"Aya, Melin, konsum jangan lupa ya," Ucap gue sambil menge-check kebutuhan-kebutuhan pensi hari pertama yang akan dilaksanakan besok.
"Iya bil aman." Balas Melinda diikuti anggukan dari Aya.
"Mita, Mila jang–"
"Iya bil aman." Potong Mita dan Mila dengan cengiran mereka. "Gue belum selesai kali."
Melinda, Aya, Mila, sama Mita ditunjuk sebagai panitia juga, kalau mau tau kenapa tanya gih sama bu nia, mungkin dia nge-pens kali ya sama kita berlima.
secara gitu kita berlima terlalu mempesona.
seperti bidadari jatuh dari delman.
"Bil, Calum tuh." Sahut Mila dan disertai 'pura-pura' batuk dari mereka berempat.
Mereka berempat teman saya mana temanmu.
"Udah siap? Ayo." Ajak Calum, Gue mengangguk dan membereskan barang-barang gue.
Hari ini gue emang pulang sama Calum, seperti yang dia bilang tadi pagi ke bunda. Intinya, dia mencalonkan diri menjadi tukang ojek pribadi gue.
Gak cal, bercanda.
"Eh Calum," Teriak Aya. "Eh Jenong." Balas Calum diikuti tawa lepas dari kami semua kecuali Aya.
"Haha lucu lo buncit." Cibir Aya sambil membuang muka dari Calum.
"Udah kuy, teman-teman berbi duluan ya!" Ucap gue sambil melambai-lambaikan tangan gue bak model.
"Gak cocok bil, serius."
///
"Bila!" Panggil Calum berteriak karena suara jalanan yang berisik.
"Apa Cal!"
"Makan dulu ya, gue lapar!" Gue mengangguk yang dibalas senyum Calum lewat kaca spion.
"Kapan sih lo gak lapar nya Cal?" Gue tertawa ringan. "Kalau udah makan kenyang gue." Balasnya.
"Hilih." Dia menyengir.
Tak terasa gue dan Calum udah sampai di ayam penyet mas tono langganan kami berdua. "Duduk gih, biar gue yang pesen." Ucap Calum dan gue mengangguk lalu mencari tempat duduk yang pas.
"Eh bil," Saat gue berbalik, tangan gue ditarik oleh Calum. "Kenapa Cal?" Dia membuka jaketnya dan memberikannga ke gue.
"Titip jaket, hehe." Gue tersenyum geli lalu pergi kembali mencari tempat duduk.
Sambil menunggu Calum yang lagi pesan makanan, gue mainin hp sambil membalas chat dari bunda yang nanyain gue dimana, sama siapa, semalam berbuat apa– engga anjir engga.
Ketika gue lagi menunggu balasan dari bunda, hp Calum berbunyi yang menandakan ada line masuk.
Tadi sebelum kesini dia nitip hp nya di gue. Kalau dipikir-pikir gue kaya udah tempat penitpan barang nya dia ya.
Dasar jambu aer.
Gue melihat sekilas ke hp nya Calum, tertera nama Annisa disana. Gue gak mau ambil pusing dan membiarkannya, karena itu urusan Calum gue gak ada hak untuk itu.
Annisa itu temen sekelasnya Calum. Cantik, baik, body-nya bagus, banyak kelebihan dia, wajar sih kalau cowo suka sama dia.
"Bil, ini makanannya. Maap lama, salahin pak Budi nya lama. Kan Calum jadi lapar." Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Sok imut lo tahu bulat." Dia tertawa dengan keadaan mulutnya yang penuh. "Muncrat bego nasinya."
"Bersihin gitu mulut gue bil, biar kaya di film-film." Gue memutar bola mata dan mengambil tisu lalu melemparkannya kearah Calum.
"Dimana-mana cowonya yang bersihin mulut cewenya, bersihin tuh sendiri, ogah gue." Ucap gue lalu lanjut makan.
Calum menatap gue datar lalu mengambil sehelai tisu. "Ohh, ngode kan lo biar gue bersihin mulutnya. Sini sini, uwu sayang Calum." Canda Calum sambil mengelap wajah gue dengan asal dan memasang wajah sok imut.
"Najis Cal." Gue dan Calum tertawa keras membuat pengunjung lain melihat kami aneh.
"Malu-maluin lo bil." Gue memasang wajah datar dan memilih mengacuhkan Calum.
Keadaan menjadi hening, gue dan Calum fokus pada makanan masing-masing. Sampai akhirnya kita selesai.
"Oh iya Cal, tadi Annisa nge-chat." Calum yang lagi mengelap wajahnya pun langsung menatap gue bingung tak berapa lama tatapannya kembali normal.
"Oh itu, dia bilang apa?" Gue menaikan kedua bahu gue.
"Gue gak liat." Dia mengangguk.
"Iya deh."
"Mau mampir kerumah bentar gak bil?" Gue diam, memikirkan apa yang akan gue kerjain dirumah sore ini. "Boleh deh, tapi izin dulu ya."
"Udah gue izinin, nih." Ucap Calum sambil memperlihatkan layar hp nya menunjukan isi chat nya dengan bunda.
"Lah bocah gak bilang." Lalu dia berdiri dengan sedikit tawa.
"Ayo bil."
Entah kenapa, tapi diperjalanan kali ini Calum lebih banyak diam. Mungkin karena udah kenyang ya. Tapi gue ngerasa asing kalau Calum diam gini.
"Cal, kita besok kita dateng cepat ya." Gue berusaha memecah keheningan yang terjadi antara gue dan Calum.
Gak ada jawaban.
"Cal?" Gue menepuk bahunya dua kali setelahnya baru dia sadar.
"Apa bil? Maaf tadi gue gak denger."
"Gak ada. Jangan ngelamun, liat jalanan nanti ketabrak."
KAMU SEDANG MEMBACA
absquatulate ; cth
Cerita Pendeki never been in love before you. so please don't leave, because i already fall for you. i love you, i really did. [ slow update. ] copyright © 2019 by kangpermen.