih Andrew dari suaminya itu dan mencoba untuk menghentikan tangisnya namun tidak berhasil juga. Willy hanya bisa memijat pangkal hidungnya mendengar dua tangisan bersahut-sahutan itu.

"Tyler, bisakah kamu tinggal di sini saja? Kepalaku serasa mau pecah." Willy menatap Tyler dengan penuh permohonan, berharap pemuda itu mau memenuhi permintaannya.

Tyler memandang Willy dengan bingung. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah Chelsea. Dengan perlahan, Tyler membalas pelukan adik tirinya itu. Ia mengelus punggung bergetar itu dengan lembut. "Berhentilah menangis, princess."

Dan seperti sebuah sihir, Chelsea pun berhenti menangis walau sesekali masih sesegukan. Begitu juga dengan Andrew, melihat kakaknya sudah kembali tenang, pria kecil itu ikut berhenti menangis.

"Kakak jangan pergi, hiks..."

Tyler tersenyum menenangkan sambil menganggukan kepalanya. "Tapi hanya seminggu setelah itu kakak harus pulang."

Chelsea yang sudah tenang pun bersiap kembali menangis namun perkataan Tyler setelahnya membuat dirinya mengurungkan niat tersebut.

"Princess, kakak mohon mengertilah. Kakak juga ingin bertemu dengan Papa, Mama dan Mario di rumah. Kamu tidak boleh egois." Untuk pertama kalinya Tyler berkata tegas pada Chelsea hingga gadis itu melepaskan pelukannya dan menundukan kepalanya.

Gadis kecil itu terdiam dengan bibir yang mengerucut. Ia mengepalkan tangan mungilnya kemudian berdiri. "Kalau begitu kakak pergi sekarang saja! Chelsea benci sama Kak Tyler!"

Dengan cepat Chelsea berlari ke kamarnya yang berada di lantai dua. Ia menutup pintu dengan keras dan menguncinya.

Seluruh anggota keluarga yang berada di ruang tamu saling menatap dengan bingung. Sampai akhirnya Tyler bangkit berdiri lalu mengenakan ranselnya. "Uncle dan aunty, aku pulang dulu. Terima kasih karena telah membiarkan aku menginap dalam jangka waktu yang cukup lama."

Valerie tersenyum hangat mendengar kalimat Tyler yang sangat sopan. "Tentu saja, Tyler, kita keluarga kan? Tidak usah sungkan."

Sedangkan Willy memeluk dan menepuk bahu Tyler. "Sering-seringlah ke sini. Chelsea sangat suka bermain denganmu."

Tyler terkekeh sambil menganggukan kepalanya. "Tentu saja, uncle." Pria yang masih berumur enam belas tahun itu pun pergi dengan di antar supir pribadi Willy.

Ia berharap Chelsea tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya. Ia juga berharap jika gadis kecil yang sudah mengambil hatinya itu tidak melupakannya jika ia kembali lagi nanti.

--TBC--
12 Januari 2019
Revised : 31 Maret 2019

Into You ✔️ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang