Roxanne menatap wajahnya di depan meja rias. Ia terlihat seperti orang yang kurang tidur. Well, itu memang benar. Ia tidak bisa tidur. Apalagi jika bukan karena pernyataan Felix yang secara tiba-tiba.Semalam, Roxanne benar-benar dibuat mati kutu oleh Felix. Ia tidak mengatakan sepatah kata apapun pada siapapun. Sesampainya di rumah pun ia langsung memasuki kamarnya hendak tidur. Tapi, matanya tak kunjung menutup. Sudah beberapa kali ia mencoba untuk memejamkan matanya, tapi, semua cara itu tidak berhasil.
Roxanne menghela napasnya dengan kasar. "Dia sangat gila," gumamnya di depan kaca sambil merias wajahnya dengan riasan natural.
Roxanne keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Ayah dan ibunya sudah berada di ruang keluarga bersama Victorina. Ah, victor tidak pulang semalam, batin Roxanne memikirkan kakak lelakinya itu.
"Dimana Jeanette?" Tanya Roxanne sambil berjalan menuju dapur.
"Pergi bersama teman-temannya," jawab Victorina. "Anne, maukah kau menemaniku?" Tanyanya kemudian.
"Kemana?" Roxanne menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Kantor. Victor menyuruhku ke sana, dan mungkin lebih baik mengajakmu juga," Victorina menjelaskan. Roxanne mengangguk tanda setuju. Ia menenggak habis jus jeruknya dan meletakkan gelasnya di meja.
"Jadi?" Tanya ayahnya tiba-tiba. Roxanne mengerutkan alisnya tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan ayahnya.
"What?" Roxanne heran kenapa ibunya malah tersenyum sendiri dan menggelengkan kepalanya.
"apa kau baru mengetahuinya?" Ayahnya bertanya lagi yang masih membuat Roxanne berpikir keras. "Kalau Felix akan menikahimu," lanjutnya.
Roxanne langsung bungkam dan membulatkan matanya mengingat kejadian semalam. Sungguh, tidak ingin membahasnya. Setidaknya, jangan sekarang.
"Felix anak yang baik. Dia juga bukan tipe pria yang suka bertele-tele, bahkan mom sangat mengapresiasi aksinya semalam," Ibunya tertawa saat mengingat kembali kejadian semalam.
"Kau juga tidak mengelaknya, Anne," kata Victorina.
"Itu-itu....Ah, sudahlah, jangan bahas masalah ini, ini semua terlalu mendadak," Roxanne menundukkan kepalanya.
"Mom tahu ini sangat mendadak, bahkan kalian baru berkenalan dalam hitungan hari, tapi, setidaknya kau cobalah untuk membuka hatimu perlahan-lahan, dia sudah sangat berani mau mengutarakan perasaannya semalam, bahkan ingin menikahimu–" ucapan ibunya terpotong karena Roxanne yang tiba-tiba berteriak.
"Okay, Mom! Stop it, just, please, stop it, it embarrassed me," Roxanne menutup kedua matanya dengan lengannya dan menyenderkan kepalanya di sofa.
"Okay, dear, setidaknya ingat pesan Mom itu," tegas ibunya.
"Dad ingin segera menggendong cucu, jadi–"
"DAD!" seru Roxanne memotong ucapan ayahnya yang belum diselesaikan. Ayah dan ibunya malah menertawainya.
"Kak, ayo kita berangkat sekarang," ajak Roxanne menyeret kakaknya agar cepat berdiri dan segera meninggalkan mansion menuju kantor perusahaan ayahnya.
*****
Setelah kepulangan keluarga Collin semalam, ia juga hendak pamit kepada orang tuanya untuk pulang ke mansion-nya sendiri. Namun, apa daya. Setelah aksi nekatnya saat kedua keluarga sedang berkumpul, ibunya langsung menahannya untuk menginap semalam. Yang menurut Felix, orang tuanya akan meminta keterangan sejelas mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)
Romance#The Heirs series (1st) Felix Jullian Herbert, apa yang diinginkannya setelah melihat wanita itu hanyalah satu. Cintanya. Memperjuangkan cintanya hanya untuk mendapatkan 'kepercayaan' wanita yang ia percayai sebagai wanita pertama dan terakhirnya. B...