LTM 27 - Ngidamnya Revanda

8.7K 269 7
                                    

Revanda dan Giovanni kini sedang menikmati bulan madu mereka berdua disebuah hotel ternama dan kini sedang menikmati makan malam mereka direstoran disana. Tiba-tiba saja Revanda merasakan mual yang amat sangat saat ia menyantap soto kegemarannya. Bau daging yang menjadi campuran bahan makanan tersebut rupanya membangkitkan rasa mualnya yang sempat hilang.

Hoek!!

Hoek!!

Melihat sang istri mual dan hendak muntah Gio bergegas membawanya menuju toilet yang berada direstoran itu tak peduli dengan berbagai tatapan yang ia terima dari beberapa pengunjung disana.

Sesampainya disana dengan ajaibnya rasa mual Revanda hilang seketika. Dan hal itu membuat suaminya melongo seperti ikan kurang asupan air dalam kolam.

"Kamu gak apa-apa? Gak mual lagi??" tanya Gio dengan wajah memerah dan panik.

"Aku udah gak apa-apa bang. Maaf ya aku tiba-tiba mual gini." ucap Revanda merasa bersalah pada sang suami dan membelai lembut pipi Gio. Gio memejamkan matanya merasakan usapan lembut sang istri.

"Kita kembali kedalam?" tanya Gio setelah ia puas merasakan usapan itu dan mengajak istrinya kembali.

"Gak mau. Kita makan ditempat lain aja bang? Anaknya gak mau makan disitu." ujar lagi Revanda yang mengatasnamakan anaknya.

Mendengar penuturan istrinya membuat Gio tersenyum dan menunduk berhadapan dengan perut Revanda.

"Kamu gak suka ya sama makanannya? Mau makan apa biar Papa beliin buat kamu dan Mama. Tapi janji jangan bikin Mama mual lagi ya sayang." ucap Gio membelai lembut perut istrinya dan mengecupnya pelan.

Setelah membayar tagihannya Gio menuntun istrinya keluar dari restoran itu. Saat dalam perjalanan tiba-tiba Revanda meminta sesuatu yang diluar dugaan Gio. Ia meminta makanan yang selama ini ia hindari bahkan ia sangat membenci jenis makanan itu sebelum hamil.

Sambal petai.

Ya, Revanda sangat ingin memakan nasi dengan lalapan plus sambal petai. Mendengar itu Gio menaikkan alisnya dan bertanya beberapa kali pada Revanda.

"Bang aku mau makan nasi putih pake lalapan sama sambal petai. Kita makan di warung Sunda aja ya." pintanya atau tepatnya ngidamnya.

"Kamu yakin?" tanya Gio sambil menatap jalanan dan juga sang istri bergantian.

"Iya. Aku mau makan itu." jawabnya mantap sambil mengusap perutnya. Wajahnya terlihat sangat menginginkan makanan itu.

"Tapi itu petai Yang, kamu yakin? Kamu kan gak suka." tanya lagi Gio dan lagi-lagi Revanda menganggukkan kepalanya mantap.a

"Yang lain aja ya, nanti kalo kamu mual lagi gimana? Biasanya kamu langsung marah kalo aku..." belum lagi selesai ucapannya Gio langsung panik dan mengiyakan permintaan istrinya begitu dilihatnya wajah sendu dan airmata sang istri.

"Papa gak mau ajak kita makan itu sayang. Papa jahat!!" ucap Revanda yang merajuk pada calon anaknya dan pipinya mengalir lelehan cairan dari matanya.

"Iya Sayang, iya.. Kita makan itu ya. Sekarang. Jangan nangis ya Sayang." bujuk Gio sambil mengusap pelan perut dan pipi sang istri.

Alhasil Gio membelokkan mobilnya menuju tempat yang diinginkan. Sesampainya disana Revanda bergegas turun dan memesan makanan yang di inginkannya tanpa menghiraukan suaminya yang tergopoh mengejar sang nyonya.

"Sayang pelan-pelan jalannya jangan lari. Kamu lagi hamil. Ya Tuhan istri gue...!!" erangnya melihat tingkah Nyonya Nataprawira yang berlari dengan semangat 45 menuju rumah makan sederhana itu.

"Mbak saya pesan nasi putih lalapan sama sambal petainya masing-masing dua porsi. Sambalnya yang pedes pake banget ya." pesan Revanda saat berada didepan kasir rumah makan itu.

"Gak mbak, jangan pedes banget biasa aja pedesnya." ralat Gio setelah ia berhasil mengejar Nyonya Nataprawira itu.

"Iih pedes banget ya mbak, pokoknya pedes pake banget kalo gak pedes pake banget Saya gak mau makan dan gak mau bayar. Titik!!" ucap lagi Revanda dengan sedikit mengancam.

"Tapi Sayang kamu kan lagi hamil gak baik buat anak kita." ucap Gio dan ia malah mendapat lirikan tajam.

"Aku pesen itu atau kamu tidur diteras seminggu!!!" ancam Revanda padanya dengan cepat Gio mengijinkan keinginan sang Nyonya.

"Pedes pake banget ya mbak. Kalo gak pedes nanti istri Saya gak mau makan dan gak mau bayar plus Saya tidur diteras selama seminggu. Kasihani nasib Saya ya mbak." ujar Gio begitu Revanda mengeluarkan kalimat saktinya. Sang pelayan hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil menahan senyuman melihat tingkah absurd sepasang pasutri ini.

Salah satu pelayan mengantarkan mereka menuju meja yang kosong. Revanda memilih duduk disaung dengan nuansa lesehan yang menghadap kolam ikan kecil.

Begitu Gio duduk dilesehan dengan santainya Revanda menjulurkan kaki ke pangkuan Gio dan memintanya agar memijatkan dua kakinya.

"Pijitin, pegel." ucapnya manja, dengan senang hati Gio memijatkan kaki namun tangannya ikutan nyambi memijat area sensitif sang istri.

Plak!!

Gio tersentak saat merasakan pukulan pada punggung tangannya.

"Tangannya dijaga, gak usah merayap kemana-mana!!" omel Revanda dan Gio hanya terkekeh.

Makananpun tiba dengan cepat Revanda menyantap makanannya. Namun tiba-tiba ia berhenti dan meminum air putih sebanyak-banyaknya lalu menyodorkan piringnya ke hadapan sang suami.

"Kenapa?" tanya Gio yang bingung melihat istrinya menyorongkan piringnya padanya.

"Anaknya pengen Papa yang makan." katanya sambil memasang wajah lucu nan menggemaskan.

"Ya ALLAH yang ini pedes banget!! Aku gak kuat ah. Kita ganti aja sama yang baru ya.." pinta Gio saat ia mencoba sambalnya dan lidahnya serasa terbakar saking pedesnya.

"Kamu tidur diluar sebulan!! Hiks hiks" ucap Revanda yang mendengar penolakan suaminya.

Tanpa banyak bicara Gio segera menyantap makanan itu dan berulang kali ia menyeka keringatnya dan meminum jus nya.

Mules mules deh daripada tidur diluar. Tadi seminggu sekarang naik tingkat jadi sebulan. Untung cinta mati gue. Ya Tuhan istri siapa sih ini!!?? Ucap Gio dalam hatinya sambil ngedumel.

°°°

Tbc.

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang