chapter 6 - Cemburu.

337 59 31
                                    

"Bila! Calum! Siap-siap ya!" Gue mengangguk sambil memberi jari jempol kepada Reffan.

Gue sama Calum akan naik ke panggung untuk memberi kata sambutan di hari pertama pensi. Kita gak jadi pembawa acara kok, karena gue sama Calum gak ada cocok-cocok nya sama sekali dalam hal itu.

Ntar kalau berantem diatas panggung kan ga lucu.

Gue deg-degan, masih gak nyangka kalau gue jadi wakil ketua pensi dan gue juga yang membuka pensi tahun ini.

"Bila! Calum! Naik!" Ucap Reffan. Gue dan Calum berlari naik keatas panggung.

"...saya Calum sebagai ketua pentas seni tahun ini dan pacar–eh rekan saya Shabila sebagai wakil ketua, berharap pensi kali tahun ini akan menjadi lebih baik dari sebelumnya." Tepat setelah Calum mengakhiri kalimatnya, seluruh siswa bertepuk tangan dengan sedikit tawa, begitu juga dengan guru-guru yang meramaikan hari ini.

si Calum kalau typo suka kelewatan ya.

Eh disana ada mantan sedang bertepuk tangan.

Gak gais, jangan percaya, bila gapunya mantan.

Gue menoleh kearah Calum begitu juga dia, kita sempat tatap-tatapan sebentar sebelum gue memutuskan tatapan itu.

Gue sama Calum turun dari panggung. "Gimana, baguskan pidato gue?" Gue menatap dia sinis dan menggeleng. "Lo kira gue gatau lo nyontek dari google."

Dia tersenyum. "Setidaknya gue usaha bil," Balas nya dengan angkuh.

"Usaha nyontek kan cal?" Sanggah Aji, panitia pensi bagian properti.

"Iya, itu juga harus dihargai, ya gak ji?" Aji mengangguk menanggapi Calum.

"Pengorbanan tinta juga bil," Lanjut Reffan yang berada di samping Calum.

"Pengorbanan waktu juga bil, kertas, energi, tempat, dan yang pasti kuota internet." Tambah Ashton yang baru datang.

Tepat setelah Ashton selesai, Michael dan Luke datang. "Apa lo berdua? Mau nambah juga?"  Tanya gue ke mereka yang lebih ke teriak.

"Hehe, niatnya gitu bil, tapi gue mah anak baik, jadi gue kasian sama lo." Gue menatap Luke sinis.

"Heh lo pada apain bila." Teriak Melinda tertahan.

"Wah pembully-an nih," Ucap Aya heboh.

"Bu nia! ada pembully-an!" Tambah Mila dengan berteriak.

"Wah, bully balik woy bully balik!" Teriak Mita sambil memprovokasi.

Kita berlima emang bercita-cita menjadi wonder woman.

Tapi gue yakin,

wonder woman nya gamau ditiruin ama kita kalau begini cara nolonginnya.

///

Jam istirahat pensi hampir habis, tapi gue belum ada makan sama sekali karena masih banyak yang mau gue urus.

Gue lagi dilapangan, sendirian. Calum tadi izin, gatau kemana sampai sekarang belum balik. Panitia lain juga izin istirahat, tinggal gue sendiri.

Gue memeriksa keadaan lapangan, bersih atau kotor. Syukur, lapangan bersih. Tapi tetep aja, ada beberapa tangan nakal yang buang sampah sembarangan, walau sedikit. Gue memungut sampah-sampah itu dan gue buang ke tong sampah.

Eh, sini-sini mantannya ada yang mau gue buangin sekalian gak ke tong sampah?

Gue capek sih sebenarnya, tapi ya gimana, nanti kalau lapangan kotor semua panitia malah dimarahin bu nia.

Ketika gue melihat sekeliling lapangan, tepat saat itu gue ngeliat Calum lagi ngobrol sama Annisa sambil bercanda, ketawa-ketawa.

Entah kenapa, tapi perasaan aneh ini muncul, gue tiba-tiba gasuka liat Calum sama Annisa. Gak-gak, yakali gue cemburu.

Bahagia banget lo kutu aer, gatau apa disini gue kecapean urus lapangan. Tau ga, momen yang paling bikin gue geli adalah ketika Annisa mencubit pipi kanan Calum.

Ew.

Gue diam, melihat kearah Calum yang udah selesai ngomong sama Annisa dan berjalan kearah gue. Gue buang muka, dan beranjak dari lapangan.

"Bila!" Panggil Calum.

Gak, gue gak cemburu.

Gue cuma kesel. Gue cuma kesel karena Calum izin selama itu ternyata bareng Annisa dan gatau kalau gue capek urus lapangan sendirian.

Serius.

"Bila!" Panggil Calum lagi.

Gue masih berjalan cepat menghiraukan Calum yang terus memanggil, gue pergi ke kantin dan mendatangi kantin mba ria.

"Mba teh poci nya satu sama siomay nya satu, nih mba uangnya." Gue mengambil makanannya dan langsung mengambil tempat.

"Bil," Calum duduk dihadapan gue, menatap gue dengan intens.

"Bil, lo kenapa sih? Gue panggilin dari tadi ga nyaut." Gue tetap makan tanpa memperdulikan Calum.

Secara tiba-tiba Calum mengambil siomay gue yang membuat gue berhenti makan. Gue menatap Calum tajam, "Jawab gue, lo kenapa?"

"Gapapa, sini balikin siomay-nya," Calum menjauhkan siomay gue ketika gue berusaha menggapainya.

"Apalagi sih calum? Kan udah gue jawab." Tegas gue pada Calum.

"Dari yang gue baca di akun quotes ya bil, katanya 'gapapa-nya cewe itu berarti ada apa-apa', dan kayanya itu bener." Gue menatap Calum aneh.

"Cal, lo tuh ganggu tau ga, sana pergi tuh sama cewe lo si Annisa." Gue masih berusaha menggapai makanan gue yang ada pada Calum.

"Ohh, tau gue tau," Ucap Calum sambil tersenyum dan sedikit tertawa.

"Lo cemburu kan!" Tuduh Calum sambil tertawa keras dan memukul-mukul meja kantin.

"Ih eng-engga!" Tukas gue dengan wajah yang merah.

"Woy bila cemburu woy!" Tambah Calum masih dengan tawa kerasnya.

Gue menatapnya datar dan melipat kedua tangan gue diatas meja.

"Ululu, lagian gue gabakal suka kali sama si Annisa, soalnya hati gue udah gak ada." Tawanya mereda. Pernyataan Calum membuat gue menyerngit.

"Udah gak ada? Maksudnya, lo udah gak punya hati gitu?" Tanya gue dan Calum mengangguk.

"Iya, udah gak ada, soalnya hati gue udah dicuri," Gue menaikkan sebelah alis gue meminta Calum untuk melanjutkan kalimatnya.

"Hati gue udah dicuri sama wakil ketua pensi tahun ini."

absquatulate ; cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang