LTM 21 - Hurt (Again)

14.4K 355 11
                                    

"Theres no US between you and i. It's all over cause you lie to me!" ucap Revanda tegas padanya membuat Gio mengeratkan rahangnya.

"I never lie to you sweetheart. And is not over baby, cause I LOVE YOU still LOVE YOU and always be. I'm yours baby." jawab Gio dan setelahnya ia menarik dan menyeret Revanda keluar dari tempat itu.

°°°

Semua yang mendengar dan melihat Revanda pergi bersama dengan lelaki yang tak mereka kenal membuat salah satu teman mereka bertanya pada Tiara dan Beby, terutama perihal ucapan Gio yang mengatakan bahwa Revanda adalah istrinya.

"Ra itu beneran suaminya Rere? Kapan nikahnya tuh anak kok gak kabar-kabaran??" tanya Siska teman sekelas mereka dulu yang di angguki yang lainnya.

"Eh em itu, itu.. Ca-calonnya si Rere sih yang gue tahu. Kalo udah nikah apa belumnya gak ngerti deh. Hehe" jawab Tiara yang bingung harus jawab apa.

"Masa lo gak tahu Rere udah nikah apa belom. Kan kalian lengket banget apalagi buka usaha barengan." celetuk yang lainnya.

"Gimana ya, masalahnya biar deket banget sih kita gak pernah ngorek dan kepoin urusan masing-masing sih. Kecuali kalo dari kita yang mulai cerita." sambung Beby menjelaskan berharap mereka mengerti.

"Wah Al gimana nih udah keduluan tuh, gagal lagi deh. Hahaha...!" seru teman mereka lainnya dan disambut tawa yang keras. Sementara lelaki yang tadi bersama Revanda hanya diam memasang wajah datar namun hatinya bergejolak.

Ia tak percaya begitu saja dengan ucapan Gio yang mengatakan bahwa Revanda adalah istrinya, mengingat reaksi yang diberikan oleh Revanda terhadap pria itu tadi. Dan acarapun tetap berlangsung meski tanpa Revanda.

°°°

Gio menyeret tangan Revanda untuk ikut bersamanya sementara wanita itu tetap berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Gio.
Sesampainya di mobil Gio mendorong masuk tubuh wanitanya lalu berlari memutari mobil masuk kemudian menjalankannya, tak lupa ia mengunci semua pintu dari sentral.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi beberapa kali berhasil menyalip mobil lainnya meski terdengar sesekali jeritan kecil Revanda kala mobil yang mereka naiki hampir bertabrakan dengan yang lain.

"Abang apa-apaan sih!! Pelanin mobilnya aku gak mau mati konyol dijalanan karena kelakuan Abang!!" sentak Revanda, dan itu malah semakin membuat Gio terpacu untuk melajukannya lebih kencang lagi.
Sadar bahwa Gio sedang dalam emosi tingkat tinggi akhirnya ia memilih bungkam dan memejamkan matanya sambil berpegangan pada pintu.

Setengah jam kemudian ia merasakan mobil itu berhenti disebuah rumah yang minimalis namun modern. Ia mengerjapkan matanya dan masih bingung tak tahu rumah siapa yang mereka kunjungi. Lamunannya terhenti saat mendengar suara Gio yang dingin.

"Turun." ucap Gio dingin. Seketika Revanda merasakan aura yang berbeda mendengar nada suara Gio namun ia berhasil menutupinya dan turun tanpa mau meraih uluran tangan Gio. Melihat itu Gio hanya mendengus kecil dan tiba-tiba pekikan kecil terdengar kala ia mengangkat tubuh kekasihnya ala bridal style.

Sadar siapa yang datang satpam rumah itu membukakan pagar lalu menutup dan menguncinya kembali setelah ia memarkirkan mobil tuannya di halaman depan.

"Jangan biarkan ada yang masuk mencariku apalagi kalo itu Mega." titah Gio dan dijawab satpam dengan memberikan tanda hormatnya.

Gio masuk kedalam masih dengan menggendong Revanda lalu dengan langkah tegap dan pasti ia memasuki kamar utama yang luas dan meletakkan tubuh Revanda lalu berjalan cepat mengunci pintunya.

Dengan cepat ia melepaskan semua pakaiannya menyisakan celana boksernya lalu berjalan ke ranjang meraih kaki Revanda yang berusaha menghindarinya.

"Kamu udah bikin Abang marah dan saatnya kamu mendapat hukumannya sayang." ujar Gio menekankan kata Sayang-nya lalu membuka paksa semua pakaian Revanda dan dengan cepat ia juga melepaskan boksernya dan bless, kejantannya telah masuk sepenuhnya meski tubuh kekasihnya belum siap untuknya membuat Revanda menjerit kesakitan.

Gio menghentakkan miliknya kedalam inti Revanda membuat rasa sakit dan perih dibagian bawahnya hingga ia hanya bisa menjerit sakit.

Gio terus saja memasukinya dengan kasar kadang lembut dan kembali kasar. Hal itu membuat hati Revanda sakit, ia merasa diperlakukan seperti binatang. Tubuhnya bergerak naik turun seirama dengan hentakan Gio.

Revanda hanya diam membiarkan Gio memasukinya terus menerus. Bahkan ia tak mengeluarkan desahannya yang ada ia hanya menatap kosong langit-langit kamar hingga saat ia mencapai pelepasannya ia hanya menggeram mencengkram bantal.

Gio masih mengejar pelepasannya dan beberapa menit kemudian ia menunduk melumat bibir Revanda saat pelepasannya. Gio menekan miliknya dalam-dalam dan menumpahkan cairannya dalam rahim Revanda.

Setelahnya ia kembali bergerak namun kali ini ia membalikkan tubuh Revanda dan membuka kakinya lebar dan mendorong lagi miliknya kedalam inti Revanda. Kegiatan itu terus berulang tanpa jeda hingga beberapa jam kemudian setelahnya mereka jatuh tertidur dengan Gio memeluk erat tubuh kekasihnya.

°°°

Esok harinya tepatnya jam 1 siang Revanda baru terbangun dengan tubuh masih dalam pelukan erat Gio.
Tubuhnya serasa remuk dan sakit pada bagian kewanitaannya.
Matanya tak sengaja menangkap kalender dan ia terbelalak saat menyadari bahwa saat ini ia sedang dalam masa suburnya sementara sejak semalam Gio menumpahkannya didalam berkali-kali.

"Gak usah takut hamil, aku akan nikahin secepatnya." ujar Gio yang telah bangun dan melihat reaksi kekasihnya barusan.

Revanda hanya mendengus kesal dan menyingkap selimut hingga tubuh polosnya terbuka. Hal itu membuat bagian bawah Gio terbangun kembali dan ia menarik tubuh Revanda merebahkannya dan lagi-lagi tanpa persiapan ia memasukinya.

Jangan tanyakan bagaimana hati Revanda saat ini. Sakit kecewa marah saat ia diperlakukan bagai jalang yang hanya memuaskan nafsu kekasihnya.
Bahkan setelah mencapai pelepasannya untuk kesekian kalinya pun ia tak lagi merasakan bahagia seperti yang sudah-sudah. Saat ini yang dia inginkan hanyalah menutup matanya, tak ingin menatap lagi wajah pria yang masih saja menghujamkan miliknya itu.

Gio menggeram setiap kali ia melihat Revanda-nya memalingkan wajahnya atau menutup matanya saat ia memasukinya. Ia ingin Revanda-nya menatapnya dan menikmati percintaan mereka. Berkali-kali ia meraih wajah kekasihnya agar menatapnya tapi lagi-lagi ia diabaikan hingga ia memilih menghujamkannya dengan kasar.

"Kamu yang buat Abang memperlakukanmu dengan kasar jadi nikmati ini sayang." ucap Gio terbata menahan desahannya dan semakin memasuki inti Revanda dengan keras.
Yang terdengar hanya jeritan kesakitan dari Revanda bukan kenikmatan.

°°°

Tbc
Sorry typo

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang