chapter 3 - terbang.

476 60 34
                                    

"Bunda bila pergi ya, Assalamualaikum!" Dengan buru-buru gue pamit sama bunda dengan tali sepatu gue yang belum terikat.

"Waalaikumsalam. Eh itu tali sepatu nya diiket dulu sayang." Tegur bunda sambil geleng-geleng kepala.

"Gapapa nanti dijalan aja," Bunda menghela nafas.

"Eh, itu siapa?" Kata bunda ketika kami sampai di depan pintu.

"Calum?" Gue kaget. Calum yang lagi nunduk mainin hp nya langsung menoleh dan tersenyum menghampiri gue dan bunda.

"Halo tante, kenalin saya Calum temennya Bila." Sapa Calum sambil menyalimi bunda.

Calum ngapain coba kesini?

terkejhood abang terheran-heran.

"Oh iya Calum," Balas bunda sambil tersenyum.

"Calum izin ya tante mau berangkat bareng bila, kalau ga keberatan nanti pulang nya juga sama Calum boleh ya tan?"

Hah?

"Iya cal, gapapa kok. Tapi nanti kalau ban nya kempes tante ga tanggung jawab ya, soalnya bila kan berat." Canda bunda diikuti dengan suara tawa calum.

Hm.

"Iya tan, gapapa, yang penting Bila nya ada sama Calum." Bisa ae lu supri.

Mama tersenyum lalu mengangguk "Udah sana pergi, nanti kalian telat, Calum jagain Bila nya ya." Calum mengangguk dan pamit ke bunda.

Gue dan Calum berjalan ke motornya. fyi, motornya calum ninja gais warna item. wajar sih, orang badannya segede babon kalau pake matic yang ada motornya rusak.

hehe maap cal, bila bercanda.

"Nih," Ucapnya sambil memberi gue cinta–eh memberi gue helm.

"Dalam rangka apa lo jemput gue?" Tanya gue sambil memakai helm yang dia kasih.

"Kan bu nia bilang, gue sama lo tuh harus deket, dan juga kita tuh ga pernah akur yaudah ini tuh salah satu pendekatan ala Calum." Gue menatapnya aneh.

Ini masih pagi udah terbang aja gue.

heh, tarik dong tarik gue kebawah.

"Jelek bat muka lo bil," Canda Calum sambil tertawa lepas dan mencubit kedua pipi gue.

Tai, baru aja gue terbang.

"Ini jadi gak sih berangkat sekolah nya?" Gue bertanya sambil memasang wajah kesal.

"Ya jadilah, kalau gak sekolah siapa yang mau ngajarin anak kita nanti?" Goda Calum dengan tetap tertawa.

Gue membuang muka menyembunyikan pipi gue yang udah berubah jadi warna tela-tela rasa balado. Warna merah maksudnya.

"Cepetan bego, telat ntar bacot aja lo daritadi."

"Iya-iya ndoro,"

Gue pun naik keatas honda Calum dengan memegang bahunya. "Lo kira gue tukang ojek apa, pegang tuh disini." Ucapnya sambil mengambil kedua tangan gue dan melingkarkan tepat di pinggangnya.

Gue terdiam. Gak ada pembrontakan dalam diri gue. "Oiya bil, jangan lupa nafas ya."

Selama diperjalanan, gue sama Calum cerita banyak hal. Tapi cerita Calum lebih mendominasi, karena gue kadang-kadang lupa nafas. Hehe.

"Udah sampe bil," Ucap Calum tepat setelah memarkirkan motornya. "Iya tau gue, sekolah gue juga ini." Dia tertawa kecil.

"Dah, makasih cal." Setelah turun gue buru-buru pergi ke kelas.

"Heh mau kemana?" Gue menoleh dan menatapnya jengkel. "Ya ke kelas lah, mau kemana lagi coba."

"Ya tapi helm nya dibuka dong, oh atau lo mau pamer karena dianter sama gue?" Balasnya dengan percaya diri.

Gue melirik keatas, iya gue lupa buka helm. Malu kan tai. Gue pun membuka helm Calum yang susah banget di buka.

"Ini helm suka kali ya sama gue, susah banget dibukanya." Ucap gue kesal.

Calum meghampiri gue sambil membantu gue membuka helm-nya. "Bukan helmnya yang suka sama lo, tapi yang punya helm nya."

///

"Semua keperluan udah dibeli kan?" Tanya Bu Nia dibalas dengan anggukan gue dan Calum. "Bagus, kalau gitu kalian isi absen dulu, setelah itu kita mulai rapat panitianya."

Hari ini adalah H-1 pensi. Hari ini para panitia sibuk untuk rapat, menyiapkan properti, konsumsi, dan keperluan lain.

Dan bagi peserta lomba, hari ini adalah latihan terakhir sebelum pensi.

Gue melihat Calum yang masih mengisi absen, lama banget dia. "Kuy bil ke lapangan." Ajaknya sambil menarik tangan gue.

"Gue belum isi absen jambu." Dia tetap terus berjalan menghiraukan ucapan gue.

"Udah gue tulisin nama lo." Ucapnya santai. Kami udah sampai di lapangan, gue sama dia lagi ngeliatin siswa-siswi yang lagi nyiapin properti buat besok.

"Emangnya lo tau nama lengkap gue?" Dia menoleh lalu mengangguk.

"Apa emangnya nama lengkap gue?" Tantang gue sambil menatap matanya tajam.

"Shabila Hood, kan?"

absquatulate ; cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang