LTM 11 - Curiga

11.8K 370 4
                                    

Mohon maaf  sebelumnya, part sebelumnya seharusnya  part ke 10 (LTM 10 - Kembali) tapi aku tulisnya LTM 9 - Kembali, jadi barusan udah aku ganti dan mohon maaf apabila kurang nyaman. Saya hanya manusia biasa yang banyak khilaf..

Oke sekarang lanjut ke part berikutnya, tolong koreksi typo ya para kesayangan akuh..

°°°

"Kerjaan kamu muasin Abang, sayang.." bisiknya dan menggigit telinga Revanda. Mendengar itu membuat tubuhnya meremang dan menjauhkan tubuhnya hingga ia semakin merapat pada pintu mobil.

Gio semakin gencar menggoda kekasihnya saat dilihatnya Revanda ketakutan. Ia semakin merapatkan tubuhnya kepada Revanda namun setelahnya ia hanya mengecup pipi merah Revanda dan kembali ke posisinya sambil tertawa keras.

Sadar bahwa dirinya sedang dikerjai sontak Revanda memekik dan memukul bahu Gio dengan gemas. Gio yang masih tertawa segera meraih tangan kekasihnya dan mengecupnya mesra membuat gadis itu terdiam.

"Jangan mukul nanti sakit tangan kamu.." ucapnya masih menciumi tangan gadisnya dan menggenggam erat.

"Lagian Abang jahat ngerjain aku!!" rengeknya berusaha menarik tangannya namun tergenggam erat oleh Gio.

"Siapa yang ngerjain kamu Sayang? Abang emang pengen cium pipi kamu kok." jawab Gio yang masih setia menggenggam tangan Revanda sambil tetap fokus menyetir.

"Nyebelin!!" cebik Revanda lalu membuang mukanya menatap jendela.

##

Malam harinya mereka masih bercengkrama disofa sambil menonton film dengan posisi Revanda bersandar di dada bidang Gio, sementara Gio memainkan rambut pendek gadisnya- wanitanya.

Ia belum sempat menanyakan alasan Revanda memotong dan mewarnai rambutnya, begitu teringat langsung saja ia tanyakan.

"Sayang.." panggil Gio yang disahuti deheman oleh Revanda.

"Kenapa kamu potong dan warnai rambut kamu?" tanyanya, membuat wanita mendongakkan kepalanya.

"Kenapa? Bagus gak?" Revanda kembali bertanya pada Gio bukannya memberi jawaban.

"Bagus sih, tapi kenapa dipotong?" ulang Gio yang meraih kembali kepala wanita agar kembali bersandar padanya.

"Pengen aja, biar ganti suasana." jawab Revanda asal sambil terus memakan popcornnya

"Gak ada alasan lain??" Gio mengernyitkan kening mendengar jawaban Revanda.

"Ada. Tapi males bahasnya takut sakit hati lagi kalo inget..." jawabnya, lalu bangkit dan melangkah ke dapur guna mengambil minuman.

"Abang mau kopi gak biar sekalian Re buatin.." teriak Revanda dari dapur.

Tanpa Gio tahu sebenarnya ia sedang menyembunyikan airmatanya. Karena ia gampang sekali menangis setiap mengingat alasan ia memotong dan mewarnai rambutnya.

Seperti sekarang, kilasan tentang kejadian beberapa waktu lalu kembali muncul dan membuatnya ketakutan. Tubuhnya bergetar dengan satu tangan menutup mulutnya agar tangisannya tak terdengar dan satu tangan lainnya menggenggam erat kain serbet di wastafel.

Tiba-tiba tubuhnya menegang saat sebuah pelukan erat mampir di pinggangnya. Bukan hanya pelukan, ia juga merasakan punggungnya basah yang diyakininya adalah airmata Gio.

"Maaf.." ucap Gio lirih dan serak menahan tangisnya.

"Maafin Abang, Re.. Abang gak bisa jaga emosi saat itu sehingga menyakiti kamu." lanjutnya membenamkan wajahnya dibalik punggung kecil Revanda-nya.

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang