Brakkk
"DOKTER DOKTER!!!!!"
"EOMMAAAAA"
"Appa, eomma kenapa?" chanyeol bertanya dengan wajah panik dan tegang.
"Jimin, nak. Eomma sudah sadar sayang." setitik kelegaan bersarang di hati gundahnya, tapi mata jimin menatap nyalang pria paruh baya itu.
Pintu ruangan terbuka dan keluarlah dokter bersama suster suster. Semuanya berdiri termasuk jimin yang masih memeluk oppanya.
"Bagaimana keadaan eomma dok?"
"Nyonya park sudah siuman dan bisa segera dipindah ke ruang perawatan"
"Terimakasih tuhan, terimakasih dokter" ucap chanyeol sopan sambil terus membungkukkan badan tingginya.
"Anda bisa mengurus dulu administrasi kepindahan kamar"
"Ne dokter, terimakasih"
"Appa temani eomma saja, biar chanyeol yang mengurus ruang rawat eomma"
"Ani, aku yang akan menemani eomma. eomma akan lebih aman bersamaku" sela jimin. Yoongi yang tidak tahu apapun sangat kebingungan dengan maksud ucapan jimin. Lebih aman? Kenapa jimin berkata eommanya akan lebih aman bersamanya dibanding dengan appa nya? Ada apa sebenarnya?
"kau istirahat saja ne? Oppa takut kau akan histeris dan mengganggu istirahat eomma, jimin tak mau itu terjadi kan sayang?"
Entah kenapa kini pandangan yoongi terfokus pada wajah pria paruh baya itu, raut wajahnya seperti penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan, entahlah?
"Appa, masuklah" kemudian kepala keluarga park itu memasuki ruangan istrinya.
"Anak anak, jaga jimin ne. Tolong jangan pernah biarkan dia sendiri" setelahnya chanyeol beranjak dari ruang tunggu.
"Jimin kau kuat, imo akan sembuh. Percaya padaku" jungkook merangkul pundak jimin dan menepuk nepuk nya.
"Sayang, maafkan aku, seharusnya aku tak meninggalkanmu. Maaf kau tak ada disamping mu saat situasi seperti ini terjadi" yoongi bersimpuh dihadapan jimin.
"Kak yoon" suara jimin terdengar serak, jelas saja dirinya berjamaah jam menangis dan meraung dari seoul sampai busan, sampai eommanya selesai operasi bahkan sampai eommanya siuman.
"Kemari, peluk aku" Yoongi pun langsung menarik jimin ke dalam dekapannya. Aroma pinus bercampur dengan mint menguar dari tubuh lelaki yang mendekap jimin.
"Kak yoon, aku takut hiks Aku tak mau ditinggal eomma. Hiks Kak yoon berjanji lah hiks berjanji untuk tidak meninggalkanku. Jangan tinggalkan aku. Kajima hikss kajima"
"Aku tak akan mengulanginya baby, aku tak akan meninggalkanmu. Aku akan bersama mu"
"Kajima hiks kajima" jimin mencengkeram pakaian yoongi melampiaskan dadanya yang mulai sesak.
"Ssshhh, eomma mu sudah siuman. Tidak apa apa oke, berhenti menangis kumohon" tangan yoongi terus menghapus airmata yang keluar dari kedua mata jimin."
"Haaahhh haaaa"
"Jim, baby kau kenapa?!!" jimin pingsan dipelukan taehyung malam itu.
"Jimin pingsan, jaga dia akan ku panggil dokter" ujar tae yang kemudian lari sekuat tenaga.
Jimin terbaring di ranjang, diruangan yang sama dengan eomma nya. Keluarga park meminta agar ditambah ranjang ekstra diruang tersebut agar lebih mudah menjaga keduanya. Jungkook sudah tertidur di sofa, tuan park pun sama tidur di ranjang khusus penjaga yang letaknya dibawah ranjang nyonya park.
Yoongi belum melepas genggaman tangannya dari tangan gempal milik jimin. Pertama kali ia melihat sebegitu sedih dan sakitnya jimin, dia melihat sisi rapuh jimin. jimin nya tak pernah berteriak saat sakit, menjerit saat takut, semua tercover dengan tingkah ceria dan wajah cerahnya.
"Yoon, mau kopi?" tiba tiba chanyeol menepuk punggung yoongi menawarkan kopi.
"Tapi jimin"
"Taehyung akan menjaganya, kajja" yoongi tak bisa menolak, dia tahu ini bukan hanya sekedar ajakan minum kopi. Dikecupnya punggung tangan jimin lembut lalu diletakkannya secara perlahan.
.
.
.Paginya suasana sudah sedikit berwarna, taehyung dan jungkook bangun lalu atas bujukan tuan park dan nyonya park keduanya pulang ke rumah jungkook, untuk mandi, sarapan dan sedikit istirahat. Sedangkan tuan park beberapa kali mengecek ponselnya setelah sedikit membasuh wajah kelelahannya. Chanyeol baru bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. jimin masih belum bangun sedangkan yoongi yang tidak tidur semalaman, sungguh kikuk berada ditengah tengah keluarga park.
"Kau yang bernama yoongi?" tanya nyonya park dengan senyum keibuan.
"Ah, nde ahjuma"
"Jimin tak pernah sampai seperti ini dengan teman lelakinya." yoongi menggaruk belakang lehernya.
"Kalian menjalin hubungan?" tanya suara besar yang berada di samping nyonya park yang tak lain adalah appa jimin.
"Nde, ah maaf mengenalkan diri dalam keadaan seperti ini"
Cklek
Chanyeol mendengar semua percakapan itu, tapi dirinya tidak berniat sama sekali masuk dalam obrolan ketiga orang tersebut.
"Kau sudah tahu? Kau pacar pertamanya, dia tak pernah memiliki kekasih sebelumnya"
"Nde, aku tahu"
"Sekali kau menyakitinya, dia akan hancur. Ku harap kau tak mempermainkan putriku" appa jimin angkat bicara.
"Saya sangat mencintai anak anda, saya berjanji akan menjaganya dan memberinya kebahagiaan. Saya sangat ingin melindungi senyumnya"
"jaga jimin eoh" eomma jimin menambahkan dengan setitik air mata yang mengalir.
"Tentu ahjumma" yoongi kembali menggenggam jemari mungil jimin, dia mengamati wajah damai jimin, ia rindu senyum diwajah cantik kekasihnya.
Dikepala yoongi terus terdengar kalimat kalimat chanyeol tadi malam.
"Dia sangat ketakutan untuk bersandar, jika ada yang menawarkan dia akan menolak meskipun lehernya patah sekalipun. Dia sering membohongi perasaannya, hingga cenderung denial""Dia juga pemeran yang sangat baik, dia akan memainkan peran dengan rapi melalui skenario yang dibuatnya sendiri untuk menutupi emosi nya."
Semoga kekasihnya tersenyum tanpa topeng. Yoongi merasa dirinya yang paling banyak tertipu oleh topeng tersebut, dia tak pernah tahu jika jiminnya ternyata menyimpan luka, kesedihan, ketakutan dari balik topengnya. ia ingin jimin menunjukkan segala ekspresi dan emosinya atau setidaknya dirinya mampu melihat emosi jimin yang sesungguhnya di balik topeng yang jimin gunakan selama ini.
Tbc
Terimakasih buat vote nyaa. Big bow from youngcho.
Ppai ppai
Borahae 💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
oh happy day (yoonmin gs) - END
Randomkisah kisah pdkt yoonmin. jimin gadis yang selalu bisa menyembunyikan perasaannya dan yoongi yang irit bicara namun dengan satu kalimat bisa meluluhlantakkan hati jimin