LTM 22 - Garis Dua

13.1K 367 3
                                    

Satu bulan berlalu setelah percintaan mereka yang brutal, selama itu juga Revanda hanya berdiam diri didalam rumah Gio tanpa bisa keluar kemanapun karena Gio selalu mengunci pintu dan mengurungnya disana. Hanya bik Asih yang selalu menemaninya, itupun ia tak berani membukakan pintu kamar tuannya tanpa ijin darinya hanya saat-saat tertentu saja seperti mengantarkan makanan untuk calon istri tuannya.

Berkali-kali sudah Revanda meminta bahkan memohon dan mengiba pada bik Asih agar ia dibiarkan pergi tapi wanita tua itu tak menggubris permintaannya hanya bisa meminta maaf dengan wajah prihatin.

Hingga pada suatu pagi tiba-tiba ia merasakan kepalanya begitu sakit disertai rasa mual yang hebat membuat ia berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Tubuhnya begitu lemah setelah ia menumpahkan semua isi dalam perutnya apalagi dirinya yang memang tak mau makan dengan maksud protes. Bik Asih yang tak sengaja mendengarkanpun saat akan mengantarkan makanan berlari kedalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia saat dilihatnya Revanda terkulai lemah dilantai dengan wajah pucat. Segera saja ia menghubungi Gio dan tak berapa lama kemudian sang tuan pun tiba lalu menghambur kedalam kamarnya dan menggendong tubuh lemah kekasihnya.

Gio meletakkan tubuh Revanda dengan hati-hati diranjang menyeka keringat yang membasahi wajahnya dengan khawatir, namun segala bentuk perhatiannya hanya ditepis oleh wanita itu meski tanpa tenaga.
Gio mengeraskan rahangnya karena sikap Revanda, namun ia menahan amarahnya karena sadar tubuh kekasihnya sangat lemah.

"Nyonya belum makan dari kemarin Tuan. Ia juga tak menyentuh sarapannya pagi ini hanya mau minum air saja itupun tidak banyak." ujar bik Asih memberitahu membuat Gio menatap Revanda marah, sementara Revanda sudah tak perduli lagi karena yang ia inginkan hanya tidur panjang tanpa perlu bangun lagi.

"Jangan memancing kemarahanku Sayang, sekarang bangun dan makan! Abang gak mau kamu sakit." ucap tegas Gio meraih semangkuk bubur hendak menyuapkan tapi tiba-tiba saja Revanda menutup mulutnya dan dengan lemah ia berusaha turun namun belum sampai kakinya menyentuh lantai mulutnya sudah mengeluarkan isi perutnya lagi membuat Gio dan bik Asih terkejut.

Dengan sigap bik Asih membantu membersihkan muntahan Revanda dengan Gio yang mengusapkan punggung dan leher belakang Revanda. Dan setelahnya pandangan Revanda menggelap dan bruk ia jatuh pingsan.

°°°

Dua jam kemudian mata Revanda perlahan terbuka. Matanya melihat sekelilingnya yang berwarna putih dan saat ia mengalihkan pandangannya ia menemukan sosok yang paling ingin ia hindari, Giovanni Nataprawira.

"Sayang kamu udah bangun??" tanya Gio padanya dan membantunya meletakkan bantal dibawah kepalanya lalu menyorongkan gelas berisi air putih padanya yang disambut lemah.

Sungguh perasaan Gio saat ini tak karuan campur aduk. Senang sedih juga marah, tapi lebih banyak rasa senangnya setelah mendengar penuturan dokter yang memeriksa Revanda tadi.

-flashback on-

"Dokter tolong periksa istri Saya seharian ini dia mual dan muntah lalu pingsan." ucap Gio panik memberitahukan keadaan Revanda pada seorang dokter yang menyambut mereka.

Dengan sigap dokter dan perawat memeriksa tubuh lemah Revanda, mengambil sampel darah dan membawanya ke laboratorium. Tak berapa lama dokter keluar dengan hasil yang membuat Gio merasa senang. Ia menerima selembar kertas hasil diagnosa dokter dan hasilnya adalah : Garis dua merah.

Revanda-nya positif hamil dengan perkiraan usia kandungan memasuki 3 minggu.

"Dokter ini..." ucap Gio bergetar suaranya tak percaya dengan penglihatannya tentang hasil pemeriksaan Revanda.

"Selamat Pak, istri Anda mengandung usia kandungannya memasuki 3 minggu. Tapi maaf harus Saya katakan ini." jawab dokter tersebut yang melihat reaksi Gio. Gio mengernyitkan dahi menunggu kelanjutan dokter itu.

"Tubuh istri Anda sangat lemah ia mengalami dehidrasi dan stress berat. Kalau ini terus dibiarkan akan membahayakan janin juga nyawa istri Anda. Saya sarankan agar beliau di rawat sementara sampai keadaannya pulih. Saya takut istri Anda semakin lemah mengingat ini adalah kehamilan trimester pertama yang rentan keguguran bla bla bla..." ujar dokter itu panjang lebar. Namun Gio tak lagi mendengarkan kelanjutannya karena ia segera berlari ke ruang rawat Revanda begitu mendengar kehamilannya lemah dan rentan keguguran.

- flasback off -

"Aku ke-napa?" tanya Revanda lemah dan lirih. Gio tak menjawab hanya menciumi wajah kekasihnya terus menerus membuat wanita itu risih.

"Aku kenapa!?" tanya lagi Revanda kali ini sudah ada sedikit tenaga.

"Makasih Sayang, makasih kamu udah wujudkan impian Abang." ucap Gio senang masih menciumi wajah Revanda. Revanda yang melihat reaksi Gio jadi bingung dan ia membelalakan matanya begitu ia mendengar berita tentang kehamilannya.

Ia terdiam, rasanya ia ingin menguburkan dirinya didalam lubang besar dikaki bumi. Setelah itu ia menjerit kencang sambil memukulkan perutnya, sontak saja reaksi dan perlakuannya membuat Gio kaget dan menahan tangan Revanda yang masih memukuli perutnya dan membuatnya murka.

"Apa-apaan kamu hah!? Apa kamu mau membunuh anak kita hah!!" bentak Gio menahan tangan Revanda.
"Iya!! Aku gak mau ada anak ini. Aku gak mau aku mau hilangin dia dari sini. Aku benci kamu. Aku benciii..!!" jerit Revanda memberontak dan akhirnya yang ia dapat adalah sebuah tamparan dipipi mulusnya.

Revanda terdiam begitu juga Gio. Untuk pertama kalinya Gio melayangkan tangan padanya dan itu karena janin dalam kandungannya.
Revanda meneteskan airmatanya menangis tanpa suara.

Gio mundur selangkah sambil menatap tangan yang tadi memukul kekasihnya lalu dengan cepat ia memeluk tubuh Revanda, meminta maaf padanya.

"Maaf Sayang, Abang gak sengaja. Abang gak ada maksud pukul kamu. Tapi tolong jangan bunuh dia, dia gak salah apa-apa. Abang yang salah.
Jangan hilangkan dia Sayang..." ucap Gio bergetar dan memohon agar Revanda tetap mempertahankan janinnya.

"Keluar..." ucap Revanda lemah. Gio memundurkan tubuhnya berusaha mencerna ucapan kekasihnya itu.

"Sayang kamu masih lemah, Abang gak mungkin tinggalin kamu." jawab Gio dan itu membangkitkan amarah Revanda. Ia menjerit histeris sampai dokter dan perawat datang menenangkannya dengan obat penenang. Sampai akhirnya dokter meminta agar membiarkan wanita itu istirahat demi kesehatan diri juga janinnya. Gio mengalah, ia keluar dengan gontai dan menyandarkan tubuhnya pada dinding.

Gio merogoh saku celananya mencari ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo bun..." sapa Gio begitu panggilannya terjawab.

" ... "

"Revanda masuk rumah sakit Medika. Dia... Dia ha-hamil bun, hamil anak Gio." ucapnya lagi terbata lalu memejamkan matanya mendengarkan lalu mengatakan akan mengutus supirnya agar menjemput seseorang yang kini ia hubungi.

Gio merosotkan tubuhnya dilantai ia tak menyangka bahwa berita kehamilannya justru membuat wanita yang ia cintai itu histeris dan parahnya lagi wanita itu ingin menggugurkannya dengan memukuli perutnya. Ditambah lagi dengan ucapan seseorang yang baru saja ia hubungi membuat kepalanya sakit dengan semua masalah ini.

°°°

Tbc
Sorry typo.

Sudah up ya gengs.

Jangan marah sama saya yah marah aja sama babang ganteng kita bang Gio.

Boleh minta taburan bintangnya yang banyak sebanyak bintang di langit??

Ketjup manis,

Rainy_Love

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang