Pagi ini, sama seperti pagi sebelum-sebelumnya. Pergi ke sekolah bersama Widya dan diantar oleh Ayah. Ayah mengendarai mobil dengan santai karena bel masuk akan berbunyi sekitar lima belas menit lagi. Jarak sekolah dengan rumahku juga sebenarnya tidak terlalu jauh-jauh banget. Yaa, bisa santailah meskipun jalanan sedang sangat sibuk-sibuknya.
Sembari menunggu mobil ayah sampai di depan sekolah, aku mengotak-atik ponselku. Hendak melihat mungkin ada pesan Irwan yang belum sempat kubalas. Ternyata tidak, dia sudah offline sekitar dua puluh menit yang lalu. Mungkin sekarang ia sudah berada di sekolah atau mungkin juga masih dalam perjalanan.
Omong-omong tentang Irwan, banyak yang mengira aku dan Irwan masih berpacaran padahal seratus persen tidak lagi. Kami tidak pacaran. Kami hanyalah mantan, mantan yang saling peduli, saling perhatian, dan saling mencintai? Kami berdua sama-sama jomblo, jadi tidak masalahkan? Kenapa tidak balikan? Setiap kali Tina, sahabatku menanyakan itu aku hanya bisa menjawab, kami nyaman sama zona ini. Lagipula, kami lebih sweet daripada mereka yang pacaran itu. Aku tidak pernah menyesal putus dengan Irwan karena dia tetap sama, bahkan lebih baik.
"Dah nyampe. Halu mulu!" kata Widya ketus sembari ke luar dari mobil. Ayah mah udah terbiasa sama sikap ketus Widya jadi enggak dipermasalahkan lagi.
Aku hanya bisa mendengus kemudian menyalim Ayah sembari memberikan ponselku padanya. Sekolah tidak memberi izin membawa ponsel.
•••
"DEVO!!!" teriakku dari ambang pintu. Membuat setiap manusia yang ada di dalam kelas menoleh padaku. Bodoamat! Sama kelas lain yang mendengar suaraku juga bodoamat.
"Lagi ke kantin bareng Reandra sama Irwan lo," kata Tina memberitahu.
"Pasti dia sengaja ke kantin. Diakan gak pernah pergi ke kantin pagi-pagi kek gini!" kataku sembari berjalan menuju mejaku dan Tina.
"Emang iya. Tadi katanya gini, woi jangan pada ngasih tau Bin gue ke mana. Dia pasti ngamuk hari ini. Terus dia kena jitak sama Irwan," cerita Tina.
"Mampos," kataku kemudian duduk di samping Tina.
"Bin, bagi nomor empat lima dong. Enggak tahu nih," kata Tina sembari menunjukkan buku tugas Bahasa Inggris-nya.
"Nih," kataku lalu memberikan buku tugasku padanya. Dengan cepat dia menuliskan di bukunya. Sedangkan, aku memilih melipat tanganku kemudian meletakkannya di atas meja. Setelah itu aku menundukkan kepalaku di atas kedua tanganku.
"Selamat pagi, Bindella yang cantik," tanpa mendongakkan kepala sebenarnya, aku tahu itu siapa. Itu Devo! Tapi karena aku hendak mengomelinya, aku segera mendongakkan kepalaku dan kemudian berdiri.
"Devo! Berani-beraninya kamu mijak sepatuku. Terus post di story lagi!" kataku sembari memelototinya yang sedang berjalan mendekat ke mejaku.
"Bin jangan marah-marah, baru pagi nih." kata Irwan menenangkanku.
"Bin bagi PR kamu ya. Tadi malam enggak sempat ngerjainnya," kata Irwan sembari menatapku.
"Iyaa, makanya jangan pacaran mulu." kataku sembari tertawa. Kesalku terhadap Devo sudah lenyap karena Irwan, sebucin itu ya?
"Enggak pacaran. Cuman main game doang kok. Kalah duanya tapi," kata Irwan malah menceritakan apa yang kami lakukan semalam.
"Hahaha, iya-iya. Nih, gausah kebanyakan cerita lo." kata Tina sembari menyerahkan buku tugasku pada Irwan. Asal kalian tahu, dia tidak tertawa. Dia kayak ngomong, 'HA HA HA' gitu.
"Pinjam dulu ya Bin," kata Irwan setelah aku mengangguk, dia langsung pergi menuju mejanya. Diikuti oleh Reandra sedangkan Devo diam di tempat.
"Apa?!" kataku ketus.
"Tadi aja udah lembut pas ada Irwan, sekarang galak lagi," kata Devo.
"Devo!" kataku kemudian berdiri dan menghampirinya tapi dia sudah berlari hendak ke luar kelas dan ... hampir menabrak Bu Beta tepat di ambang pintu, mampos!
Sebelum Bu Beta menyadari aku tidak duduk di kursiku, aku segera pergi ke kursiku lagi. Entar malah kena hukuman juga.
"Devo, kamu ini! Kamu ngapain? Kenapa ke luar kelas?" tanya Bu Beta. Devo hanya bisa garuk-garuk telinga yang pasti tidak gatal.
"Kan, bel belum bunyi Bu. Ibu kok cepat banget masuk kelasnya?" kata Devo malah nanya balik. Eh, tapi apa yang dikatakan Devo benar juga. Bel belum bunyi, Bu Beta sudah masuk kelas.
"Bel sudah berbunyi lima menit yang lalu. Makanya jangan ribut!"
Ah, mungkin kami tidak mendengar bel karena terlalu sibuk berbincang atau mengerjakan tugas.
"Maaf Bu," kata Devo sambil menunduk.
"Duduk kamu." kata Bu Beta.
"Terimakasih, Bu." kata Devo kemudian berjalan menuju mejanya dan Irwan. Ya, mereka sebangku. Aku cekikikan melihat wajah Devo, lalu dibalas dengan tatapan tajamnya. Bodo amat, aku gak takut Dev!
•••
Jam istirahat telah tiba, setelah Bu Beta pergi dari kelas, aku langsung mengendap-endap menghampiri Devo yang sedang berjalan menuju pintu kelas.
Aku berdiri tepat di belakangnya, aku segera menjatuhkan jitakan super pada Devo.
"Aw!" ringis Devo sembari memegang kepalanya.
"BINDER!" kata Devo dengan geram. Matanya memelototiku, sedangkan yang kulakukan malah menertawakannya.
"Makanya yakan ya, jangan iseng banget jadi orang. Kamu kea gak kenal aku sih?!" kataku sembari menepuk pelan pundaknya.
"Terserah kamu, noh kan aku ditinggal Irwan sama Reandra, Bye!" kata Devo baru sadar dia sudah ditinggalkan oleh dua temannya itu.
"Kuy kantin, gue laper," kata Tina sembari menarik tanganku. Mau gak mau, aku ikut aja. Lagian pengen jajan juga.
"Yoklah!"
•••
"Ujian akhir semester sudah dekat. Saya harap, siswa-siswi yang ada di kelas ini memperbanyak waktu untuk belajar, baik sendiri atau berkelompok. Supaya, nanti tidak ada yang remedial," kata Bu Neti mengingatkan kami tentang Ujian Akhir Semester yang sudah semakin dekat.
"Jangan ada yang berpacaran dulu, kan malu kalo nilanya anjlok karena pacaran," kata Bu Neti dan seketika membuat setiap mata teman-temanku terarah padaku dan Irwan. Mereka menatap kami secara bergantian. Aku menunduk, malu. Padahal baru juga sekali pergi, udah diginiin aja. Noh, Devo setiap hari berlarian ke sana-kemari kayak lagu Payung Teduh enggak ditengokin, enggak adil emang.
"Kenapa kalian malah ngeliatin Bin?" tanya Bu Neti menyadari tatapan teman-temanku.
"Enggak, Bu," nah bagus, untung kalian semua bohong. Kalau sampai ada yang berani jawab apapun selain enggak, gue jitakin lo!
"Yasudah. Sekarang, kalian kerjakan uji kompetensi bab sembilan," kata Bu Neti memberikan kami tugas. Lebih bagus seperti itu daripada kalau Bu Neti harus menjelaskan, ngantuk parah kalau kata Tina mah.
"Iya Bu," jawab kami semua, serentak.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Kok Romantis [COMPLETED]
Teen Fiction"Siapa bilang mantan itu harus musuhan? Buktinya aku dan dia tetap bisa kompak, pulang bareng, belajar bareng dan lainnya. Malahan kekompakan kami melebihi kalian yang taken." - Bin & Irwan #8 ROMANTIS : 14 November 2020