Chapter 9 - eskrim

300 47 23
                                    

author's point of view.

"...Saya Calum sebagai ketua pensi tahun ini dan partner saya Shabila sebagai wakil mengucapkan terimakasih atas dukungannya untuk pensi tahun ini, pengumuman lomba akan diberitahukan besok. Sekian dari kami, terimakasih." Para guru dan siswa berdiri lalu bertepuk tangan dan membunyikan sirine tanda berakhirnya pensi tahun ini.

Bila, masih tidak percaya bahwa pensi akan berakhir cepat dan lancar. Karena pensi inilah, Bila dan Calum akur hingga menjadi resmi. masih gak percaya gue. Batin gadis itu.

Setelah semua selesai, para panitia foto bersama guru-guru. "Bila! Calum!" Yang dipanggil menoleh, mendapati Bu nia disana.

"Ibu bangga deh sama kalian berdua, hebat. Gimana? Cinlok ga?" Sindir Bu Nia sambil tertawa kecil. Calum dan Bila hanya tertawa kecil merasa sedikit canggung. "Ibu ke kantor dulu ya."

"Iya bu."

"Bil, jadi kan nanti?" Tanya Calum kepada Bila yang dibalas sebuah anggukan. "Kalau gitu aku ke kelas dulu ya cal." Calum mengangguk.

Setelah berakhirnya pensi, semua diperbolehkan pulang, semua murid bergegas membereskan barang-barang mereka dan pulang. "Bil, si buncit nunggu nih." Seru Aya yang berada di depan pintu.

Bila menoleh dan tersenyum. Hari ini dia memiliki janji untuk makan eskrim sepulang sekolah bersama Calum. "Hai cal!" Sapa bila dengan semangat.

Calum membalasnya dengan senyuman lebar lalu menjepit kedua pipi bila seperti biasa. "Semangat banget yang mau eskrim." Bila menatap Calum sinis lalu berjalan lebih dulu.

"Eh bil, gimana kalau kita makan eskrimnya di kedai dekat sekolah, kata mike sih enak." Saran Calum sambil berjalan beriringan dengan Bila.

Bila mengangguk. "Boleh deh cal, penasaran juga."

"Ayo gas!"

///

"Cal, enak eskrim nya, kaya lembut tapi keras gitu. Manis nya pas juga." Sambil menyendok eskrim, Bila meyampaikan betapa enaknya rasa eskrim di kedai ini.

"Ternyata selera mike bagus ya." Mereka berdua tertawa bersama atas lelucon yang baru saja dibuat oleh Calum.

Walau sebenarnya itu sama sekali tak terdengar seperti sebuah lelucon.

iya mereka kan receh.

"Bil," Calum memanggil bila dengan sedikit menahan tawa, sedikit terlepas ketika bila menoleh.

"Kenapa cal?" Bila menyerngit lalu kembali fokus pada eskrimnya. "Kalau makan tuh rapi-rapi." Ucap Calum sambil mengambil selembar tisu lalu membersihkan wajah bila yang belepotan.

Jangan pernah bayangin Calum ngebersihin wajah bila kaya cowo-cowo yang ada di novel atau film, karena dia ngebersihin muka bila asal, sampe ke hidung-hidung dibersihin sama dia.

Gak bakat jadi romantis.

Tiba-tiba setelah Calum membersihkan wajah Bila, dia tertawa sendiri. "Nape lu? Kobam ya laugh laugh alone si eta." Ucap Bila membuat tawa Calum tambah keras, Bila heran.

"Itu tisu numpuk di muka kamu bil,"

Dengan kesal, Bila membuka kamera di hp-nya lalu melihat wajahnya yang ternyata berantakan. "Ih dasar ya si buncit, mau sosoan bersihin mulut kaya zayn kan lu, udah cal udah, gabakat serius." Jawab Bila dan kembali lanjut memakan eskrimnya.

"Eh bil," Panggil Calum, lagi.

"Kamu mau gak–"

"Gak." Potong Bila.

"Oh gamau, gamau eskrim tambahan ya? Kan aku mau bilang, bil mau ga aku tambah eskrimnya, gitu." Bila terdiam melihat Calum sambil cengengesan.

Tiba-tiba Calum berdiri dan Bila menahannya. "Cal, mau kemana?" Calum menoleh dan mengangkat mangkuk eskrimnya. "Mau nambah, wle."

"CALUUMMM MAUU!"

///

bila's point of view.

Malam ini gue gak ngapa-ngapain, kebeutan para guru sedang berbaik hati sehingga tidak memberi kami pr. Terimakasih ibu-bapak. Makin sayang. "Kak bila," Gue yang lagi nonton tv menoleh kearah pintu mendapati adek gue Raffa.

"Kenapa fa?" Gue membenarkan posisi duduk gue menjadi tegap. "Bantuin Afa kerjain pr ipa dong, susah nih." Gue tersenyum dan menyuruhnya untuk masuk ke kamar gue.

Ketika gue lagi ngajarin Raffa tentang fotosintesis, tiba-tiba hp gue berdering.

Calum nelfon woy!

[Calum]
[Bila]

Ambil nafas dulu.

"Bila?"

"Calum?"

"Bila?"

"Calum?"

"Bila?"

"Kapan selesainya supri, buru deh cal, boros kuota tau."

Gue mendengar Calum tertawa disana. "Iya sayang."

Gue tersenyum dan gue bisa merasakan wajah gue memerah. "Calum cepet ga? Aku matiin nih?"

"Ehh, iya-iya galak amat mba, aku cuma mau bilang besok hari kamis."

"Cal, serius? Kamu nelfon malem-malem cuma mau bilang–"

"Aku rindu bil, pengen denger suara kamu."

///

pendek gais, sori.

absquatulate ; cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang