Enjoy and happy reading💙
Sorry for the typos.Jangan lupa tinggalkan jejak terutama komen biar aku semakin semangat up👆🏻
***
8 tahun kemudian...
Tyler menatap seorang gadis berseragam yang akan berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah dengan wajah berekspresi datar. Belum juga masuk, gadis itu dihadang oleh seorang pria seumurannya. Pria itu menyerahkan bunga yang ia bawa sambil mengatakan sesuatu.
Tentu saja Tyler tidak dapat mendengar pembicaraan mereka tapi dari ekspresi yang ditampilkan, gadis itu tidak memiliki perasaan apa pun pada pria di hadapannya. Chelsea terlihat balas mengatakan beberapa kata pada pria tersebut yang langsung dijawab dengan antusias.
Namun Chelsea masih menunjukan ekspresi yang sama sejak tadi, datar. Ia menatap pria itu sebentar sebelum mengeluarkan satu kata kemudian beranjak pergi memasuki sekolah.
Tyler masih tidak tau apa yang mereka bicarakan namun dilihat dari ekspresi pria tersebut dan bunga yang tidak diterima, Tyler simpulkan bahwa pria itu ditolak.
Ia tersenyum kecil memandangi punggung ramping gadis tersebut hingga hilang saat gadis itu berbelok dan memasuki gedung sekolah. Gadis kecilnya yang sudah tumbuh menjadi sangat cantik hingga ia benar-benar memiliki banyak saingan. Ternyata keinginan gadis itu benar-benar dikabulkan oleh Tuhan.
Setelah memastikan gadis kecilnya benar-benar masuk, Tyler pun kembali melajukan mobilnya ke rumah sakit dan kembali ke rutinitasnya.
Beginilah kesehariannya semenjak ia diberikan mobil sebagai hadiah ulang tahun ke delapan belasnya dulu. Tyler mengawasi gadis kecilnya dari jauh, melihatnya tumbuh dewasa tanpa bisa menyentuh atau mendekatinya. Tapi itu lebih baik daripada harus menyakiti gadis kecilnya itu. Chelsea kecilnya yang selalu ia rindukan.
***
"Aku suka padamu!" Pria itu menatap Chelsea sejenak dengan gugup sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. "Aku menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Ma-maukah kau menjadi pacarku?"
Setelah mengatakan itu, pria yang tidak Chelsea ketahui namanya itu menyerahkannya setangkai mawar putih. Chelsea menatap datar pria di hadapannya, bukan hal baru melihat seorang pria menyatakan perasaan padanya, bahkan ia sampai bosan dan muak. "Apa cita-citamu?"
Pria itu menatap Chelsea dengan bingung. Apa hubungannya suka dengan cita-cita?
Namun karena ia tidak mau menyerah begitu saja, akhirnya pria itu menjawab dengan sungguh-sungguh. "Aku ingin menjadi dokter."
Mendengar itu tatapan Chelsea semakin datar. "Maaf." Setelah mengatakan satu kata tersebut, gadis itu langsung pergi meninggalkan pria yang berwajah pias tersebut.
Ia benci pria yang bercita-cita sebagai dokter, mereka semua hanya akan menjadi sekumpulan pembohong!
***
"Iya, Ma?" Tyler menjepit ponselnya di antara kuping dan bahunya saat akan memilah dokumen-dokumen yang akan ia perika.
"Hari ini Chelsea ulang tahun dan Valerie mengundang kita untuk makan malam bersama di rumah mereka. Kamu bisa datang, kan?"
Pria itu langsung terdiam, menghentikan aktivitas yang sedang ia lakukan. Tidak terasa memang gadis kecilnya sudah berumur enam belas tahun yang berarti ia sudah meninggalkannya selama hampir delapan tahun.
"Tyler? Jangan bilang kamu masih menghindari Chelsea?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Tyler tersadar dari lamunannya dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursinya. "Iya, aku akan datang, Ma."
Anna memekik hingga Tyler harus menjauhkan telinganya dari ponsel miliknya. "Akhirnya! Mama akan siapkan kemeja dan celana terbaik yang kamu punya. Cepat pulang ya!" Dan wanita itu langsung memutus penggilannya begitu saja.
Tyler menggelengkan kepalanya dengan pelan. Entah kenapa Mamanya selalu saja terlalu senang dengan sesuatu hingga membuat Papanya atau dirinya sendiri terkadang kewalahan menghadapinya.
Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Tidak terasa sudah pukul dua siang jadi sebaiknya sekarang ia meminta tolong temannya untuk menggantikan shiftnya di sisa hari ini. Ia harus mencarikan gadis kecilnya hadiah terlebih dahulu.
Biar bagaimana pun, Tyler memerlukan usaha untuk kembali meluluhkan hati gadis yang selalu menjadi pemilik hatinya itu.
Setelah mengirim sebuah pesan pada temannya, tanpa menunggu balasan Tyler langsung bergegas membereskan barang-barang beserta dokumen yang harus ia periksa. Kemudian ia keluar dari rumah sakit menuju parkiran.
Sekarang ia perlu memutar otak untuk mengetahui barang apa yang harus ia jadikan hadiah untuk gadis kesayangannya itu. Barang yang bisa membuat Chelsea memaafkannya walau mungkin kesalahannya tidak termaafkan untuk gadis itu.
Jadi, apa yang harus ia beli?
***
"Kak Chels biasanya hanya diam di kamar terus, kak. Aku kurang tau apa yang ia butuhkan dan inginkan saat ini."
Tyler menghela napas frustasi ketika ternyata informannya kurang bisa diandalkan. Memang akhir-akhir ini ia sering menghubungi Andrew untuk mendapatkan informasi mengenai Chelsea. Namum kali ini sepertinya ia harus berusaha sendiri.
Misi ini sungguh sulit karena Tyler sudah sangat lama tidak bertemu dengan gadis kecilnya walau selalu mengawasinya dari kejauhan.
Pria itu akhirnya menjatuhkan pilihannya pada sebuah kalung dengan tiga bandul putih kecil yang menghiasi kalung tersebut. Tyler tersenyum ketika membayangkan gadis kecil yang sudah tumbuh menjadi sangat cantik itu mengenakan kalung ini. Ia hanya berharap jika Chelsea mau memaafkan dan menerima kalung pemberiannya ini.
Setelah meminta kadonya untuk dibungkus, Tyler pun menuju mobilnya dan melajukannya ke rumah orang tuanya. Ya, selama ini Tyler memang lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen miliknya.
Selain karena ia kadang harus bersabar saat melihat orang tuanya yang suka bermesraan tanpa tau tempat, ia juga tidak bisa menahan rasa sedihnya setiap kali Mama Anna bertanya tentang Chelsea sedangkan ia tidak bisa menjawabnya.
Selama delapan tahun ini memang sudah banyak sekali yang berubah. Semuanya berubah kecuali satu, hatinya. Ia tetap terikat pada seorang gadis yang sudah mengambil seluruh hatinya itu. Ia bahkan rela tidak bertemu pujaan hatinya agar tidak melukai gadis itu.
Setelah sampai di pekarangan rumah dan memarkirkan mobil di garasi, Tyler pun turun dari mobilnya. Ia langsung disambut oleh Papa, Mama dan adiknya.
"Kak Ty pulang!" Mario bahkan melompat kegirangan dan langsung meminta Tyler untuk menggendongnya. Adik kecilnya itu memang sangat menyukai Tyler, bahkan terkadang ia mengunjungi apartemen Tyler hanya untuk bermain atau meminta bantuan pria itu dalam mengerjakan Pekerjaan Rumahnya.
"Hey, jagoan." Tyler mengacak rambut Mario dengan gemas setelah memeluk kedua orang tuanya satu per satu terlebih dahulu.
"Setelah sekian lama akhirnya kamu tau jalan pulang ya." Roy menyindir anaknya itu yang hanya dibalas kekehan berat Tyler.
Anna ikut terkekeh kemudian menepuk pelan bahu kokoh milik anak sulungnya itu. "Ayo bersiap-siap, kita tidak mau terlambat kan?"
Setelah selesai berbincang sebentar, Tyler pun beranjak ke kamarnya untuk bersiap-siap. Ia mandi dan mengenakan kemeja serta celana bahan terbaik miliknya yang sudah disiapkan oleh Anna.
Jantungnya berdegup kencang membayangkan pertemuannya dengan Chelsea sebentar lagi. Ia benar-benar takut jika gadis itu ternyata sudah melupakannya atau bahkan membencinya. Sekarang yang bisa Tyler lakukan hanya berdoa dan berharap pertemuannya berjalan lancar. Semoga ia bisa kembali dan bersatu dengan gadis kesayangannya.
--TBC--
14 Januari 2019
Revised : 31 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You ✔️ (Revisi)
RomanceWARNING 17+ Sequel The Piano Teacher Higest rank : #1 in Cerpen (6 Februari 2019) #1 in Oneshoot (22 September 2019) #8 in Indonesia (6 Februari 2019) #12 in Romantis (6 Februari 2019) #5 in Shortstory (8 Juli 2019) #9 in Love (2 Maret 2019) #3 in...