Chapter 12 - Culik Calum.

306 37 12
                                    

bila's point of view.

"Garam, tambah selada," Gumam gue sembari memasukan bumbu-bumbu dapur yang lain kedalam masakan gue.

Tadi pagi gue bangun dengan keadaan kepala gue yang sakit banget, setelah gue pakai minyak angin alhamdulillah sakitnya udah berkurang. Iya tau gak ada yang nanya, ngasih tau aja siapa tau ada yang mau ngirimin bunga.

yang ngirim bunga bangke gue gampar.

Satu hal yang bikin gue senyum tadi pagi dan jadi semangat adalah dia, Calum Hood. Pacar gue yang belum sampe sebulan tapi bucin banget kaya perutnya.

oh itu buncit ya.

Back to the topic, gue yang melihat Calum tertidur di sofa kamar gue membuat gue teringat akan kejadian kemarin malam. Kejadian mengerikan yang dilakukan mantan pacar gue. Woy, gue pacaran sama dia terpaksa.

Gini gue jelasin, namanya Bayu Akbar. Dia punya obsesi sama gue sejak gue di Bandung, smp kelas 9. Dia coba berbagai cara dan berujung gue yang menolaknya. Sampai akhirnya, dia pakai cara yang gak gue duga sama sekali yaitu menyakiti orang-orang terdekat gue.

Cara dia berhasil buat gue takut, gue nyerah, gue terima dia. Hubungan itu gak bertahan lama karena dia yang terlalu posesif, terlalu mengekang gue untuk melakukan hal yang gue inginkan. Gue putusin dia. Dia marah, dan gue pindah, kebetulan ayah dipindah tugaskan ke Jakarta.

here i am.

Entah bagaimana caranya dia bisa dapat alamat gue di Jakarta. Padahal gue udah ganti nomor dan gak berhubungan lagi sama teman-teman gue di Bandung. Gue sangat sangat bersyukur atas kehadiran Calum kemarin, tapi gue juga takut, karena artinya Calum mulai terlibat disini.

"Ekhem, halo pak polisi saya mau melaporkan pacar saya yang dipanggil gak nyaut-nyaut, tersangka ngelamun memikirkan pria lain, laporan selesai, malam pak." Gue tersadar dan memutar tubuh gue kearah Calum yang duduk di kursi meja makan sekarang.

"Apaansi buncit, bangun tidur apa gitu selamat pagi, ini engga." Sinis gue. "Selamat pagi nyonya hood." Gue memutar bola mata dan kembali memasak.

"Malah tadi bilangnya malam, masih pagi juga." Lanjut gue. Calum yang dibilangin cuma nyengir dan berdiri menuju tempat gue sedang memasak.

"Heh sana-sana, aku mau masak cal jangan diganggu." Gue mendorong tubuh nya yang menghalagi gue untuk memasak.

"Bil," Calum memanggil gue dan gue hanya berdehem pelan untuk meresponnya. "Tadi malam Bunda nelfon kamu," Pekerjaan gue terhenti dan menoleh kearah Calum dengan kaget.

"Terus?"

"Aku mau bangunin kamu tapi aku tuh kan orangnya gak tegaan ya, jadi aku gak bangunin kamu, telfonnya aku angkat deh." Jawabnya santai. Gue menatapnya takut.

"Terus bunda bilang apa?" Calum menatap gue tajam dan maju selangkah membuat jarak gue dan dia semakin berkurang. Gue nunduk gak berani natap Calum.

"Bunda bilang," Calum membungkuk wajahnya tepat disamping telinga gue. "Nak Calum jagain bila ya." Detik itu juga gue memukul lengan Calum dengan kuat.

"Aww! Bil sakit ih." Gue lanjut masak dan membiarkan Calum yang mengeluh kesakitan. Gue kira Calum kaya gitu tuh mau bilang kalau bunda marah.

Itu gue mukul Calum sebenarnya bukan karena kesal sih, tapi juga karena gue deg-degan digituin, serasa di intimidasi. Gue gasuka.

Masakan gue udah siap, gue langsung meletakkannya di meja makan dan mengambilkan punya Calum. Gue menatap Calum tajam dia melihat gue dan membuang muka.

"Apasih bila liat liat, kan calum jadi salting."

yang berminat nyulik calum hubungi gue ya.

///

Siang ini gue gak ada rencana apa-apa, gue juga lagi gamau kemana-mana karena keadaan yang belum aman. Jadi, gue memutuskan buat dirumah aja dan nonton film yang udah Ayah download di laptop.

Gue melihat Calum yang masih tidur di kasur gue setelah sarapan tadi pagi dan belum bangun sampai sekarang. Gak heran kak Mali suka marahin dia, orang kebo gini. "Heh, bangun." Gue menepuk lengannya pelan.

Gak ada reaksi. Gue mencoba lagi dengan menggoyangkan badannya dan hasilnya sama. Akhirnya gue pun berpikir untuk mencipratkan air ke wajahnya. Tapi kalau gue pikir lagi ntar sprei gue basah dan gue harus nyuci, terus gue pikir lagi tenryata gue kebanyakan mikir.

Tapi tetap aja akhirnya gue pergi ke kamar mandi untuk ngambil air dan langsung mencipratkan ke wajah Calum.

"Aaah! Bilaaa!" Calum menggeliat diatas kasur kesayangan gue itu. "Ih cal bangun!" Gue menggoyangkan badan Calum dengan kencang.

"Iya sayang iyaaa!" Dengan bertegak pinggang gue melihat Calum terduduk dengan mata yang belum terbuka. Gue mengusapkan tangan gue yang masih agak basah ke wajah Calum.

"Hmmm!" Dia mengambil tangan gue lalu memeluknya dengan mengkerucutkan bibirnya. Sabar banget ya tante Joy punya anak kaya dia. "Ih cal bangun ah, terus mandi. Kamu bau."

Dia melepaskan tangan gue dan menatap gue sinis lalu berdiri. Gue menatapnya heran dan mundur beberapa langkah. "Bil ada bau-bau makanan gitu, laper ah." Ia berjalan melewati gue, bukannya ke kamar mandi tapi keluar kamar. Gue tebak ke dapur.

Sebelum dia sampai didapur gue berhasil menghalangi dia dengan tarikan dari belakang kaosnya. "Aaaa––" Calum tertarik kebelakang bersamaan dengan gue yang melepaskan tarikannya.

"Sakit bil ah, uhuk—" Calum terbatuk. Lebay sekali makhluk ini.

"Anjing kamu bil, liat aja nanti aku laporin ke KUA kamu."

Apasi cal, gue embus diem lu.

•••

maaf lama update nya, hehe. Terimakasih banyak 1k nya. ❤️✨

absquatulate ; cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang