Keluar Malam

8.8K 379 209
                                    

Kau tahu, aku sudah terbiasa denganmu. Jadi, jangan ajari aku terbiasa tanpamu.

•••

Setelah Irwan menjalankan motornya, aku hanya diam. Keheningan menyelimuti kami berdua, hanya ada suara kendaraan yang saling balas membalas. Aku begitu canggung, mungkin dia juga.

"Bin, nanti ke luar yok?" kata Irwan. Aku tidak salah dengar, itu memang suaranya.

Aku senang, dia ngajak ke luar. Aku kangen jalan bareng dia. Eh, kami jadi terlihat baik-baik saja ya?

"Boleh, jam berapa?" tanyaku semangat. Senyuman sudah merekah di bibirku.

"Agak malam, jam-jam tujuh boleh?" tanya Irwan. Aku tidak yakin kalau aku akan bisa ke luar pukul tujuh malam. Pasti Ibu melarang, apalagi perginya bareng laki-laki kalau bareng Tina boleh-boleh aja sih.

"Dah sampai," ujar Irwan membuyarkan lamunanku.

"Aku kabari nanti aja ya, aku izin dulu," ujarku sambil turun dari boncengannya. Irwan mengangguk. Lalu, mengulurkan tangannya ke rambutku, mengacaknya lalu berkata, "Gausah dipaksain kalo gak bisa ya, kapan-kapan aja," ujar Irwan lalu menarik tangannya setelah mengacak-acak rambutku. Kurasa, Irwan semakin sweet.

"Iya Suyung, hehe. Aku masuk ya, kamu hati-hati. Nggh ... kita baikan hehe," ujarku ragu-ragu.

"Kita gak pernah berantem, udah ya aku pulang dulu." ujar Irwan lalu menjalankan motornya.

Aku masih deg-degan, serius. Perlakuan Irwan semakin sweet padahal kita lagi ada masalah. Gimana mau move on coba?

•••

Selesai mengerjakan tugas, aku segera ke luar kamar untuk mencari ibu, hendak meminta izin supaya bisa ke luar.

"Oi Wid, ibu mana?" tanyaku pada Widya yang sedang makan sore. Dia baru pulang bimbel, jadi kelaparan.

"Dapur," jawab Widya sebelum menyendokkan sesendok nasi ke mulutnya.

Tanpa menjawab lagi, aku langsung mencari ibu ke dapur. Mungkin ia sedang memasak.

"Ibu," ujarku sambil berdiri di samping ibu yang sedang menumis kangkung.

"Kenapa? Mau apa?" Nah, Ibu tahu aja kalau aku mau sesuatu.

"Mmm, nanti jam tujuh boleh ke luar ya?" ujarku to the point. Malas bertele-tele.

"Sama siapa?" tanya Ibu tanpa menoleh padaku. Takut tumisannya gosong, mungkin.

Aku tidak mau berbohong. Aku menjawab, "Irwan Bu, gak mau ngapain kok," ujarku supaya ibu tidak berpikir aneh-aneh.

"Kemalaman keluar jam segitu," dengan halus, ibu tak memberi izin.

"Gak lama kok Bu, cuman mau jalan gitu doang," kataku membujuk Ibu.

"Boleh ya Bu, boleh?" ujarku supaya ibu mengizinkan aku pergi dengan Irwan.

"Yaudah boleh, tapi jangan kemalaman pulangnya. Terus, jangan aneh-aneh," kata Ibu mengizinkan. Aku segera mengepalkan tanganku dan berkata, "Yes!".

"Makasi Bu, Ibu baik deh," ujarku sambil tersenyum bahagia.

"Iya iya, udah sana cuci piring," ujar Ibu.

"Siap Bos!" ujarku lalu mendekati wastafel yang sudah full by plates.

•••

"Irwan! Aku dibolehin nih," ujarku langsung setelah Irwan mengangkat teleponku.

‘Yah, sorry dek Si Irwan baru pergi ke tempat Bibi Dena.’ ujar seseorang dari ujung sana, Bang Iko sepertinya.

Mantan Kok Romantis [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang