Now Playing - Louis Tomlinson ft. Bebe Rexha - Back to You
Felix menenggak gelasnya yang kedua. Ia sedang di club bersama teman-temannya. Seperti biasa, tidak ada yang berubah. Kecuali, Felix sendiri.
"Ada masalah apa lagi?" tanya Arthur mencoba memancing Felix untuk bercerita.
"Kau belum memberi tahu kami semenjak terakhir kali kau mabuk." Ketus Dennis yang duduk di sampingnya. Felix pun menolehkan kepalanya pada Dennis. Ia mendengus.
"Aku rasa kalian bisa menebak sendiri," kata felix kemudian menenggak gelas wiskinya yang ketiga.
Justin menatap miris temannya itu. Ia berpikir, pasti masalah asmara lagi. Felix terlihat seperti pria lemah jika sudah berhubungan dengan masalah Roxanne seperti ini. Justin menggelengkan kepalanya seraya berdecih.
"Ed, sebaiknya kau suruh teman wanitamu itu keluar." Arthur terlihat memberi perintah yang sepertinya memang harus dilakukan Edric saat ini.
Tanpa Edric suruh, teman waniat itu pun keluar dengan sendirinya. Edric menghela napasnya sebelum akhirnya ikut fokus pada Felix.
"Dude, kau tidak bisa seperti ini. Seharusnya kau tidak perlu ke club dengan keadaan seperti ini. Cukup ceritakan saja masalahmu pada kami." Kata edric.
Felix menyerah. Teman-temannya ini tidak akan berhenti sebelum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya saat ini. Felix menghela napasnya seraya meletakkan gelas wiskinya di atas meja.
"Roxanne. Wanita itu. Kalian tahu sebesar apa aku mencintainya, ah, tidak, kalian tidak pasti mengetahuinya," Felix tertawa pedih saat mengatakannya.
"Hanya aku dan Tuhan yang tahu sebesar apa aku menginginkan wanita itu agar selalu ada di sampingku. Agar bisa percaya penuh padaku. Agar bisa membalas perasaanku ini." Lanjutnya dengan pedih di hatinya.
Bahkan teman-temannya saja langsung paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka sempat salah mengira jika Felix dan Roxanne sudah memiliki hubungan spesial. Arthur jadi merasa bersalah akan hal itu. Dennis sendiri langsung menepuk pundak Felix.
"Sebelum ini, dia tidak pernah tahu sebesar apa aku cemburu padanya akrena dia terlalu akrab dengan kakakku sendiri. Aku meras a bodoh karena sudah cemburu dengan kakakku sendiri. Tapi, mau bagaimana lagi. Aku juga tidak menginginkan rasa cemburu sialan ini. Aku hanya ingin dia. My aurore."
Felix berhenti sebentar. Menarik napasnya pelan. Kemudian, menghembuskannya.
"Dia, dia mengatakannya sendiri padaku tadi. Jika dia sempat meragukanku. Hah, aku bahkan tidak pernah terbesit perasaan ragu untuk mencintainya. I'm being seious. I'm truly madly deeply in love with her. Ia belum bisa percaya padaku. Aku sudah mengatakan padanya jika aku akan menunggunya. Tapi, aku sendiri tidak ingin menunggu terlalu lama lagi."
Felix menunduk menatapi kedua jemarinya. Kemudian, tersenyum pedih mengingat perkataan Roxanne tadi pagi.
"Bersabarlah. Dia hanya membutuhkan waktu sedikit lagi." Ucap Dennis berusaha menenangkan Felix di sampingnya.
"Yap. Aku tahu sebenarnya ia juga menyukaimu." Edric tersenyum mengtakannya. Ia mengingat kembali obrolannya dengan Roxanne.
"Menyukai, ya?" Felix menghela napasnya.
"Kau bilang kau akan menunggunya, kan? Kau sudah melakukan semuanya, Jullian. Bersabarlah. Dia pasti akan melihat semua perjuanganmu selama ini." Kata Arthur.
Edric yang duduk bersebelahan dengan Justin, menyenggol pelan lengan Justin. "Hei, katakan sesuatu," bisiknya pada Justin.
Justin menoleh. "What should I say?" tanya Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)
Romance#The Heirs series (1st) Felix Jullian Herbert, apa yang diinginkannya setelah melihat wanita itu hanyalah satu. Cintanya. Memperjuangkan cintanya hanya untuk mendapatkan 'kepercayaan' wanita yang ia percayai sebagai wanita pertama dan terakhirnya. B...