LTM 2 - Banjarmasin

20.3K 607 0
                                    

Tak terasa hari keberangkatan Gio menuju Banjarmasin tiba. Revanda yang berada dalam pelukan Giovanni enggan melepaskan pelukan hangat kekasihnya itu seolah Gio akan pergi jauh dalam waktu yang lama.

Tiara, sahabat Revanda mengejeknya seperti anak kecil dalam pelukan Gio yang memang memiliki tubuh besar dan tegap disertai otot-otot yang sesuai porsinya.

"Duuh siang-siang gini ada adegan live streaming segala sih, ck!" decak Tiara yang disambut oleh Beby sahabatnya yang lain.

"Maklum aja Tia, kan si Rere mau ditinggal jalan sama Papa Gio, udah bagus gak pake acara tangis-tangisan kayak anak alay. Hehehe..." sambung Beby. Mendengar sahabatnya mengejeknya Rere mengadu pada Gio seperti anak kecil berusia 10 tahun.

"Abang, tuh Tia sama Beby ngeledek Rere. Marahin...!!" rengeknya dan mereka pun tertawa melihat tingkahnya.

"Iya nanti Abang gak beliin mereka oleh-oleh ya kalo masih ngeledek kamu. Setuju?" bela Gio dan sontak dua wanita itu melayangkan protesnya.

"Iih Abang jangan dooong..!! Iya deh Rere sayang sini yuk sama kak Tiara dan kak Beby. Kan pesawatnya udah mau terbang nanti kasian bang Gio ketinggalan pesawat ntar kalo ketinggalan pesawat nanti kita-kita gak dibeliin oleh-oleh..." bujuk Tiara masih menggodanya yang di iyakan oleh Beby.

"Abang titip kesayangan Abang disini ya. Pantau terus selama Abang disana nanti oleh-olehnya dobel deh." ucap Gio makin menggoda kekasihnya.

"Siaaaaappppp!!!" seru Tiara dan Beby bersamaan lalu menarik Rere dari pelukan Gio.

Tak lama terdengar pengumuman kalau pesawat dengan tujuan Jakarta-Banjarmasin akan segera take-off.

Setelah ber-dadah ria mereka bertiga pun akhirnya kembali ke cafe dengan menaiki mobil Tiara.

°°°

Tiga hari berlangsung namun belum ada kabar satupun dari Gio, padahal pria itu sebelumnya berjanji akan segera memberi kabar setibanya disana. Hal itu membuat mereka cemas terutama Revanda.

Berkali-kali ia melihat ponselnya berharap ada notifikasi pesan masuk atau panggilan dari orang yang dicintainya itu. Bahkan tak jarang ia menghubungi nomornya namun nihil karena ponsel Giovanni tak aktif.

Selama tiga hari ia menunggu dan menunggu, akhirnya penantiannya berakhir karena malamnya Gio menghubunginya tepat pada jam 9 malam.

"Hallo.." sapa suara disana namun tak mendapatkan jawaban.

"Hallo.. Baby, honey, are you there? I miss you so sweetheart."  ucapnya lagi dan berhasil membuat tangis Revanda pecah.

"Abaaang hiks, kemana aja baru nelpon hiks." tanya Rere sambil menangis.

"Maafin Abang sayang, kemarin ada sedikit masalah disini tapi sekarang udah selesai makanya Abang baru bisa hubungi kamu." jawabnya lembut mencoba memberi ketenangan pada kekasih kecilnya.

"Hiks hiks... Kangeen hiks" ucapnya lagi masih terisak.

"Sst jangan nangis lagi ya. Kan Abang udah telpon sekarang berhenti ya nangisnya sayang." pinta Gio. Dalam hatinya ia memaki dirinya sendiri dan juga keadaan yang menyebabkan ia telat menghubungi gadisnya sampai-sampai gadisnya menangis.

Sebisa mungkin selama ini ia begitu menjaga gadisnya agar tak pernah mengeluarkan airmatanya, namun nyatanya justru ia lah penyebab airmata itu membasahi pipi kekasihnya.

°°°

- BSB CAFE -

"Pagi semuaaa...!!" Revanda memasuki cafenya dan menyapa semua orang dengan ceria. Ia bahkan bersenandung membuat beberapa karyawannya bingung melihat perubahannya, mengingat tiga hari kemarin dirinya murung seolah ada awan hitam yang menaunginya.

BSB Cafe ini adalah milik tiga wanita muda itu, Revanda Tiara dan Beby. Mereka bersahabat sejak SMP dan memiliki cita-cita yang sama yaitu memiliki sebuah cafe kecil-kecilan dan akhirnya impian mereka terwujud setelah masing-masing mengumpulkan sebagian uang jajan mereka selama sekolah dengan bantuan sedikit dana dari pinjaman orangtua mereka dengan sistem pembagian hasil pendapatan tiap bulannya. Dan dari hasil itu mereka putar kembali sebagai modal dan mencicil pengembalian pinjaman dana orang tua mereka.

"Ceria banget mba Re. Lagi seneng nih kayaknya. Bagi-bagilah cerianya." ucap Ardi salah satu pegawai disana.

"Iya dong, kan semalam abis ditelpon Abang. Hehehe..." jawabnya memberitahu alasan kebahagiaannya.

"Panteees... Si Om akhirnya telpon ya?" ujar Ardi lagi dan hanya mendapatkan anggukan kepalanya.

"Pagi..!! Weeh ada yang lagi seneng nih. Moga aja cuacanya cerah hari ini gak mendung lagi kayak kemarin." seru Tiara saat memasuki cafe ia menemukan sahabatnya bersenandung ria.

"Biasa mba Tia, akhirnya si Om telpon makanya awan mendungnya ilang." seru Ardi menjawab Tiara.

"Wuidiiih akhirnya Papa Gio telpon Re? Kapan, terus dia jelasin kenapa kemarin-kemarin gak ada kabarnya? Cerita dooong..." cerocos Tiara ingin tahu.

"Kepooooo!!!" jawab Revanda sambil menjulurkan lidahnya pada Tiara.

"Oh gitu.. Oke cukup tau aja gue, siapa ya yang kemarin-kemarin nangis dalam pelukan gue gara-gara ada yang gak kasih kabar?" sindir Tiara kesal karena sahabat sekaligus salah satu pemilik cafe ini tak mau berbagi cerita. Lagi-lagi Revanda hanya menjulurkan lidahnya.

Tak lama Beby datang dan reaksinya pun sama seperti Tiara dan Ardi, namun kali ini Rere baru mau menceritakannya dan mengajak mereka ke ruangan mereka di lantai 2.

Tiara Beby dan Revanda berpelukan saling berbagi kebahagiaan setelah Rere menceritakan alasan kebahagiaannya.

Hari ini dilewati Revanda dengan penuh senyuman karena lagi-lagi Giovanni memberinya kabar walau hanya sekedar mengingatkan makan atau mengatakan bila ia merindukan kekasih kecilnya itu.

Bahkan para pelanggan cafe pun ikut tertular kebahagiaan karena sifat ceria Revanda.

"Eh Re, gue duluan ya. Siang ini gue ada kuis soalnya." ucap Tiara berpamitan padanya. Tiara memang masih kuliah jurusan Ekonomi disalah satu perguruan tinggi di Jakarta.

"Oke. Good luck for the kuis babe."  ucap Revanda pada Tiara lalu saling mengecup pipi kiri dan kanan.

°°°

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang