LTM 30 - Keguguran

13.1K 380 19
                                    

Terima kasih Rain ucapkan pada kesayangan Rain semua,,berkat kalian yang setia membaca & taburan bintang'y cerita ini mendapat rank #1 dlm kategori #kebohongan.

Tetap goyang dua jempol ya sayang-sayangkuuh tercintaaahh...

Lanjooooott...

°°°

Revanda meraung ketika ia siuman saat dirasanya tak ada lagi kehidupan dalam perutnya. Ia menjerit histeris saat mengingat dokter mengatakan bahwa janinnya tak dapat diselamatkan akibat benturan yang mengenai perutnya.

Tiara memeluknya erat berusaha menenangkan sahabatnya bersama dengan Beby yang menahan tangannya yang terus menerus memukuli perutnya sambil meraung meminta bayinya kembali.

"Aaarrgghh!! Bayi gue Raa bayi guee. Gue mau bayi gue baliiikk. Gue mau dia kembali Beeb...!!" jeritnya histeris.

Bu Sarah tak tahan melihatnya hingga ia memilih menyendiri diluar kamar ditemani bik Asih yang memeluk dan memberikannya ketenangan dan ketabahan.

Terlihat disudut dinding depan kamar rawat Revanda, Giovanni duduk terpekur dilantai mendengar tangisan histeris istrinya. Ia ingin sekali berada disana dan memeluknya memberikannya kekuatan karena bukan hanya Revanda yang kehilangan, dirinya juga kehilangan.

Sebagai seorang ayah ia begitu kehilangan mengingat ia sangat menantikan kehadiran bayi dalam kehidupan pernikahannya dengan Revanda.  Ia tak menyangka tindakan Mega yang mendorong istrinya berakibat fatal hingga mereka harus merelakan bayi yang bahkan belum sempat terlahir kedunia.

Ia menangis dalam diam rasanya ia ingin menerobos pintu itu, jika saja sang mertua tak melarangnya dan mengancamnya akan membawa Revanda pergi dari sana.

Sungguh, sakit hati dan jiwanya mendengar raungan itu ia mengepalkan kedua tangannya menekan amarah yang ingin ia ledakkan tapi tak tahu kepada siapa ia harus melampiaskannya.

Bu Sarah mengatakan bahwa ia telah melaporkan Mega kepada pihak yang berwajib dengan tuduhan melakukan percobaan pembunuhan kepada Revanda. Tapi Gio memohon agar bu Sarah tidak melaporkan Mega.

Bukan tanpa alasan ia meminta itu, semua ia lakukan demi dua buah hatinya yang berada dalam pengasuhan Mega. Ia tak ingin kedua anaknya sedih akibat perbuatan ibunya.

Bu Sarah menerima permintaan Giovanni dengan syarat ia tak boleh menemui Revanda selama masa proses perceraian mereka. Gio menolaknya namun bu Sarah memberinya dua pilihan.

Melaporkan Mega pada pihak berwajib atau menjauhi Revanda selama proses perceraian.

Sungguh ia seperti memakan buah simalakama, dilema diantara dua pilihan, hingga akhirnya dengan berat hati ia memilih menjauhi istrinya dengan syarat bahwa ia boleh melihatnya dari jauh karena selama palu belum diketuk ia masih menjadi suami sah Revanda dan tidak ada yang bisa mengingkari itu.

Bu Sarah menyetujuinya karena ia tak lagi perduli dengan kehadiran Gio dalam kehidupan keluarganya terutama hidup anaknya.

Gio melangkahkan kakinya menuju pintu kamar rawat Revanda dan langkahnya terhenti mendengar ancaman mertuanya.

"Selangkah lagi kamu menginjakkan kaki dan berusaha masuk kedalam maka anak-anakmu akan menemukan ibunya dalam tahanan." ucap bu Sarah dengan pelan namun tegas dan langkah kaki Gio terhenti.

Ia mengepalkan tangannya dan hanya bisa memandang istri yang dicintainya melalui kaca kecil yang terdapat pada pintu kamar.

°°°

Malam harinya Revanda terbangun dari tidurnya dan kembali menjerit kala ia mengusap perutnya yang tadinya sedikit menonjol kini kembali rata.

"Aaaarrrggghh!!!" jeritan Revanda membangunkan semua orang yang menemaninya disana.

Tiara segera memeluknya dan membujuknya agar kembali tenang.

"Sst udah sayang ikhlasin ya. Relakan dia, jangan begini kasian anak lo." bisik Tiara seraya membelai lembut punggung sahabatnya itu.

Beby memberikan segelas air putih padanya dan membantunya minum. Tangisan Revanda semakin menjadi kala ia mendengar suara tangisan bayi. Ia memang ditempatkan di lantai perawatan ibu melahirkan dan dilantai itu memang terdapat ruangan khusus bayi sehingga suara tangisan bayi begitu jelas terdengar pada malam hari.

Gio ikut tersentak namun tangannya ditahan oleh bik Asih yang menemani tuan mudanya saat ingin masuk kedalam kamar Revanda.

"Lebih baik disini Tuan." ucap bik Asih yang menatap sendu anak asuhannya itu. Ia tak menyangka kebahagiaan tuan mudanya hanya sesaat dan itu lagi-lagi karena ulah mantan istri tuannya. Gio membaringkan tubuhnya dalam pangkuan ibu asuhnya namun kembali bangkit saat melihat dokter dan suster berlarian menuju kamar istrinya.

Tak lama setelah dokter dan suster masuk, Tiara dan Beby keluar dengan mata bengkak dan wajah memerah akibat terlalu banyak menangis.

Gio menghampiri mereka namun lagi-lagi reaksi yang sama seperti mertuanya ia dapatkan dari mereka.

Ia tak diperdulikan.

"Ada apa Ra, Beb?? Ada apa dengan Revanda?? Kenapa dokter dan suster berlarian kedalam??" hening tak ada jawaban dari pertanyaannya dan itu membuat ia murka.

Gio menarik Tiara dan mengulangi kembali pertanyaannya.

"Jawab Abang ada apa dengan Rere!?" sentaknya dan Beby menampar wajah Giovanni.

"Lepasin tangan lo dari temen gue." desisnya menatap marah pada pria itu. Gio tak mau melepaskan sebelum ia mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

"Ada. Apa. Dengan. Revanda!!" ulangnya lagi dan Tiara menyentakkan tangan Gio dengan kasar.

"Masih peduli lo sama dia hah!? Apakabar lo waktu wanita jadi-jadian itu dekatin lo tanpa henti hah!!?  Ngapain aja lo waktu Rere berusaha lepasin lo dari tuh wanita ular!!? Jawab!!" akhirnya Tiara murka setelah selama ini ia diam menahan amarahnya.

"Lo mau tau apa yang terjadi dengan istri lo, iya!? Dia histeris saat tahu bayinya gak ada lagi! Dan dokter bilang yang dia butuhkan psikiater Bang, psikiater!! Lo tau kan artinya apa?? Revanda depresi!!" jerit murka Tiara didepan wajah Giovanni.

Mendengar ucapan Tiara membuatnya lemas tak berdaya. Revanda-nya depresi. Istrinya depresi dan itu semua karenanya.

Gio berjalan terhuyung meninggalkan mereka yang menangisi keadaannya sahabatnya. Bik Asih mengekorinya ditemani oleh Roby asisten pribadinya.

Ucapan Tiara terngiang di kepala dan telinganya.

Revanda depresi.

Yang dia butuhkan psikiater.

Revanda depresi.

Revanda depresi.

Begitu terus menerus ucapan Tiara terngiang, tanpa sadar ia berjalan keluar dan berdiri ditengah hujan yang mengguyur langit malam itu.

Ia jatuh berlutut dan menjerit putus asa.

"Aaaarrrggghhh!!!" jeritnya malam itu. Bik Asih dan Roby menghampirinya dan berusaha membujuknya agar kembali kedalam namun tak jua berhasil. Hingga satpam mendatangi mereka.

Roby menjelaskan alasan tuannya kepada satpam itu dan satpam itu merasa simpatik kepadanya namun begitu tetap memintanya untuk berhenti membuat keributan.

Gio hancur. Ia merasa hancur dengan kenyataan ini. Ia telah kehilangan bayinya dan kini ia mendapatkan kabar yang lebih menyakitkan dari itu semua.

Istrinya depresi. Revanda-nya depresi. Dan itu semua karenanya dan juga mantan istrinya, Mega.

Dan kegelapan pun melandanya hingga..

Bruk!

Gio terjatuh. Ia pingsan dengan beban yang menghimpitnya.

°°°

Tbc

Kasihan abang ganteng jatuh pingsan. Ada yang mau bantu tolongin gaak...

Wkwkwkwk ...

Rain juga mau pingsan aah...
Tolongin Rain dooong..

#ngarepdipelukbabangArielNoah

Kethup manis,

Rainy_Love

LIE TO METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang