POV Irwan

10.8K 421 150
                                    

"Dah baikan?" tanya Devo saat melihat gue dan Bindella masuk ke dalam kelas bareng-bareng.

"Dah tau nanya," jawab Bindella. Gue diam, memilih jadi pendengar setia aja.

"Samaku aja marahnya lama banget, dulu," Cih, Apa-apaan si Devo! Gue yakin ini berarah ke hubungan dia dengan Bin dulu. Bahasanya itu juga, kenapa masih aku-kamu aja sama Bin?!

Tunggu jangan salah paham, gue jelasin. Gue bukannya gak percaya Bin dan bukan juga gak percaya Devo sebagai teman gue. Tapi, namanya juga cinta ... Mana bisa milik gue digituin, sama mantan sekaligus teman gue lagi!

"Ups, anda siapa ya?" tanya Bin sambil menahan tawanya. Mampus, makan tuh Dev. Bisa-bisanya lu ngingetin masa lalu padahal masa depan dia ada di sini.

"Sebenarnya posisiku dan Irwan itu sama sekarang, sama-sama mantan kamu Bin?" kata Devo sambil menaikkan satu alis matanya. Gue enggak mau semakin sakit hati, gue lanjutin langkah gue ke meja gue.

Apa-apaan ini? Tapi kalau dipikir-pikir iya juga sih. Guekan juga cuman mantan Bindella? Lah-lah, kok jadi kayak gini? Tapi, gue kelewat kepo sama obrolan mereka jadi diam-diam gue dengerin tuh obrolan.

"Sama? Ya bedalah. Irwan masih esyege sedangkan kamu enggak ada esyege-nya." kata Bindella membuat gue bingung.

'Es yege apaan? Es krim terbaru gitu? Masa gue disamain sama es krim sih?!'

"Ha? Apaan tuh esyege?" Devo terlihat bingung sama kayak gue sekarang. Bin berjalan lalu mengambil marker dan mendekat ke papan tulis.

"Es," kata Bin sambil menulis huruf 'S' di papan tulis.

"Ye," kata Bin lagi sambil menulis huruf 'Y' di samping huruf 'S' tadi.

"Ge." kata Bin lagi masih sambil menulis huruf 'G' di samping 'Y' tadi.

'Sayang? Bin emang beda dari yang lain. Mampus lu Dev, mau ngomong apaan lagi lo sama cewek gue?!'

"Njir, sayang!" kata Devo langsung mengerti sama kayak gue. Bin tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya tertawa kemudian melihat gue. Gue hanya tersenyum. Setelah itu Bin pergi ke mejanya.

"Dulu a--" ucapan Devo langsung dipotong cepat sama Bin. Lah, itu juga ngapain Devo ngikutin Bin ke mejanya?!

"Stop! Gausah ke masa lalu dah, aku gak bakal balik ke kamu kali," ujar Bin pada Devo. Gue hampir ketawa dengar Bin menolak Devo kayak gitu.

"Kalo balek gimana?" tanya Devo yang membuat gue ngerasa sakit hati. Gimana enggak sakit hati, Devo ngomong kayak gitu seolah-olah dia berniat buat mengambil Bin dari gue.

Kok, rasanya ada sedikit nyut-nyutan di dalam sana ya? Kok agak sakit? Ini gue kenapa? Devo becanda woi! Tapi becandanya kayaknya udah lewat batas, daripada makin sakit mendingan gue pergi aja.

Gue memilih pergi dari kelas. Bukannya gue terlalu drama, tapi gue enggak mau benci ke Devo. Gue enggak mau buat kepercayaan gue ke dia hilang hanya karena hal yang menurut dia becanda dan bukan becanda menurut gue.

"Eh, Wan gue becanda elah," teriak Devo saat gue di pintu kelas. Ya wajarlah masih gue dengar, emang gue tuli. Udah gitu suara dia keras bener.

"Lo marah?" tanya Devo ketika gue duduk di kursi kantin yang masih sepi. Iyalah sepi, baru pagi masa udah pada ke kantin.

"Kenapa?" pura-pura gak tahu masalah dululah.

"Alah bacot. Gue tahu lo marah,"

"Lo goblok apa tolol sih, udah tau kok nanya mulu dah, minta di-sleding lu?" tanya gue kesal.

"Ampun bro. Santai elah, gue cuma becanda serius, enggak ada niat buat ambil si Binder dari elu. Gue udah punya Chika," kata Devo buat gue sedikit lebih tenang.

"Iye, tenang aja. Gue tau," ujar gue sambil menjitak kepala dia.

"Sakit kuda!"

Dan, gue ngakak bareng sama Devo. Rasa nyut-nyutan di hati gue udah hilang tanpa ampas. Segitunya gue percaya Devo?

•••

Selama di sekolah, enggak ada masalah lagi. Aku sudah baikan lagi sama Irwan dan Irwan juga kayaknya enggak marah sama Devo. Tadi aja, mereka udah asyik lagi bicarin game sampai-sampai ditegur Bu Siti karena ribut pas pelajaran dia.

"Gak mau pulang?"

"Ngagetin aja deh," ujarku sambil mencubit pelan pinggang Irwan.

"Makanya jangan melamun ntar kalo kesambet gimana?" tanyanya sambil memegangi pinggangnya yang baru kucubit. Perasaan, aku cubitnya pelan.

"Ish!" ujarku seraya naik ke boncengannya dengan ekspresi kesal yang kubuat-buat. Dia malah tertawa.

"Udah sayang?" tanyanya pelan. Sayang? Gak salah dengarkan? Aku langsung blushing guys hanya karena kata sayang yang sudah sering kudengar dari mulut Irwan.

"Udah," ujarku malu-malu. Padahal biasanya malu-maluin.

Irwan mulai menjalankan motornya.

"Nanti balalala balalaa, aku balalala," ujar Irwan benar-benar tidak jelas. Wajar aja sih gak jelas, suara bising yang dihasilkan oleh kendaraan lain membuat suaranya menjadi terdengar tidak jelas.

"Apaan?" tanyaku agar dia memperjelas.

"Kamu cantik!" teriak dia sampai-sampai seseorang yang sedang mengendarai motor di samping kami menoleh sekilas ke kami.

Entahlah, sesingkat itu, sesimpel itu dan sesederhana itu kalimat yang dilontarkannya, tapi berhasil membuatku bangga memilikinya.

Ternyata benar kata kutipan yang pernah kubaca, kamu akan bahagia dengan kalimat simpel saat doi yang ngucapin. Selamat malam pun 'kan terasa istimewa ketika seseorang yang spesial yang mengucapkannya.

•••

"Tadi ngomong apaan sih?" tanyaku saat akan turun dari motor Irwan. Baru saja kami sampai di depan rumahku

"Sore kita nonton ya, aku baru gajian," Irwan itu seorang fotografer. Awalnya hanya hobi doang, eh jadi kerja dia setelah pulang sekolah. Itu berawal karena Irwan suka post hasil potretnya ke media sosialnya, eh tiba-tiba ada yang minta buat fotoin terus dibayar dan lama-lama orang-orang jadi ikut-ikutan. Kebayakan cewek sih yang sewa dia, aku yakin mereka mau sewa Irwan selain karena skill Irwan tapi juga karena tampang Irwan yang sangat menarik untuk dipandang. Santai, walaupun aku awalnya cemburu berat, tapi akhirnya aku biasa aja karena Irwan yakinin aku bahwa yang di hati dia itu cuman namaku doang.

"Sore? Ayoklah," ujarku semangat.

"Aku jemput pukul empat ya, biar enggak kemalaman," ujarnya sudah mengerti. Mengerti kalau aku tidak boleh pulang lewat pukul delapan.

Aku mengangguk lalu berkata, "Hati-hati ya sayang," ujarku sambil terkekeh. Dia mengedipkan sebelah matanya lalu diikuti oleh senyumnya.

Tiba-tiba, jantungku langsung berdetak dengan cepat. Udah sering disenyumin dan dikedipin, tapi kok tetep aja deg-degan?

•••

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang