LTM 33 - Koma

24.9K 582 81
                                    

Giovanni Nataprawira koma.

Mendengar itu sontak membuat Revanda menjerit kemudian jatuh pingsan dalam dekapan Roby.

°°°

Dua hari sudah Giovanni koma dan selama dua hari juga Revanda tak beranjak dari sisi suaminya. Matanya membengkak akibat menangis semalaman bahkan ia pun terlihat pucat. Roby yang ingin menggantikannya berjagapun tak di ijinkan, ia ingin berada disamping suaminya bila mata yang terpejam itu terbuka nantinya dan menjadi orang pertama yang dilihat oleh Gio.

Revanda seolah ingin menebus semua kesalahannya dimasa lalu dengan terus berada disamping suaminya. Tak jarang ia terlelap disisi ranjang sambil memeluk tangan Gio yang bebas.

Seperti pagi ini ia telah selesai membersihkan tubuh Gio dengan air hangat, ia tak ingin ada orang lain yang mengurus suaminya meski itu bik Asih sekalipun. Katakanlah ia menyesal, namun ia sangat berharap bila mata yang terpejam itu akan terbuka segera dan menatapnya kembali dengan senyuman.

"Sayang kenapa lama banget sih tidurnya? Apa kamu senang ya liat aku nunggu sendirian disini? Kalo ada dokter yang godain aku gimana?" monolog Revanda mencoba mengajaknya berbicara meski hanya satu arah.

"Kamu cepet bangun dong, aku gak mau sendirian. Buka matanya dong Sayang. Hiks" ucapnya lagi yang menahan isak tangisnya.

"Kalo aku kecantol dokter ganteng disini kamu jangan marah ya. Aku udah peringatin kamu loh kalo dokter disini tuh ganteng-ganteng." lanjutnya mencoba bercanda namun hasilnya tetap sama, Giovanni masih betah tidur.

Ceklek.

Suara pintu terbuka terdengar langkah kaki mendekat namun Revanda enggan menoleh sekedar melihat siapa yang berkunjung.
Hingga satu suara kecil terdengar dan membuat ia menoleh kebelakang dan terkejut saat melihat siapa orang yang datang berkunjung.

"Papaa.." panggil anak kecil lelaki dengan lirih yang tak lain adalah Devon putra sulung Giovanni dan Mega.

"Mbak Mega?" sapa Revanda pada sosok wanita yang datang bersama dengan anak kecil itu.

"Gimana keadaan Gio? Apa ada perkembangan?" tanya Mega padanya yang hanya berdiri diam dibelakang Revanda sementara sang putra telah mendekati ranjang sang Papa.

"Belum mbak, masih sama. Mbak apakabar?" jawab Revanda mencoba berdamai dengan Mega meski sebenarnya ia takut bila berdekatan dengan wanita itu.

Grep.

Tiba-tiba saja Mega mendekat dan memeluk erat Revanda yang terdiam.

"Maafin aku Re. Maafin semua kesalahan aku. Kalau aja waktu itu aku gak dorong kamu mungkin sekarang kalian sudah berbahagia dan Gio gak akan terbaring seperti ini. Maafin aku.. Hiks hiks" ucap Mega yang meminta maaf dan menyesali semua perbuatannya.

Perlahan tangan Revanda terangkat dan balas memeluk Mega dan mengusap lembut punggung wanita itu.

"Sudah mbak lupain semua, aku udah maafin mbak kok. Yang penting mbak tahu apa kesalahan mbak dan gak akan mengulanginya lagi nanti." jawab Revanda yang mengatakan bahwa ia telah memaafkan semua perlakuan Mega diwaktu lalu.

Ia menyadari alasan Mega melakukan itu karena wanita itu masih mencintai Giovanni.

"Tante kenapa Papa belum bangun? Devon udah panggilin Papa daritadi tapi gak bangun-bangun." panggil Devon dan menanyakan Papanya.

"Sayang Papa Gio sedang istirahat dia lagi tidur sebentar, karena Papa sedang sakit. Devon doain supaya Papa cepat sehat dan cepat bangun ya." ucap Revanda yang menghampiri dan berjongkok berhadapan dengan Devon.

"Iya Tante. Devon mau cerita sama Papa kalau Devon menang lomba lari disekolah." ujar bocah kecil yang berusia 7 tahun itu.

"Oh ya? Wah hebat, anak Papa Gio menang pasti bahagia banget ya Sayang?" ujarnya sambil tersenyum namun ia mengernyitkan dahi melihat anak tirinya menunduk sedih.

"Devon sayang kenapa, kok sedih gitu mukanya kan tadi katanya menang harusnya bahagia dong." tanya Revanda yang melihat wajah sedih Devon.

"Devon sedih Tante, karena Papa gak bisa kasih ucapan selamat buat Devon kayak biasanya soalnya Papa lagi sakit." jawab anak itu dengan mata berkaca-kaca.

"Sst jagoannya Papa gak boleh sedih nanti kalau Papa bangun pasti Papa akan kasih ucapan selamat seperti biasa. Tapi sekarang Papanya kan lagi sakit jadi ditunda dulu sementara ya Sayang." ujar Revanda memeluk tubuh anak itu.

"Re mbak pulang dulu ya kasian Devina dirumah cuma sama bik Asih. Aku titip Devon ya disini, nanti minta Roby anter aja kalo dia mau pulang." pamit Mega yang tiba-tiba merasa tak enak dengan keadaan saat ini. Apalagi ia melihat bahwa Revanda mau menerima anaknya.

"Kenapa Devina ditinggal mbak kok gak diajak juga?" tanya Revanda yang baru menyadari tak adanya anak kecil perempuan disana.

"Umurnya belum boleh ikut kemarin aku kesini dan bawa dia tapi dokter melarang jadi aku pulang lagi." jawabnya lalu menghampiri ranjang Gio.

"Hm, aku boleh pamitan sama Gio kan Re?" tanya lagi Mega yang takut tak diijinkan mendekati Gio.

Sambil tersenyum lembut ia menganggukkan kepalanya lalu berjalan dan duduk disofa memberikan waktu untuk Mega.

°°°

Kini diruangan itu bukan hanya Revanda yang menunggui suaminya, namum ia ditemani oleh si sulung Devon.

Sesekali Devon mengajak Papanya berbicara meski sang Papa tak meresponnya. Revanda hanya tersenyum lembut menatap sang anak tiri yang begitu merindukan ayahnya.
Hingga kini bergantian Devon yang tertidur disofa sedangkan Revanda kembali duduk disamping sang suami.

"Bang cepet dong bangun. Tuh liat Devon dari tadi nungguin kamu sampe ketiduran disofa." lagi-lagi Revanda mengajaknya berbicara namun hasilnya sama.
Hingga tak lama iapun terlelap dengan kepala terkulai disisi ranjang Gio.

°°°

Tbc.

Maafkeun kalo gak sesuai ekspektasi'y Rain lagi buntu banget sumpah!!

Maafin aq yaa semuaaa..

Ketjup manis,

Rainy_Love

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang