Twenty-seven

8.7K 973 237
                                    

1,5 years later












Taeyong tersenyum melihat seorang balita sedang asyik meminum susu dalam dot bayinya. Rasa bahagia menyelimuti hatinya, perjuangannya tidaklah sia-sia. Kini dia mendapatkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan.

Usianya hampir 10 bulan, tapi melihat keaktifan dan pertumbuhannya, mungkin dia akan menjadi anak yang cerdas nantinya. Taeyong tidak melanjutkan kuliahnya. Dia hanya menyelesaikan Sekolah Menengahnya di London dan itupun dia Homeschooling. Tidak mungkin waktu itu dia pergi kesekolah dengan perut yang semakin membesar.

Awalnya dia masih ragu dengan kehamilannya, tapi melihat bagaimana Yunho menaruh harapan lebih padanya membuatnya sedikit lega. Di kehamilan yang ke 5 bulan, saat Yunho mengunjunginya; saat itulah Yunho tau jika Taeyong sedang mengandung. Awalnya Taeyong mengira Yunho akan marah dan membenci anaknya. Tapi ternyata semua itu salah. Yunho memang sempat kecewa dengannya tapi itupun tidak berlangsung lama.

Lagipula, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada gunanya juga Yunho menyalahkan. Bukankah lebih baik dia menerima bayi itu.

"Tumbuh yang baik ya, sayang. Mommy janji tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau adalah harta paling berharga yang aku punya"

Membelai kepalanya, Taeyong terkekeh saat mata kecil itu menatapnya. Seolah mata kecil itu tau apa yang sedang Taeyong ucapkan padanya.

Ting,,

Suara pintu apartemant terbuka, melihat siapa yang datang membuat Taeyong segera beranjak dari ranjangnya. "Tunggu sebentar ya, sayang".

Taeyong menganjal dot bayi itu dengan bantal sebelum pergi untuk keluar kamar. Membiarkan balita itu meminum susunya sendiri

"Kau sudah pulang, bagaimana hari ini?"

"Menyebalkan, tidak ada yang menarik"

Mengambil tas yang tergeletak di lantai, Taeyong membawa tas itu kedalam kamar. Menyimpan tas di meja.

"Kau sudah makan?"

"Belum, aku bahkan tidak sempat makan siang hari ini. Tugasku masih belum selesai hingga saat ini"

"Istirahatlah aku akan membuat makanan untukmu" Taeyong berjalan kearah dapur, membuka kulkas untuk mengambil beberapa bahan makanan

"Dimana Mark?"

"Di kamar," Taeyong sedikit menoleh untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. "Jangan membuatnya menangis Mingyu-ya"

"Hee,, aku tidak janji hyung"

Taeyong hanya menggelengkan kepalanya, Mingyu masihlah sama. Tidak berubah sedikitpun, hanya saja kini dia mulai menjadi sedikit lebih dewasa. Seiring berjalannya waktu, Mingyu dapat melakukan apa yang seharusnya dia lakukan.

Sama seperti Taeyong, Mingyu melanjutkan sekolah menengahnya secara Homeschooling, dia menempuh jalur cepat sehingga kini dia bisa melanjutkan kuliah di London. Seperti ucapannya waktu itu, dia dengan sabar menemani dan menjaga Taeyong. Tak pernah sedikitpun terfikirkan olehnya untuk pergi dari Taeyong. Apalagi dengan kehadiran Mark, Mingyu semakin tidak bisa pergi jauh dari mereka berdua.

"Hey boy,"

Mingyu mendekati Mark, menarik dot yang tadi berisi susu kini sudah menjadi kosong. Meletakkan dot itu di meja nangkas, Mingyu membawa Mark dalam gendongannya. Bayi itu terlihat mengantuk saat ini.

"Kau ingin tidur?" seolah mengerti ucapan Mingyu, tangan mungilnya mengosok-gosok mata kecilnya, membuat Mingyu begitu gemas padanya.

"Tidurlah,"

Brother Complex (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang